"Ayo kita bercerai.." Eiser mengucapkannya dengan suara pelan. Kalea tersenyum, menelan pahitnya keputusan itu.
"Apa begitu menyakitkan, hidup dan tinggal bersama sama denganku?" tanyanya, kemudian menundukkan kepalanya. "Baik, aku akan menyetujui perceraiannya, tapi sebelum aku menyetujuinya, tolong beri aku waktu sebulan lagi, jika dalam waktu sebulan itu tidak ada yang berubah, maka kita resmi menjadi orang asing selamanya.."
Eiser mengangguk, keputusannya sudah bulat. Bagi Eiser, waktu sebulan itu tidak terlalu lama, dia akan melewati hari hari itu seperti biasanya, dan dia yakin tidak ada yang berubah dalam waktu sesingkat itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Egaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Tidak seperti tampilan luarnya, hidangan di restoran itu cukup menarik dan menggugah selera. Potongan dan irisan dagingnya juga pas, seperti masakan koki kelas tinggi. Kalea tersenyum menikmati makanan didepannya.
'Syukurlah makanannya cocok dengan seleranya..' Dyroth tersenyum dan bersyukur. Kemudian Dyroth teringat akan botol racun yang dia lihat waktu itu, dia sangat yakin botol racun itu berasal dari Isyarh. Dan untuk mendapatkannya tidaklah mudah. 'Mengapa botol racun itu ada di tangan Eiser?'
"Haa.. aku sudah selesai makan." Kalea terlihat puas.
Dyroth memperhatikannya. "Apa makanannya enak?"
"Lumayan, ternyata benar.. Don't judge a book by its cover."
Dyroth tersenyum mendengar jawabannya, kemudian kembali berkata. "Sebenarnya.. ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu.."
Kalea menatap Dyroth dan tetap tenang. "Benarkah? Kalau begitu kita sama.. aku juga ingin tau sesuatu dan hanya bisa menanyakannya padamu."
"Iya, aku tau.."
"Apa maksudmu dengan aku tau?"
"Kau ingin mencari tau informasi tentangku kan?"
"Hah?" Kalea sedikit syok.
"Satu pertanyaan.. Satu jawaban.."
"Sekarang kau mau nego denganku?" tanya Kalea.
"Mengapa botol racun isyarh ada ditangan Eiser?"
"Tu-tunggu.. apa?" Kalea semakin syok mendengarnya, matanya melirik ke arah lain dan mencoba mengingat sesuatu tentang botol itu, namun tidak ada satu pun ingatan yang bisa menjawab pertanyaan itu.
"Kalea, ingat.. aku tidak ingin kau bermain kotor disini, tunggu dan jalani saja peranmu sebagai seorang istri, selebihnya biar aku.."
"Kau sedang membicarakan apa?" tanya Kalea serius.
"Aku tidak akan berbasa basi kalau urusannya tentang negara."
"Bukan begitu, aku hanya benar benar tidak mengerti arah pembicaraan kita saat ini."
"Sebelumnya aku melihat botol racun Isyarh ditangan Eiser, hal itu sangat mencurigakan.. aku khawatir kalau kau terlibat dengan botol racun itu!"
'Botol racun Isyarh? apa Dyroth tidak tau tentang kabar kematian Kalea asli sebelumnya? Dia terlihat seperti tidak tau akan kenyataan itu..' Kalea mencoba untuk berpura pura tidak tau.
"Aku tidak tau mengapa botol racun itu bisa ditangan Eiser.." jawab Kalea. 'Pasti Eiser mengambilnya saat Kalea asli mati..'
"Baik, kau telah menjawab pertanyaanku.. seperti yang aku katakan, satu pertanyaan satu jawaban.. sekarang apa yang ingin kau tau tentangku?" tanya Dyroth.
Kalea tidak begitu yakin dengan pertanyaan yang ingin dia keluarkan, namun tekadnya sudah bulat. Kalea tak ingin menundanya lagi. "Siapa kau sebenarnya?"
