"Bapak, neng lelah kerja. Uang tabungan untuk kuliah juga gak pernah bisa kumpul. Lama-lama neng bisa stress kerja di Garmen. Cariin suami yang bisa nafkahi neng dan keluarga kita, Pak! Neng nyerah ... hiikss." isak Euis
Keputusasaan telah memuncak di kepala dan hati Euis. Keputusan itu berawal karena dikhianati sang kekasih yang berjanji akan melamar, ternyata selingkuh dengan sahabatnya, Euis juga seringkali mendapat pelecehan dari Mandor tempatnya bekerja.
Prasetya, telah memiliki istri yang cantik yang berprofesi sebagai selebgram terkenal dan pengusaha kosmetik. Dia sangat mencintai Haura. Akan tetapi sang istri tidak pernah akur dengan orangtua Prasetyo. Hingga orangtua Prasetyo memaksanya untuk menikah lagi dengan gadis desa.
Sebagai selebgram, Haura mampu mengendalikan berita di media sosial. Netizen banyak mendukungnya untuk menghujat istri kedua Prasetyo hingga menjadi berita Hot news di beberapa platform medsos.
Akankah cinta Prasetyo terbagi?
Happy Reading 🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 : Kecupan tanpa disadari
Hai Readers...
Bab kesepuluh ada hati yang mulai berpaling, ada Es yang mulai mencair... Happy reading 💕 💕
***
Mentari masih belum menampakkan cahayanya saat bik Sumi membuka pagar rumah majikannya. Dia bingung karena mesin mobil masih menyala, dan pintu depan tidak terkunci. Dia mencium aroma alkohol yang begitu menyengat.
"Euughh... Dingiiinn" suara erangan terdengar
"Ya Ampun tuan! Kenapa tidur di sini?" pekik Sumi
"Dingiiinn... " lirih Prasetya dengan bibir yang mengigil.
"Badan tuan panas banget ini." panik Sumi begitu khawatir, dengan cepat Sumi menghubungi majikan besarnya.
"Bu haji, tuan Pras sakit, saya datang tuan Pras sudah tergeletak di lantai ruang tengah, saya mau angkat ke kamar gak kuat." panik Sumi di sambungan telepon.
[Ya ampun itu anak, pasti typusnya kambuh lagi deh. Saya sama bapak sedang ada pengajian di Sumedang Bik, nanti Euis dan Tarjo yang ke sana.] jawab Bu Arini
Sumi tidak beraniengatakan bahwa tuan mudanya pulang dalam keadaan mabuk. Setelah menunggu empat puluh lima menit, Euis dan Tarjo datang, tidak berapa lama dokter keluarga tuan Ali pun datang saat Pras sudah di baringkan di kamar dan digantikan pakaiannya.
"Kenapa lagi majikanmu, Jo?" tanya dokter Levi
"TBC dok." jawab Tarjo. Levi sangat hapal Tarjo selalu punya plesetan.
"Tekanan Batin Cinta maksudmu?" tebak Levi
"Nah itu dokter tahu, karena istrinya Jarum Super, dok." lanjut Tarjo
"Jarang di rumah suka pergi." tebak Levi lagi
"Dokter makin pinter aja sama teka teki saya." gurau Tarjo
"Jo, cewe yang di bawah tadi siapa?" tanya Levi
"Mm.. Anu—baby sitter non Sandra dok, namanya Euis." jawab Tarjo, karena Pras ingin status istri keduanya di rahasiakan.
"Owh geulis pisan, saya pikir istri kedua Pras." gurau Levi.
"Tuan sudah cinta mati sama nyonya Haura, dok." bantah Tarjo. Levi mengiyakan bantahan Tarjo
Levi dan Tarjo keluar dari kamar Pras, didapatinya Euis sedang membuat bubur dengan beberapa toping.
"Harum sekali masakannya, Pras pasti betah di rumah kalau baby sitternya pandai memasak." gurau Levi sambil terus menatap Euis
"Terima kasih dok pujiannnya, saya sudah buatkan sarapan untuk dokter dan kang Tarjo, silahkan dok dicicipi. Saya antar bubur dulu ke atas." pamit Euis menaiki anak tangga dan masuk ke kamar Pras. mata lelaki itu masih rapat tertutup saat Euis dengan lembut memeriksa kening Pras.
