NovelToon NovelToon
VR Immortal: Sekteku Aturanku

VR Immortal: Sekteku Aturanku

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Sistem / Kelahiran kembali menjadi kuat / Menjadi NPC / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dwalkii

Di dunia kultivasi Cangxuan, Han Wuqing bereinkarnasi dari bumi ke dunia kultivasi abadi yang penuh kekuatan dan ketidakadilan.

Setelah berkultivasi selama 10 tahun dengan susah payah, tanpa dukungan apapun. Akhirnya cheat system muncul mewajibkan dia membuat sektenya sendiri.

System aneh yang mengizinkannya memanggil kesadaran orang orang dari bumi, seolah dunia adalah game virtual reality.

Orang-orang dari bumi mengira ini hanya permainan. Mereka menyebutnya "VR immortal".

Mereka pikir Han Wuqing NPC...
Mereka pikir ini hanya ilusi...

Tapi didunia ini— Dialah pendirinya, dialah tuhan mereka. Sekteku Aturanku

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwalkii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Yue Yang Menerima Nasibnya Dan Aula tempa Baru

Yue menatapnya dengan ragu. “Aku masih belum sepenuhnya percaya dengan ceritamu soal kalian ini... sekte kuno atau entah apa tadi. Tapi setelah melihat semua ini... aku percaya satu hal.”

Ia menunjuk ke arah langit, di mana bekas formasi cahaya masih samar-samar berputar.

“Kalau senior yang membantumu ini... Sosok Kultivator Besar”

Han tersenyum kecil.

Yue menatapnya dengan sorot mata penuh teka-teki. Bukan kagum, melainkan curiga. Ada kecerdasan yang sudah terlalu lama ia pendam, dan kini perlahan muncul ke permukaan.

“Tapi satu hal masih membuatku heran, Han.”

Han menoleh perlahan. “Apa?”

Yue menyipitkan mata. Suaranya tenang, tapi menyimpan ketajaman tersembunyi.

“Waktu itu, ketika kita tahu Sekte Serigala Malam akan menyerang dengan membawa para mortal... kau menyuruhku kabur kalau kau tak kembali.”

Han tidak menjawab.

“Katamu, Ziyan tak boleh turun tangan karena bisa menarik perhatian sekte besar—aku bisa terima itu. Tapi kalau kau punya 'senior' sekuat itu… kenapa tidak minta bantuan dia waktu itu?”

Ia melangkah setengah langkah ke depan, menatap wajah Han langsung.

“Dan ayo kita lupakan cerita tentang asal-usul sektemu. Aku tidak bodoh, Han.”

“Sejak hari pertama aku sadar di sekte ini, aku sudah merasa ada yang janggal. Murid-muridmu kadang menyebutmu dengan panggilan aneh. Kadang menyebutku... dengan istilah yang bahkan tidak cocok untuk manusia.”

“Aku melihat mereka mati, lalu hidup kembali. Aku melihat mereka tertawa saat tubuh mereka terbakar. Dan kau... terus bertindak seolah aku tak tahu apa-apa.”

Han akhirnya bicara. Suaranya dingin dan tegas.

"Ya," katanya, tanpa jeda. Tanpa minta maaf. Seperti menyebut cuaca.

Han menatap Yue, nadanya tetap tenang, tapi napasnya sedikit tertahan. “Semua cerita itu... tentang sekte kuno, tentang aku sebagai pewaris terakhir—itu fiksi. Aku membuatnya. Untuk mereka.”

Ia menghela napas.

“Mereka butuh cerita. Butuh latar belakang. Butuh ilusi yang membuat semua ini terasa masuk akal.”

Han melanjutkan dengan nada datar.

“Kau tahu lebih dari yang seharusnya. Tapi kontrak hidup-mati yang kau tandatangani cukup untuk menjagamu tetap hidup.”

Yue mencibir, wajahnya sedikit memerah karena marah atau kesal—atau keduanya.

“Hmph. Kau terlalu dingin!”

Tapi suaranya tak setajam sebelumnya. Ada kelelahan di sana, dan sedikit... pengertian.

