Anisa dan Yusuf pasangan suami istri yang memiliki kehidupan nyaris sempurna. Ekonomi cukup, tiga orang anak dan mertua yang tidak ikut campur. Namun, ujian datang dari mantan kekasih Anisa dan mantan istri Yusuf. Kehadiran mantan istri Yusuf juga telah membuat ibu mertua Anisa membencinya. Seiring berjalannya waktu, Yusuf tidak bisa menolak kehadiran mantan istrinya untuk kembali. Hingga memutuskan setuju untuk menikah siri, tapi Yusuf merahasiakan pernikahannya dari Anisa. Lalu bagaimana Anisa dengan mantan kekasihnya yang juga ingin bersamanya, akankah berhasil ? Apakah pernikahan Yusuf dan Anisa akan berakhir atau malah akan semakin kuat ? Yuk baca, like, komen dan share ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CumaHalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Selamat sore, Om dan Tante." Kania menyapa pak Hasan dan Bu Evelyn penuh takzim.
"Tante, gimana keadaan mas Yusuf sekarang?" sambung Kania, meskipun tak ada yang menjawabnya.
"Sudah lebih baik, tapi masih belum sadar karena pengaruh obat." Bu Evelyn menjawab pertanyaan Kania.
"Trus pelaku yang udah meracuninya udah ketangkep?"
"Ga tau, gimana kabar dari polisi, Pa?" tanya Bu Evelyn menoleh ke Pak Hasan.
"Belum ada kabar, kamu ngapain kesini Kania?"
"Mau jenguk mas Yusuf, Om. Gimanapun juga dia masih menjadi pria paling spesial di hatiku," ucap Kania.
Pak Hasan meninggalkan keduanya karena merasa muak dan masuk kembali ke rumah sakit. Bu Evelyn dan Kania mengekor di belakang pak Hasan. Sampai di depan ruangan Yusuf, Kania menatap sinis Anisa.
Anisa tidak ingin berada di dekat Kania, ia berdiri dari kursi dan melangkahkan kakinya masuk ke ruangan Yusuf. Anisa membuka pintu dan Bu Evelyn menghentikannya. Lalu Anisa menoleh menatap Bu Evelyn.
"Ada apa, Ma?" tanya Anisa.
"Mau ngapain masuk?"
"Aku mau nunggu mas Yusuf dari dekat Ma. Siapa tau sebentar lagi sadar."
"Kamu pulang saja sana, anak-anak ga ada yang urus."
"Tapi kan ada Mela dan pengasuh yang lainnya Ma," tolak Anisa.
"Ngeyel ya kamu dibilangin, mereka itu ngurusnya ya beda sama di urus orang tua sendiri. Sekarang Yusuf kaya gini gara-gara kamu, apa kamu mau terjadi apa-apa sama anak-anakmu kalau ga di jagain sendiri?" bentak Bu Evelyn.
"Ma, wajar kalau Anisa ingin di dekat suaminya. Kenapa kamu malah menghalanginya!!" protes keras pak Hasan.
"Pergi sana!!!" usir Bu Evelyn menatap Anisa.
"Baik, Ma." Anisa menutup kembali pintu ruangan Yusuf. Lalu Anisa berpamitan pulang pada Pak Hasan dan Bu Evelyn.
"Kenapa mama malah mengusirku, bukannya Kania," Anisa bergumam sambil berjalan. Setelah Anisa pergi, Kania mulai mendekati Bu Evelyn lagi.
"Tante, apa aku boleh masuk ke dalam?"
"Tentu saja Kania," jawab Bu Evelyn sambil tersenyum.
Kania masuk dan Pak Hasan mendekati istrinya. "Kamu sudah tidak waras Evelyn?"
"Tentu saja aku waras, Pa. Lihat saja Kania itu wanita yang sungguh-sungguh mencintai Yusuf."
"Ck... Terserah kamu lah, aku pergi sekarang," ucap Pak Hasan kesal.
Pak Hasan meninggalkan Bu Evelyn sendirian di luar ruangan Yusuf. Perasaannya berkecamuk melihat tingkah istrinya. Lalu pak Hasan memutuskan pulang ke rumahnya.
Yusuf membuka matanya dan melihat ke kanan dan kiri. Ia terkejut karena yang ada di sampingnya Kania, bukan istrinya. Yusuf menatap tajam Kania yang sedang fokus dengan hpnya.
"Kamu ngapain disini?"
"Menunggu kamu Mas, aku yang merawatmu."
"Pergi saja Kania, aku tidak mau kamu ada disini."
"Tapi Tante Evelyn yang mengijinkan aku disini."
"Nggak mungkin," jawab Yusuf ketus.
Kania tersenyum dan keluar ruangan, lalu kembali. Bu Evelyn berjalan di belakang Kania dan tersenyum melihat putranya telah siuman. Lalu Bu Evelyn berdiri di samping Yusuf dan mengelus kepalanya.
