NovelToon NovelToon
Sekretaris Idaman Bos Perfeksionis

Sekretaris Idaman Bos Perfeksionis

Status: tamat
Genre:Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Tamat
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Laras Sagita, gadis kampung yang polos, lucu, dan blak-blakan, merantau ke kota untuk mengubah nasib. Di hari pertamanya melamar kerja sebagai sekretaris, ia tanpa sengaja menabrak mobil mewah milik seorang pria tampan yang ternyata adalah calon bosnya sendiri, Revan Dirgantara, CEO muda yang perfeksionis, dingin, dan sangat anti pada hal-hal "tidak teratur"—alias semua yang ada pada diri Laras.

Tak disangka, Revan justru menerima Laras bekerja—entah karena penasaran, gemas, atau stres akibat energi gadis itu. Seiring waktu, kekacauan demi kekacauan yang dibawa Laras membuat hari-hari Revan jungkir balik, dari kisah klien penting yang batal karena ulah Laras, hingga makan siang kantor yang berubah jadi ajang arisan gosip.

Namun di balik tawa, perlahan ada ketertarikan yang tumbuh. Laras yang sederhana dan jujur mulai membuka sisi lembut Revan yang selama ini terkunci rapat karena masa lalu kelamnya. Tapi tentu saja, cinta mereka tak mudah—dari mantan yang posesif,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Akhir pekan datang seperti oase di tengah padang gurun. Laras sudah siap untuk tidur 12 jam dan makan mie instan sambil nonton drama Korea, tapi tiba-tiba ponselnya bergetar keras.

Pesan dari Arga:

"Hari ini Pak Revan minta kamu ikut survei lokasi proyek di luar kota. Berangkat jam 9. Siap-siap ya."

Laras hampir menumpahkan susu ke mukanya sendiri.

“APA?!! Weekend kok dipakai kerjaaa! Aku belum berdamai dengan kasur!”

Tapi demi profesionalisme dan gaji bulanan yang menyenangkan, Laras pun berdiri dengan wajah seperti kelinci kehausan.

Dia mengangkat koper mini, memakai baju santai yang menurutnya masih ‘rapi’ dan sandal jepit pink andalannya.

 

Di Parkiran Kantor

Revan dan Arga sudah menunggu di mobil dinas.

Revan menatap Laras dari atas sampai bawah.

“Sandal jepit lagi, Kana sepatumu?” tanya Revan heran

“Ini sandal limited edition, Pak. Cuma ada di warung sebelah kosan saya, sepatunya terlalu mahal untuk di bawa ke lokasi proyek” jawab Laras mantap.

Arga menahan tawa sampai bahunya berguncang.

“Kalau gitu saya juga mau beli deh, biar matching.” ujar Arga

Laras masuk ke mobil sambil mengangkat sandal ke arah Arga.

“Cuman yang udah naik level ke ‘hidup sederhana tapi bahagia’ yang boleh pakai ini.” ujar Laras

Revan hanya menggeleng pelan. “Perjalanan kita panjang. Jangan nyasar ke kampungmu ya.”

Survei Lokasi Proyek

Setelah dua jam perjalanan dan satu pitstop karena Laras salah baca GPS, mereka sampai di lokasi yang sedang dalam tahap awal pembangunan.

Laras ditugaskan mencatat detail dan berkoordinasi dengan pihak kontraktor. Tapi karena terlalu fokus, dia malah jatuh ke dalam lubang yang ditutup kardus.

“AAAKK! Tolong, saya terjebak dalam jebakan Batman!” teriak Laras.

Arga buru-buru menariknya keluar, penuh tanah dan rumput.

Revan hanya mengangkat alis.

“Kamu harusnya dikasih helm dan GPS pribadi.” ujar Revan

Laras bangkit sambil mengibaskan tanah dari celana.

“Setidaknya saya tetap semangat kerja walau dilukai lubang tak berdosa.”

 

Makan Siang di Warung Tepi Sawah

Setelah survei selesai, mereka memutuskan makan siang di warung tradisional.

Revan awalnya ingin makan dalam mobil, tapi Laras memohon.

“Sekali-kali makan dengan view sawah itu menenangkan, Pak. Anda kan butuh rileks juga.” Ujar laras

Akhirnya Revan menyerah dan duduk di warung bambu. Laras memesan ayam bakar, sambel terasi, dan teh manis.