“…Tapi baiklah. Aku akan mainkan cerita itu untuk mereka. Aku bisa pura-pura jadi penjaga perpustakaan dari sekte purba, atau pemilik rahasia tua yang menunggu waktu—seperti dalam cerita-cerita yang mereka yakini.”

Ia menatap Han lagi, kali ini lebih tajam.

“Tapi… kau belum menjawab yang paling penting.”

Han menahan napas.

Yue mendekat, suaranya pelan, nyaris seperti desahan:

“Kalau kau benar-benar punya ‘senior’ sekuat itu… yang bisa membangun ulang sektemu hanya dengan satu perintah—kenapa tidak memintanya menolongmu saat Sekte Serigala Malam menyerang?”

Hening sebentar, Han menatap ke arah barat, ke gugusan bukit jauh di utara, tampak samar di balik dataran berkabut tempat mereka berdiri“…Karena dia bukan pelindung,” jawabnya akhirnya. “Dia hanya menilai.”

Yue menyilangkan tangan, masih menatap langit yang perlahan kembali jernih. Sisa kabut qi menggantung tipis di udara seperti tirai yang baru saja dibuka paksa.

“Hmm… hanya menilai, ya?” gumamnya pelan. “Seperti pengawas diam-diam? Ah, tak penting. Aku tidak peduli.”

Ia menoleh ke Han. Pandangannya datar, tapi ada senyum samar yang terselip di ujung bibirnya—sulit ditebak apakah itu sarkasme atau sekadar lelah.

“Jadi… mau masuk dan memeriksa?”

Han mengangguk singkat. “Ayo.”

Mereka melangkah melewati gerbang utama Sekte Yuandao, kini berdiri megah dengan lengkungan batu yang dilapisi ukiran qi halus. Di kejauhan, bangunan-bangunan baru menjulang tenang dalam senja yang semakin redup.

Tak ada kata kagum. Tak ada pujian. Hanya langkah-langkah ringan yang berderap di atas batu putih berkilau.

Burung kecil terbang rendah di taman samping jalan, sayapnya memantulkan cahaya spiritual yang berpendar lembut.

Sesekali, angin membawa aroma logam hangat dari utara—dari bangunan yang belum lama berdiri: Aula Tempa.

Setibanya di persimpangan empat arah, Han berhenti dan menoleh.

“Yue,” katanya pelan, “Aula Tempa ada di utara. Aku ingin memeriksa bangunannya. Mau ikut?”

Yue melirik ke arah timur. Perpustakaan Sekte kini menjulang satu lantai lebih tinggi, jendelanya bersinar lembut oleh formasi ilusi. Di puncaknya, lonceng giok baru berayun ringan tanpa suara.

Ia menghela napas kecil.

“Tidak. Aku ke perpustakaan saja.”

Han menatapnya sebentar.

Yue melanjutkan, nadanya ringan namun jujur. “Mungkin kamarku di sana tidak lagi sekecil peti kayu. Siapa tahu, kali ini ada bantal.”

Ia berbalik perlahan dan mulai berjalan menyusuri jalan timur. Langkahnya tenang, tidak tergesa. Seperti seseorang yang tak lagi melarikan diri... tapi juga belum memilih untuk tinggal.

Han hanya diam, mengikuti sosoknya yang perlahan menjauh, hingga lenyap di balik bayang-bayang pepohonan giok.

Kemudian, ia melanjutkan langkahnya menuju utara.

Aula Tempa menantinya.

Han tiba di depan Aula Tempa didepannya terlihat bangunan baru yang berdiri megah, tapi sepi. Tidak ada suara. Tidak ada percikan api. Hanya keheningan… yang terasa terlalu bersih untuk tempat menempa besi.

Udara di dalam sedikit lebih panas, tersimpan oleh dinding batu giok gelap yang menyerap panas dari tungku di sisi timur. Ruangannya luas. Sebuah palu besar tergantung di atas pintu masuk, dan anvil-anvil tertata rapi di sepanjang sisi dinding. Rak-rak logam kosong berbaris di belakang, disiapkan untuk menampung bilah mentah dan material spiritual.