"Sayang, kamu sudah sadar? Mama lega akhirnya kamu siuman juga," ucap Bu Evelyn.
"Ma, apa benar Mama mengijinkan Kania disini?"
"Betul, dia akan merawatmu selama disini."
"Nggak Ma, aku maunya Anisa yang disini, bukan dia."
"Biarkan Anisa dipuas-puasin sama selingkuhannya, sayang. Dan perlu kamu tau kalau ternyata yang meracunimu adalah mantan pacarnya Anisa."
"Mantan pacar Anisa? Ma, mantan Anisa cuma Yunus, ga mungkin dia meracuniku, lagipula tadi dia ga bisa hadir di acaranya Alif."
"Kamu gimana sih sayang, istrimu itu pemain handal. Pacarnya kanan kiri, jadi ya mantannya otomatis seabrek."
"Ma, kenapa Mama bicara begitu? Dulu Mama yang sangat yakin kalau Anisa gadis yang baik buatku. Kenapa sekarang Mama malah ngomong sejelek itu tentang Anisa."
"Maaf sayang, Mama baru tau aslinya Anisa akhir-akhir ini. Mama bahkan lihat dengan mata kepala mama sendiri. Sekarang Mama sulit percaya sama istrimu itu."
"Cukup Ma!!! Sekarang suruh Kania pergi dari sini. Aku tidak ingin melihatnya."
"Em, ya sudah Tante, sebaiknya aku pergi aja dari sini." Kania mengambil tas dan melangkahkan kakinya menuju pintu.
"Kamu jangan kemana-mana Kania, disini saja dan rawat Yusuf. Yang dia butuhkan seseorang yang tulus mencintainya sepertimu untuk merawatnya sampai pulih."
"Nggak!!! Pergi kamu dari sini!" bentak Yusuf.
"Yusuf, ini perintah Mama. Kania harus tetap disini untuk merawatmu. Mama mau pulang sekarang, besok baru kesini lagi." Bu Evelyn mengambil tas dan kunci mobilnya di atas nakas. Lalu melangkah keluar ruangan dengan cepat.
Yusuf mendengus kesal dan memandang Kania penuh kebencian. Sementara hati Kania terasa bahagia dan berbunga-bunga, akhirnya ia memenangkan persaingannya dengan Anisa. Kania duduk di samping Yusuf dan menatapnya penuh cinta, namun sebaliknya dengan Yusuf.
KEESOKAN HARI
Pak Hasan datang ke rumah Yusuf untuk menemui Anisa. Saat keluar dari mobil, Hana berlari dan memeluk kakeknya. Pak Hasan menggendongnya masuk ke rumah.
"Pa, sejak kapan Papa sampai? Maaf tadi aku ga denger," ucap Anisa.
"Baru saja Anisa, kalian mau kemana?"
"Mau anter Alif ke sekolah, Pa."
"Anisa, setelah mengantar Alif ke sekolah, Papa harap kamu ke rumah sakit. Jangan dengerin Mama, karena Yusuf yang di cariin kamu. Bukan Kania."
Anisa menunduk dan mengulum senyum. "Pa, tapi aku ga mau ada pertengkaran disana. Apalagi mas Yusuf sakit, aku cuma mau dia ga banyak pikiran."
"Justru kalau kamu ga disana malah membuatnya banyak pikiran. Kejadian antara kamu dan Yusuf akhir-akhir ini membuatnya sedikit takut kehilanganmu Anisa. Yusuf itu ceritanya ke Papa bukan mama," bujuk Pak Hasan.
"Ya sudah, setelah mengantar Alif. Aku dan Hana akan kesana Pa."
"Nah... Gitu dong, biar Papa yang anter kalian. Kita ke rumah sakit bareng-bareng."
Kemudian Anisa menghampiri Alif yang masih kesulitan memakai sepatunya. Setelah itu, Anisa, Alif dan Hana pergi bersama pak Hasan. Saat sampai di depan sekolahnya, Alif tidak mau keluar dari mobil.
"Alif, ayo keluar. Itu teman-teman sama gurumu udah datang semua." Anisa menyentuh pundak Alif yang duduk disamping pak Hasan.
"Alif mau ikut ke rumah sakit, jenguk papa."
"Nanti sepulang sekolah saja, kakek yang akan jemput kamu."
"Nggak mau, pokoknya Alif maunya sekarang," rengek Alif.
"Alif, Mama mohon jangan gitu dong. Ayo keluar sayang."
"Baiklah...." Alif mengalah dan keluar dari mobil setelah dicium pak Hasan dan Anisa.
Pak Hasan melajukan mobilnya ke rumah sakit. Sampai rumah sakit Anisa dan Hana segera keluar dari mobil, karena Hana tidak sabar bertemu dengan papanya. Anisa juga harus menggandengnya dengan erat supaya Hana tidak lepas jalan sendiri.