Sudut bibir Dyroth melengkung, dia tersenyum begitu pertanyaan itu keluar dari mulut Kalea. "Seperti yang kau tau.. aku Dyroth, apa kau mengira ada jiwa lain yang tersesat dan merasuki tubuhku?"
Deg! Jantung Kalea berdegup mendengarnya. "Apa?"
"Bercanda Kalea, ini aku.. teman masa kecil sekaligus cinta pertamamu, kau tau itu.." jawab Dyroth.
Kalea merasa ada sesuatu yang janggal disana, Dyroth tidak mungkin bercanda sembarangan. Menurut kisah novel yang asli, kekuatan sihir sangat kuat dan sangat dipercayai oleh masyarakat. 'Apa Dyroth juga percaya sihir?'
"Dyroth, apa kau percaya pada sihir?" tanya Kalea.
"Tunggu, satu pertanyaan satu jawaban.. Karena aku sudah menjawab pertanyaanmu tadi, kau juga harus bersabar dan menjawab pertanyaanku dulu Kalea.."
"Baik.. apa yang ingin kau tanyakan?"
"Kalea tetap memberiku pertanyaan ya.. Kalau begitu, aku nikmati saja deh." jawab Dyroth dengan senyuman dan mata terpejam.
Kalea mengepalkan tangannya karena kesal. Waktu demi waktu berlalu, Kalea mulai merasa waktunya mulai habis tanpa menemukan titik akhir dari yang dia mau. 'Apa dia sengaja mengulur waktu selama ini?"
Sementara itu, di meja lainnya. Eiser menghela nafas panjang. Matanya terus melirik ke arah jam tangannya, dia telah menghabiskan waktu yang cukup banyak di restoran itu. 'Apa yang mereka bicarakan selama ini?'
"Tuan Eiser, salah seorang pengawal kita menyusul, dia bilang.. rekan kerjamu sangat kewalahan mengerjakan dokumen itu sendirian, bahkan memohon maaf ribuan kali tanda penyesalannya pada Tuan Eiser."
Eiser menghela nafas panjang, kemudian berdiri dan bersiap untuk kembali. Untuk terakhir, Eiser melirik ke arah Kalea. 'Aku tak menyangka kau bisa bepergian begitu lama di ibu kota, aku juga tak menyangka kau bisa menghabiskan waktu tanpa mengeluh.. saat kita bepergian bersama.. semuanya terasa membosankan bagimu, tapi saat aku melihatmu pergi dengan Dyroth, kau terlihat senang dan bersemangat.. Kalea, apa dia kebahagiaanmu?'
Eiser mulai melangkah pergi. Di saat yang sama juga, seseorang memanggil namanya begitu kencang dan jelas. "Eiser!!" panggilnya.
Langkah kakinya terhenti, dia ingin berbalik namun kakinya terasa kaku. Dia takut, alasan dia dipanggil begitu kencang.. karena ketahuan mengikuti mereka hingga ke ibu kota.
Eiser mengepalkan tangannya dengan erat kemudian melangkahkan kakinya lagi. Namun saat kakinya ingin maju, seseorang menahan tangannya. "Eiser!"
Kalea terus memanggil namanya. "Eiser!" panggilnya lagi dan lagi, dia tidak ingin melepaskan Eiser begitu saja disana.
"Aku ketahuan ya.." ucapnya pelan.
"Ya.. tapi aku baru mengetahuinya setelah Dyroth yang memberitahuku.." balas Kalea.
"Dasar orang itu.. Sejak awal dia sudah tau ya.."
Sebelumnya.. Dyroth terus mengulur waktu tanpa memberi pertanyaan lagi pada Kalea. Baginya Kalea terlalu jelas ingin tau tentang dirinya, Dyroth sangat senang karena Kalea mau bertanya tentang dirinya, namun di lain sisi lagi, Dyroth merasa kesal..