“Kalau Bapak senyum waktu makan sambal, berarti Bapak manusia biasa,” kata Laras sambil menyuap nasi.

Revan mencoba sambalnya. Alisnya naik sedikit.

“Lumayan.”

Laras berseru. “Akhirnya, saya menemukan titik lemah Pak Revan: sambal pedas!”

Arga tertawa geli. “Catat. Kalau Pak Revan galak, kasih sambal saja.”

 

Sore Hari: Hujan Deras dan Momen Lucu

Saat hendak pulang, hujan deras mengguyur. Mereka terjebak di warung karena mobil cukup jauh diparkir.

Laras menatap hujan sambil berkata,

“Pak, kalau kita kehujanan bareng, itu artinya kita sudah melalui ujian alam bersama.”

Revan menoleh pelan.

“Kalau kamu pilek besok, artinya cutimu dipotong.”

“Duh, kok realitanya pahit ya,” Laras cemberut.

Arga akhirnya berinisiatif membeli jas hujan plastik tipis dari warung sebelah. Mereka berlari ke mobil seperti anak kecil. Laras yang memakai sandal jepit, terpeleset sekali tapi langsung berdiri sambil berseru,

“Lupakan jatuhnya, fokus pada tawa hidup ini!”

Revan hanya tertawa kecil di balik suara hujan. Untuk pertama kalinya, dia tidak terlihat terlalu dingin. Bahkan sempat menawarkan tisu kering ke Laras.

 

Malam Hari di Kosan Laras

Setelah sampai di kota dan diantar sampai depan kos, Laras turun dengan wajah lelah tapi bahagia.

“Terima kasih ya, Pak Revan. Hari ini menyenangkan.”

Revan hanya mengangguk dari dalam mobil.

Setelah mobil pergi, Laras masuk ke kamarnya, duduk di lantai, dan mengirim pesan suara ke ibunya:

Laras: “Bu… aku tadi makan bareng bos. Di warung ayam bakar. Dan dia makan sambel! Aku nggak tahu harus bangga atau cemas… tapi aku ketawa terus.”

Dari balik layar, ibunya membalas:

Ibu: “Yang penting jangan naksir bos ya. Biasa aja. Naksir tuh kayak kebanyakan sambel—panasnya baru terasa nanti!”

Laras tertawa sambil memeluk bantal.

“Hari ini, hidupku lucu banget.”

Hari Sabtu pagi, matahari baru naik setinggi atap kosan Laras. Tapi suara notifikasi grup kantor sudah bikin kepala cenat-cenut.

Arga: “GUYS, INFO PENTING! HARI SENIN LIBUR DADAKAN. KATA IBU DIREKTUR, BOS MAU SEMUA ORANG REHAT.”

Nina: “AKU NYATA MIMPI INI?!”

Laras: “Libur...?”

Revan (admin grup): “Ya. Kerja bagus minggu ini. Nikmati liburnya.”

Semua heboh. Tapi Laras justru makin gelisah. Soalnya, si bos—yang jadi penyebab utama gosip kantor itu—nggak bilang apa-apa soal libur waktu mereka ngobrol sore kemarin.

Baru saja dia mau mengetik di chat pribadi, eh... notifikasi masuk.

Revan: “Laras, kamu punya waktu hari Senin?”

Laras: “Punya... kenapa ya, Pak?”

Revan: “Jangan panggil saya ‘Pak’ pas hari libur. Ayo jalan-jalan. Tapi nggak usah bilang siapa-siapa.”

Laras: “Loh, kenapa nggak boleh bilang-bilang?”

Revan: “Biar nggak muncul meme baru.”

Laras ngakak di tempat.

---

Revan menjemput Laras jam 9 pagi dengan mobil pribadinya—bukan mobil kantor. Kali ini dia mengenakan kaus putih polos dan jaket denim. Rambutnya agak berantakan. Tidak seperti Revan yang biasanya seperti keluar dari katalog majalah bisnis.

“Maaf ya, rambutku miring. Aku barusan bangun,” ujar Revan santai.

“Wah... saya kira CEO itu bangun jam 4 subuh sambil meditasi dan baca laporan keuangan,” jawab Laras sambil masuk ke mobil.

Tujuan pertama mereka: kebun bunga di pinggiran kota.

“Serius? Bunga?” Laras bengong.

Revan nyengir. “Kemarin kamu bilang, ‘Kalau harus jadi bintang gosip, pastikan ceritanya menarik.’ Nah, kita bikin kisah yang pantas dijadiin film.”