"Juragan makan dulu, setelah itu minum obat." lembut Euis menyentuh bahu Pras.
"Kamu sudah pulang, Ra. Aku kangen kamu, Ra." ucap Pras gelisah masih dengan mata yang tertutup.
"Saya Euis. Juragan, bangun sebentar. Sarapan dulu." Euis kembali menggoyang bahu Pras.
Mata Pras terbuka perlahan. Dia melihat dengan samar sosok di depannya bukan istrinya. Kembali matanya terpejam.
"Juragan, ayo bangun makan dulu." tegur Euis lagi
"Taruh aja disana, nanti aku makan." ucap Pras dengan nada dingin
"Saya gak akan keluar kamar kalau juragan belum makan." dengan wajah cemberut Euis ingin memastikan Pras makan lalu minum obat.
Pras membuka lagi matanya, lalu berusaha bangun, Euis membantu posisi duduk Prasetya meski gesturnya terlihat kikuk.
"Haura kemana, biar dia yang menemaniku." ketus Pras dengan wajah dingin
"Nyonya belum pulang, juragan. Ibu haji dan juragan Ali sedang ke Sumedang. Jadi saya yang diutus ke sini." ucap Euis seraya menyiapkan obat asam lambung untuk Pras minum.
"Minum obat ini dulu sebelum makan." Euis menyodorkan dua buah pil.
Pras hanya melirik tidak berniat mengambil obat di tangan Euis. Dengan lembut Euis langsung memasukan dua butir pil itu ke mulut Pras. Lelaki itu tampak kaget dengan tindakan berani dan spontan Euis, namun akhirnya menurut. Menelan pilnya dan menerima uluran gelas yang berisi air hangat.
"Aaakk... " Euis memperagakan cara buka mulut agar Pras membuka mulutnya.
Pria itu melirik Euis dengan sinis dan akhirnya membuka mulut. Euis memasukkan satu sendok bubur ke dalam mulut Pras, bubur itupun dia kunyah, dan merasakan rasa yang berbeda dari bubur yang biasa bik Sumi beli.
"Bik Sumi beli bubur dimana?" tanya Pras sambil membuka mulutnya lagi.
"Saya yang membuatnya, Juragan. Anda tidak suka?" Euis menatap wajah Pras dengan penasaran
"Tidak buruk... " jawabnya. Euis tersenyum.
"Tapi tidak juga enak, biasa ajalah seperti bubur yang dijual di pinggir jalan." Pras meralat ucapannya demi mengerjai Euis.
Gadis itu tetap tersenyum. Senyumannya lebih lebar hingga dimple di pipinya tercetak dengan sempurna. Senyuman yang pernah membuat lelaki lain seperti Bimo dan Rayhan jatuh cinta melihatnya. Begitu juga Prasetya, dia sempat terpana melihat senyum Euis pagi ini. Pras segera mengalihkan pandangannya keluar jendela.
"Sandra kamu titipkan ke siapa?" tanya Pras, kembali dengan wajah dingin.
"Tadi mertua juragan datang ke rumah Bu haji, di sana ada ibu mertua anda dan Zen yang menjaga Sandra, jadi saya bisa ke sini untuk mengurus juragan." Euis mengambil tissue dan mengelap bubur yang tercecer di dagu Pras.
"Kamu mulai lancang ya!" Pras terlihat tidak suka dengan tindakan Euis, karena jantungnya berdegup kencang saat Euis begitu perhatian pada hal-hal kecil di hadapannya.
Euis terpaku dan tergugu, "m-maaf juragan saya spontan aja." wajah gadis itu menunduk dan sorot mata ketakutan.
"Sudah pergi sana, saya mau istirahat." usir Pras dengan wajah memerah menekan perasaan aneh yang tiba-tiba hadir barusan.
"Saya akan pergi kalau juragan sudah meminum obatnya." Euis tetap keras kepala.
"Nanti!" ketus Pras
"Kapan?" tanya Euis
"Kalau aku bilang nanti ya nanti!" bentaknya dengan nada tinggi
"Baik, setengah jam lagi saya kembali ke sini." Euis merapihkan alat makan di atas nampan dan hendak beranjak.