Di salah satu sisi, ada meja kerja kulit—alat pemotong, cetakan zirah, dan tumpukan kulit keras dari binatang roh. Semua tampak baru, belum disentuh.

Han memutar tubuhnya, mengamati.

Semuanya lengkap.

Tapi sunyi.

Tak ada pekerja. Tak ada suara palu. Tak ada napas.

Ia berdiri di tengah aula, lalu memanggil sistem dalam pikirannya.

[Tempat: Aula Tempa] Fungsi: – Pembuatan senjata dan zirah (dengan bahan dari pemain) – Perbaikan barang – Upgrade senjata.

Status: Tidak Aktif Alasan: Tidak ada operator

Han menatap sekeliling sekali lagi. Tangannya terlipat di belakang punggung.

“Jadi... tetap tak bisa berjalan sendiri.”

Ia menunduk, berpikir.

“Tempat ini akan jadi pusat kebutuhan harian para pemain. Tempat mereka datang membawa barang, minta dibetulkan, ditingkatkan, atau dibuatkan sesuatu... Tapi hanya jika ada seseorang yang menjaga tempat ini.”

Ia memanggil satu panel lagi.

[Boneka Kustomisasi – Tersedia di Toko Sistem] → Atur tampilan, kepribadian, kultivasi → Tambahkan Keahlian: Tempa / Alkimia / Jimat → Integrasikan teknik dan tingkatan kultivasi langsung ke tubuh boneka.

Han tidak segera menekan tombol.

Ia hanya menatap tungku kosong itu sekali lagi.

“Tak ada gunanya membangun sekte... jika semua ruangan hanya jadi dekorasi.”

1
Filan
Game yang kompleks.

Sangat hati-hati sekali ya, jangan sampai mati.
Filan
han wuqing rajanya.
orang lain di dunia itu ga nyadar kalau dunia mereka game?
Filan
developernya di bumi siapa?
masih misteri
Filan
yang kayak gini tulisan semacam surat atau artikel bisa dibedakan dg cetak miring.
Dwalkii
ah🤔 maksudnya nama asli kak? susah juga sih... ini kan Mereka di dunia game, jadi menurut ku lebih masuk akal memakai nickname kan? aku sudah punya rencana jika misal di dunia nyata baru aku kenalkan dengan nama asli pemain
Filan: kamu kalau jawab pertanyaan klik di jawab komentarnya.
total 1 replies
Filan
sayang ya, Nama-nama player ga bisa diganti nama normal.
iqbal nasution
good
Dwalkii
yap😌, dengan kata lain di banned
Filan
ga bisa revive?
Filan
di luar kelihatan cool tapi di dalam hatinya pastinya nggak.
Filan: itu dia. pasti udah kesal 😤
Dwalkii: pastinya kesal😆🤣
total 2 replies
Filan
mutualisme-lah. tumbuh bersama.
JustError
ramaikan🔥🔥🔥🔥
Filan
keren sih... kayaknya pusing bikinnya.
Dwalkii: Banget, Kak 🫠 Rasanya kayak lagi nyusun sistem game MMO dari awal ribetnya minta ampun. Menurutku, bagian paling susah tuh justru di awal-awal, pas harus nentuin dunia, aturan, sama vibe ceritanya. Tapi begitu udah masuk bab-bab tengah, nulisnya jauh lebih ngalir dan seru
total 1 replies
Filan
di duniamu juga gabungan klasik dan modern tapi dunia game.
LordGu
Ceritanya menarik/Good/
Filan
padahal baru dibikin /Facepalm/
Filan
aneh
Filan
gimana dia bisa ngirim peralatan VR, emang ada admin di bumi?
Dwalkii: kalau itu... masih Suspended Mystery
kak😅, tapi nanti aku akan tulis penjelasan nya agar nanti tidak menjadi plot hole, hehe
total 1 replies
Filan
kasih ilustrasi di sini
Filan
ini percakapan di GC kan? makanya ada emot?
kamu harus pakai nick name trus : kalau percakapan GC. atau atasnya nickname bawahnya percakapan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!