Laras terdiam, senyum-senyum sendiri sambil jalan di antara bunga matahari.

Setelah itu mereka mampir ke warung makan kaki lima. Revan ngotot ingin beli gorengan dan es kelapa muda. Sambil duduk di trotoar, Revan nanya, “Kamu pernah pacaran serius, Laras?”

“Pernah. Tapi cowoknya takut komitmen. Selalu lari pas aku serius.”

“Hmm... sepertinya dia belum lihat kamu sekuat sekarang.”

Laras tertawa. “Atau dia takut karena aku bisa ngalahin dia pas debat.”

Revan menatapnya sebentar. “Kalau aku justru suka perempuan yang bisa ngelawan aku ngomong. Biar nggak bosan.”

---

Kembali ke Kantor: Reputasi Baru

Hari Selasa, kantor jadi agak sepi. Banyak yang masih mood libur. Tapi kabar mutasi Dinda sudah menyebar. Beberapa staf mendadak jadi lebih sopan pada Laras.

Bahkan Nina dari tim keuangan tiba-tiba ngajak makan bareng.

“Lar, sorry ya... dulu aku sempat ikut ngomongin kamu. Tapi kamu ternyata... ya gitu deh. Bikin hidup kantor nggak ngebosenin,” kata Nina sambil ngunyah risol.

Laras nyengir. “Aku maafin. Tapi bayar makan siangku, ya.”

Arga lewat sambil nenteng bunga plastik. “Larasss, kamu kapan nikah? Aku mau daftarin jadi MC!”

“MC-nya ganti sama pengamat gosip aja, Ga!” teriak Laras sambil lempar tisu.

Di ruangannya, Revan menerima laporan produktivitas mingguan. Tim Laras meningkat drastis. Dia tersenyum sendiri.

bersambung

1
Atik Kiswati
mksh buat ceritanya....
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒆𝒓𝒆𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 👍👍👍👏👏👏😘😘😘
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒊𝒃𝒖𝒓 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕 👍👍👍👏👏👏😘😘😘
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒅𝒂" 𝒔𝒂𝒋𝒂 🤣😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒑𝒐𝒑 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒘𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒉 🤣🤣
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓 𝒃𝒊𝒃𝒊 𝑵𝒖𝒓
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒊𝒓𝒂𝒊𝒏 𝒃𝒂𝒃𝒚 𝒕𝒘𝒊𝒏𝒔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒉𝒐𝒓𝒐𝒓 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕 𝒏𝒈𝒊𝒅𝒂𝒎𝒏𝒚𝒂 𝑳𝒂𝒓𝒂𝒔 😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒆𝒕𝒖𝒍𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒈𝒆𝒔𝒓𝒆𝒌 𝒋𝒅𝒏𝒚𝒂
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝑳𝒂𝒓𝒂𝒔 𝒉𝒂𝒎𝒊𝒍 𝒔𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒃𝒂𝒃𝒚 𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒘𝒊𝒏𝒔 𝒚𝒂 😄😄
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑳𝒂𝒓𝒂𝒔 𝒅𝒊 𝒃𝒂𝒘𝒂 𝒔𝒂𝒏𝒕𝒖𝒚
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒖𝒍𝒂𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒏𝒊𝒉 😅😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒅𝒂"𝒔𝒂𝒋𝒂 😏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒆𝒓𝒖 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕 𝒌𝒂𝒚𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂 😁😁
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒈𝒆𝒔𝒓𝒆𝒌 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 🤣🤣🤣
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑪𝒍𝒂𝒓𝒂 𝒈𝒂𝒌 𝒌𝒂𝒑𝒐𝒌"
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑨𝒓𝒈𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒉𝒂𝒕𝒊" 𝒍𝒉𝒐 𝒌𝒂𝒓𝒏𝒂 𝒎𝒂𝒖 𝒅𝒊𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒊𝒏 𝒅𝒊 𝒈𝒓𝒖𝒑 𝑾𝑨 😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑳𝒂𝒓𝒂𝒔 𝒌𝒆𝒓𝒆𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏 👍👍👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑳𝒂𝒓𝒂𝒔 𝒈𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒌𝒖𝒕"𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒎𝒖 𝒄𝒂𝒎𝒆𝒓 😁😁
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒍𝒊𝒃𝒖𝒓𝒂𝒏 𝒚𝒈 𝒈𝒂𝒈𝒂𝒍 𝒕𝒑 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!