"Ya sudah sekarang saja. Aku tidak suka kamu ganggu. Dan jangan datang ke sini lagi kecuali aku yang memanggilmu. Aku terbiasa dilayani bik Sumi." Pras mengultimatum
Tanpa menjawab, Euis langsung menyodorkan Lima butir pil yang sudah di siapkan dokter Levi. Setelah memastikan Pras meminumnya, Euis keluar seraya menutup pintu kamar. Di dalam kamar Pras bernapas dengan lega, hatinya sejak tadi gelisah. Ada sesuatu yang lain dia rasakan saat Euis ada di hadapannya. Tapi dia tidak tahu perasaan apa, merasakan nyaman sekaligus menolak perasaan tenang dan nyaman yang perlahan datang di hatinya.
Di lantai bawah, Euis segera meracik masakan untuk nanti siang, dia ingin membuat nasi tim ayam untuk Pras, meski belum pernah membuatnya, ia tetap belajar dengan melihat tutorial di salah satu medsos seorang chef terkenal.
Nasi tim, pisang Sunpride, air hangat, puding dan beberapa butir obat sudah Euis tata di nampan. Euis mendekati bik Sumi yang sedang menggosok pakaian di ruang loundry.
"Bik, tuan Pras minta bik Sumi yang mengantar makanannya." ucap Euis
"Baik neng, ya sudah neng Euis istirahat saja. Sejak tadi kerja terus belum istirahat." jawab Sumi
"Iya saya mau nonton televisi bik." Euis berjalan ke ruang tengah dan duduk dengan nyaman di sofa.
Bik Sumi datang dengan tergopoh, "Neng Euis disuruh ke atas oleh tuan."
Euis mengangkat bokongnya yang sudah nyaman duduk di sana, "Kenapa bik, gak mau makan?" tanyanya penasaran
"He'em maunya disuapin neng Euis. Ketagihan." gurau bik Sumi dengan menaik turunkan alisnya
Euis terkekeh melihat tingkah lucu bik Sumi, lalu ia naik lagi ke lantai atas. Di depan kamar Pras, Euis menarik napas dengan begitu dalam sebelum kakinya melangkah masuk.
"Belum di sentuh?" tanya Euis pelan.
Pras sedang berusaha beranjak bangun untuk ke toilet. Tubuhnya terlihat oleng, Euis dengan sigap menjaga di sisi tubuh Pras. Pria itu terlihat gusar dengan tindakan Euis.
"Saya hanya khawatir juragan jatuh. Saya gak kuat angkat tubuh anda sendirian. Kang Tarjo sedang menjemput mertua anda, Sandra dan Zen." Euis menjelaskan sedikit situasinya agar tidak salah paham lagi.
"Antar aku ke toilet, aku akan wudhu." ucapnya dengan nada dingin
Euis segera membukakan pintu toilet dan memeriksa dalam toilet, khawatir ada lantai yang licin. Lalu membiarkan Pras mengambil wudhu, setelahnya menyiapkan sajadah untuk Pras. Lelaki itu menatap punggung Euis dengan tatapan yang tidak terbaca, seperti ada kesedihan dan kehampaan.
"Kamu sudah sholat?" tanya Pras lembut
"Setelah ini saya akan sholat di lantai bawah." jawab Euis sambil menundukkan pandangannya.
"Sholat di sini saja, ada mukena di rak itu." titah Pras.
"Ah engga usah tuan, itu mukena nyonya." jawab Euis sungkan
"Mukena yang belum pernah dia pakai." jawab Pras dalam hatinya.
"Engga apa-apa, pakai saja. Sudah wudhu dulu sana, Aku tunggu kamu." titah Pras. Euis pun langsung beranjak ke toilet untuk wudhu.
Satu hal yang Pras tahu saat itu, dibalik sifat keras kepala Euis selama ini, yang seringkali membalik-balikkan ucapannya, Euis adalah gadis penurut dan bisa diajak kepada hal kebaikan. Pras mulai menikmati waktu bersama Euis. Mereka pun menuntaskan ibadah Dzuhurnya dengan berjamaah, suatu moment yang tidak pernah terwujud jika bersama Haura.
