NovelToon NovelToon
CINTA DATANG BERSAMA SALJU PERTAMA

CINTA DATANG BERSAMA SALJU PERTAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Karir / One Night Stand / Duniahiburan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:334
Nilai: 5
Nama Author: chrisytells

Di Shannonbridge, satu-satunya hal yang tidak bisa direncanakan adalah jatuh cinta.
​Elara O'Connell membangun hidupnya dengan ketelitian seorang perencana kota. Baginya, perasaan hanyalah sebuah variabel yang harus selalu berada di bawah kendali. Namun, Shannonbridge bukan sekadar desa yang indah; desa ini adalah ujian bagi tembok pertahanan yang ia bangun.
​Di balik uap kopi dan aroma kayu bakar, ada Fionn Gallagher. Pria itu adalah lawan dari semua logika Elara. Fionn menawarkan kehangatan yang tidak bisa dibeli dengan kesuksesan di London. Kini, di tengah putihnya salju Irlandia, Elara terperangkap di antara dua pilihan.
​Apakah ia akan mengejar masa depan gemilang yang sudah direncanakan, atau berani berhenti berlari demi pria yang mengajarkannya bahwa kekacauan terkadang adalah tempat ia menemukan rumah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chrisytells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17 : Tempat yang Lebih Aman

Kini, opini mulai bergeser. Warga desa melihat Fionn sebagai anak muda mereka yang rentan, yang pernah bangkrut. Sinead memainkan ketakutan mereka bahwa Elara akan menghancurkan Fionn lagi.

​Elara merasakan serangan ini menembus pertahanannya. Ini menyerang trauma yang ia bagi dengan Fionn. Ia tidak bisa menyangkal apa yang terjadi di malam itu, bagaimana ia memohon pada Fionn.

​Meskipun terguncang, Elara menolak untuk tumbang. Ia memukul meja dengan tangan, menarik perhatian kembali padanya.

​“Cukup, Sinead!” Elara berkata, suaranya sedikit bergetar, tetapi penuh perjuangan. “Aku tidak meminta belas kasihan, dan aku tidak peduli dengan gosipmu. Aku adalah korban serangan! Fionn menyelamatkanku dari kejahatan! Dia tidak didorong oleh obat! Dia bertindak berdasarkan keinginannya! Jika kau sangat khawatir tentang integritas Fionn, mungkin kau harus bertanya pada dirimu sendiri, mengapa kau begitu keras kepala ingin menghancurkan apa yang sedang kami bangun?”

​Keheningan melanda. Elara berdiri, napasnya memburu, matanya memancarkan campuran amarah dan air mata yang ditahan.

Tiba-tiba salah seorang pelanggan berdiri dari duduknya, seorang wanita desa yang selalu memandang Elara dengan curiga bernama Maeve, segera angkat bicara.

“Yah, kurasa kita semua tahu bagaimana wanita kota ini. Mereka terbiasa dengan gaya hidup bebas. Mungkin dia tidak benar-benar diracuni, Sinead. Mungkin dia hanya mencoba menggoda Cillian karena dia tahu dia punya banyak uang, dan kemudian kebohongannya terungkap.”

Suara Maeve menusuk. “Maksudku, kenapa wanita dari Dublin yang ambisius mau berlama-lama di sini, bersama Fionn si tukang scone? Pasti ada agenda yang tidak tercantum dalam rencananya. Dia datang untuk proyek, dan mungkin dia ingin menghilangkan stres dengan seorang pria kaya.”

Elara merasakan air mata menggenang. Dia ingin lari. Ingin menghilang kembali ke Dublin, di mana dia bisa merencanakan isolasinya dari rasa malu yang menusuk. Tuduhan dari Maeve terasa seperti serangan fisik, bahkan lebih menyakitkan daripada tamparan Cillian.

Moira segera maju, melangkah ke tengah lantai kayu yang masih berbau kopi. Wajahnya merah karena amarah, tetapi dikendalikan oleh insting keibuan yang keras.

“Cukup, Maeve! Elara adalah tamu kami! Dia adalah wanita yang baik dan terhormat! Kau tidak tahu apa yang kau bicarakan, dan lidahmu jahat!” bentak Moira, matanya menyala. “Kau berani menuduh anak yang baru saja selamat dari serangan? Di mana hati nuranimu?!”

Bibi O’Malley, sosok yang biasanya menenangkan, meletakkan tangan besarnya di bahu Moira, mendukungnya. Suaranya yang biasanya lembut kini terdengar tajam dan dingin. “Maeve, itu tidak adil! Dia terlihat sangat sakit! Kami semua melihat bagaimana Cillian membawanya pergi! Cillian adalah bajingan, dan dia sudah diurus! Jangan kau kotori keadilan yang sudah dilakukan dengan gossip murahan!”