'Kalea.. Kau terlihat begitu asing sekarang.. harusnya Kau tidak bertanya 'siapa kau sebenarnya padaku' melainkan Kau akan bertanya.. kapan kita kembali bersama ke Isyarh, kapan kita bisa kembali seperti dulu, dan selalu bertanya 'apa kabar ayah dan ibuku di Isyarh'
Kalea menghela nafas. "Dyroth, sejujurnya.. aku ingin memperbaiki hubunganku dengan Eiser. Tapi aku tidak begitu yakin apa aku bisa melakukannya.." ucap Kalea pelan.
Dyroth sedikit kecewa mendengarnya. Kemudian dia melihat Eiser yang berada di pojok sana, dia terlihat bersiap siap untuk pergi. "Begitu ya, apa kau benar benar ingin memperbaiki hubunganmu dengan Eiser?" tanyanya.
"Benar!" singkat Kalea.
"Kalau begitu lakukan sekarang.." ucap Dyroth sambil menunjuk ke arah Eiser.
Kalea menoleh ke arah yang Dyroth tunjuk, disana dia melihat Eiser sedang berdiri tegap, bersiap untuk pergi meninggalkan restoran itu. Dia tidak bertanya kenapa Eiser bisa ada disini, tubuhnya bergerak sendiri seolah tak ingin membiarkan Eiser pergi tanpanya, Kalea pun memanggil Eiser.
"Eiser!" Kalea memanggil nama Eiser, namun pria itu mulai melangkah pergi. Kalea bergerak cepat ke arah Eiser dan menahannya.
Dyroth tersenyum melihat Kalea yang benar benar serius dengan perkataannya. 'Kau ingin memperbaiki hubungan kalian ya.. ternyata kau sudah jatuh cinta dan semakin dewasa.. Kalea.. apa itu pilihan yang kau pilih? Kau ingin membuatnya bahagia ya?'
Di dalam saku baju Dyroth, ada sesuatu yang bersinar. Sinarnya hanya sebentar, lalu sinarnya itu kembali hilang lagi. Seolah sesuatu telah terjadi untuk sebentar tadi.
Kalea dan Eiser pun pergi bersama, Eiser terlihat kaku saat lengannya dirangkul Kalea, dia terus menjaga kekuatan lengannya, agar Kalea merasa nyaman saat dia ingin bergelantungan disana.
'Aku tidak begitu yakin Kalea akan melakukan hal itu, namun aku tetap ingin melakukannya untuk berjaga jaga, sekiranya Kalea ingin bergelantungan, aku sudah bersiap siap..' monolog hati Eiser.
'Aku tak pernah mengira kalau otot Eiser akan tegang saat aku merangkul tangannya, dia pria yang tangguh dan kuat! aku semakin cinta padanya!' monolog hati Kalea.
"Kalea, Maafkan aku.. aku mengikutimu diam diam.."
Kalea melihat dalam dalam mata itu. Rasa takut akan kehilangannya begitu besar dan tulus, bagaimana bisa dia marah hanya karena diikuti diam diam, malah hal itu membuat Kalea merasa sangat senang!
"Ayo kita beli beberapa cemilan!"
"Tapi,, aku masih ada kerjaan.." jawab Eiser pelan.
"Tenang saja, aku akan membantumu menyelesaikan dokumen itu nanti!" ucap Kalea santai, dia merangkul lengan Eiser lebih erat dan menariknya ke pasar di ibu kota.
Disana Kalea tersenyum dan tertawa lepas, dia sangat menikmati waktu yang dia habiskan bersama Eiser, dia juga membeli beberapa cemilan untuk dibawa pulang.
Dari jauh, Dyroth melihatnya lagi. 'Kalea.. Kau bertanya soal.. apa aku percaya pada sihir? Tentu saja aku juga percaya pada sihir, karena sihir.. adalah bagian dari jiwaku'
.
.
.
Bersambung!