Setelah sholat, Pras duduk di sofa menunggu Euis menyuapinya. Dia ingin sekali dimanja saat itu, setelah selama ini selalu berusaha tegar dan menerima keadaan rumah tangganya, dia berpikir, diberi perhatian dan disayang istri juga sebuah ketenangan dan kenyamanan yang selama ini ia butuhkan.
Euis berdiri di sisi ranjang menunggu Pras duduk di tempat tidur. Tapi Pras menepuk sisi sebelah sofa dimana ia sudah duduk.
"Suapi aku di sini." ucapnya lembut
Euis kembali mengambil nampan yang sudah diletakkan di meja samping tempat tidur, lalu ia letakkan di meja depan sofa, dengan ragu, Euis duduk di samping Pras. Sedikit menjaga jarak, lalu memulai menyuapi Pras.
"Sebelumnya kamu kerja dimana?" tanya Pras basa basi
"Kerja di garment, juragan."
"Jangan panggil aku juragan, aku belum setua Abi."
"Baik, Tuan." cicitnya.
"Kamu bukan pekerja di rumahku." sanggah Pras
"Saya kan baby sitter non Sandra." jawab Euis masih menundukkan pandangannya. Pras menggeram, Euis mulai lagi selalu pandai membantah ucapannya.
"Iya tapi kamu juga istriku, kalau sedang berdua panggil namaku saja." tegas Pras
"Gak baik begitu, Tuan. Kita hanya dua tahun berstatus suami istri, nanti jadi canggung setelah masa itu berakhir." jawab Euis
Pras kehabisan akal, dia menyesali ucapannya dua Minggu lalu saat setelah menikahi Euis. "Aku tidak mau makan jika kamu masih memanggilku Tuan." Pras melengos seperti anak kecil yang merajuk.
"Kenapa bisa begitu?! Anda mau sakit terus. Pekerjaan anda bisa terbengkalai kalau anda sakit." omel Euis, diam-diam Pras menikmati obrolan mereka
"Biarin." Pras tetap merajuk
"Ya udah aku manggil pak aja. Biar gak kaku di dengarnya, masa baby sitter manggil kamu, akang atau nama aja. Orang-orang bisa curiga." ucap Euis, tanpa sadar dia sudah merubah panggilan saya-anda menjadi aku-kamu.
Pras menghela napas dengan kasar, meski tidak sesuai keinginannya tapi itu lebih baik daripada dipanggil juragan atau tuan oleh istri sendiri. Dan Euis benar, dia khawatir orang-orang akan curiga tentang hubungannya dengan Euis. Pras ingin mengumumkan pernikahannya dengan Euis setelah perasaannya mantap ingin menceraikan Haura.
"Emh... Asin!!" teriak Pras
"Masa sih?! Tapi aku coba gak deh!" Euis memasukan satu sendok nasi tim ke dalam mulutnya, trus dia menggeleng. "engga kok!"
"Mana sini aku coba lagi" Pras membuka mulutnya, lalu Euis memasukan satu sendok nasi tim beserta ayamnya
"Masih asin!" jawab Pras dengan mengernyitkan wajahnya.
Kembali Euis memasukan nasi tim beserta ayam ke dalam mulutnya, "Engga kok!" bantahnya dengan nada tinggi.
Pras tersenyum nakal. Euis menatapnya dengan curiga. "Bapak ngerjain aku ya?" tuduh Euis dengan wajah kesal.
"Kalau gak begitu, kamu gak akan makan. Kamu belum makan kan?" jawab Pras santai
Euis menundukkan wajahnya, pipinya memerah karena malu, tanpa sadar mereka sudah makan dari sendok yang sama.
"Ayo makan bareng aja." Pras membuka mulutnya lagi.
"Gak usah pak, saya nanti makan bareng Zen, dia sudah beliin saya batagor dan ketan bakar sambel oncom." tolak Euis
"Tumben Zen mau beli jajanan." heran Pras.
"Hmm.. Bapak gak tahu aja, tiap malam kita pergi ke pasar malam nyari jajanan yang lagi viral." jawab Euis semangat
Pras menatap Euis dengan hangat, adiknya yang sedingin es di kutub Utara bisa cair dengan Euis.
...💐💐💐💐💐...
B e r s a m b u n g...
Gaess..jangan lupa like, komen dan Votenya yak👍🫰🫰
wajar Harris gak euis istri kedua prass....