“Gossip? Aku bicara kebenaran, Nyonya O’Malley!” Maeve semakin menjadi-jadi, didukung oleh beberapa bisikan lainnya di sudut kedai. Wajahnya keras dan menghakimi. “Apa kalian tahu? Mengapa obat perangsang? Apakah dia mencoba merencanakan persetujuan dengan Cillian? Kita semua tahu wanita kota itu licik! Dia datang ke desa kita, merusak reputasi seorang pria—walaupun bajingan—lalu bermain peran sebagai korban!”

“Tutup mulutmu, Maeve!” Moira berteriak, maju selangkah, menunjuk. “Elara terluka karena diserang secara fisik! Dia dijebak dan seseorang telah berbuat jahat kepadanya! Kita semua adalah orang yang seharusnya melindunginya, dan kau, kau malah menusuknya dengan kata-kata! Suamimu hampir tewas karena demam tahun lalu, Maeve, dan kami semua membantumu! Kau benar-benar tidak punya rasa syukur?!”

“Itu berbeda, Moira! Ini tentang martabat! Martabat desa kita! Kita tidak butuh wanita yang membawa kekacauan dan skandal ke sini!” balas Maeve, suaranya melengking.

"Maeve! Kau adalah wanita dan seorang ibu. Seharusnya sebagai sesama wanita kau memberikan dukungan dan simpati, bukan menghina sesama wanita!!!" tambah Bibi O’Malley menunjuk ke arah wanita bermulut pedas itu.

"Jangan pernah samakan kedudukan setiap wanita, Nyonya O’Malley. Tentu saja berbeda... aku adalah wanita terhormat yang selalu berusaha menjaga nama baik desa ini selama bertahun-tahun. Sedangkan nona O’Connell?" Maeve menunjuk Elara dan menatapnya dengan tatapan merendah. "Kita tidak pernah tahu apa yang tengah dipikirkan wanita jalang ini—"

“CUKUP!” Suara Fionn menggelegar, lebih keras daripada badai apa pun di Shannonbridge.

Fionn menunjuk Maeve, lalu ke Sinead, dan akhirnya ke seluruh kedai.

Fionn, yang sejak awal mendengarkan dari balik mesin espresso, merasakan amarahnya mendidih. Dia melihat luka di lengannya, dia mengingat mata ketakutan Elara, dia mendengar setiap kata fitnah Maeve. Semua ketakutan masa lalunya tentang chaos, kegagalan, dan penilaian publik kembali menghantamnya. Ini adalah fondasi yang harus ia pertahankan.

Fionn melangkah keluar dari balik meja kopi. Gerakannya tenang, tetapi penuh ancaman. Dia berdiri tegak, langsung menghadap kerumunan. Luka di lengannya yang kini diplester terlihat jelas, menjadi bukti bisu dari perlawanannya. Seluruh kedai hening. Fionn tampak besar, kuat, dan marah.

Ia menatap lurus ke arah Maeve, matanya biru jernih, tetapi memancarkan api yang membakar.

Sedangkan Elara tidak bisa bicara. Kakinya terasa lemas, tubuhnya gemetar. Ia mencengkeram tepi meja kopi, tenggelam dalam rasa malu.

“Kalian berani menuduh wanita ini? Wanita yang hampir dilecehkan dua kali dalam satu minggu? Wanita yang memilih untuk tinggal di sini dan merawat domba yang sakit alih-alih mengejar karier jutaan euro? Dengar baik-baik, karena hal ini adalah kebenaran yang tidak akan kubiarkan disalah gunakan!”

Fionn melangkah maju, tangannya mengepal.

“Elara tidak menggoda siapa pun. Cillian, si bajingan, dendam karena aku menghajarnya pertama kali. Dia menjebaknya. Saat itu Elara sedang sendirian di Pesta Natal. Dia memasukkan OBAT PERANGSANG ke dalam minumannya! Obat yang membuat tubuhnya tidak bisa berpikir jernih, yang membuatnya tersiksa, dan yang dia coba gunakan untuk menodai Elara!”

Fionn mengambil napas tajam. “Aku menemukannya di gudang. Aku melihat bekas tamparan di wajahnya. Elara melawan, meskipun tubuhnya dikhianati oleh obat. Aku tidak menyelamatkannya dari godaan, Maeve! Aku menyelamatkannya dari KEJAHATAN!”

Dia kemudian menatap Elara, matanya dipenuhi cinta dan proteksi. Lalu, menunjuk luka di lengannya. “Luka ini? Bukan karena aku berjuang untuk uang atau proyek. Luka ini karena aku berjuang untuk kehormatan wanita menjadi korban kejahatan."

“Jika ada yang berani menuduhnya lagi, atau menatapnya dengan penghinaan, kalian harus berurusan denganku! Fondasi Elara adalah fondasiku. Dan fondasi ini tidak akan retak!”

Seluruh kedai terdiam. Maeve pucat pasi, menundukkan kepalanya. Penduduk desa lain saling memandang dengan rasa malu. Mereka telah membiarkan bisikan menguasai kebenaran.

Moira berjalan ke Fionn dan memegang lengannya dengan bangga. Bibi O’Malley memeluk Elara yang kini menangis di balik meja.

Fionn beralih menatap Elara. “Aku mencintaimu, Elara. Jangan dengarkan mereka. Kau adalah keberanian yang berjalan.”

Elara, meskipun menangis, tersenyum melalui air matanya. Pembelaan Fionn adalah Rencana C yang paling efektif.

...****************...

Beberapa saat kemudian, suasana mulai mereda.

Sinead, yang berdiri mematung di sudut, tiba-tiba terlihat sangat marah. Bukan hanya sekadar marah karena rencananya gagal, tetapi amarah yang didorong oleh kecemburuan yang membakar. Matanya tidak lagi menunjukkan simpati palsu, melainkan kobaran api yang tertuju pada Fionn.

​Sinead mendekati Fionn, langkahnya cepat dan tegang.

​“Kau sangat bersemangat, Fionn. Sangat emosional,” Sinead berbisik, tetapi dengan nada yang tajam menusuk, matanya berkilat antara amarah dan kekecewaan yang mendalam. “Aku belum pernah melihatmu berjuang seperti itu… bahkan untuk Kedai Kopi-mu di pusat kota Dublin yang kau bilang adalah segalanya bagimu. Bahkan untukku.”

​Fionn menatapnya dengan tatapan lembut tapi tidak menyesal, memegang erat lengan Elara yang masih gemetar. “Ini berbeda, Sinead. Aku berbicara tentang kebenaran dan melindungi orang yang kucintai.”

​Sinead tertawa hampa, tawa yang terdengar seperti pecahan kaca. Ia menatap Elara dari ujung rambut hingga ujung kaki—menilai gaun wol hijaunya, keanggunan kotanya, dan kelemahan emosionalnya—sebelum kembali menatap Fionn. Kecemburuannya kini terlihat telanjang dan brutal. Dia cemburu pada Elara. Cemburu pada intensitas dan kedalaman emosi yang ditunjukkan Fionn pada wanita lain, sesuatu yang selalu ia dambakan dari Fionn.

​“Kebenaran?” Sinead mendesis, mendekat hingga jarak mereka hanya beberapa inci. “Kebenaran adalah bahwa aku yang mengenalmu! Aku yang mengerti rasa takutmu akan kegagalan! Dan sekarang, kau mempertaruhkan segalanya—reputasimu, ketenangan desa ini—untuk seorang wanita yang membawa chaos dan trauma ke sini?”

​Air mata cemburu Sinead menggenang. “Rencanamu di Dublin gagal karena kau ceroboh, Fionn! Dan wanita ini… dia adalah rencana terbesar dan terbodohmu! Kau bahkan tidak bisa mempertahankannya tanpa berkelahi di gudang! Kau hanya menciptakan lebih banyak kekacauan!”

​Fionn hanya menggeleng perlahan, amarahnya sudah mereda, digantikan oleh rasa iba yang dingin. “Kau salah, Sinead. Aku tidak menciptakan kekacauan. Aku menaklukkannya. Dan Elara adalah satu-satunya rencanaku yang fondasinya kuat. Itu sebabnya aku berjuang.”

​Sinead terdiam, kata-kata Fionn menghancurkan harapan terakhirnya. Ia menyadari Fionn tidak akan pernah melihatnya dengan intensitas yang sama. Rencananya untuk mengisolasi Elara dan merebut kembali perhatian Fionn telah gagal total.

​“Yah. Aku harap fondasi barumu ini benar-benar kuat, Fionn,” kata Sinead dengan nada pahit, suaranya dipenuhi ancaman yang tersirat dan kekecewaan yang tak tertahankan. “Karena cita-citamu di masa lalu tidak pernah meminta pengorbanan sebesar ini. Dan kalau dia menghancurkanmu, jangan pernah datang padaku.” Sinead berbalik tiba-tiba, melangkah keluar dari kedai dengan cepat, pintu berderak menutup di belakangnya.

​Fionn hanya melihat kepergiannya, tetapi fokusnya segera kembali ke Elara, yang kini gemetar di sisinya.

​Kemudian, Fionn mengambil cangkir Elara yang kosong, meletakkannya dengan lembut, dan mengajaknya pulang ke Pondok Shamrock. Mereka masuk, dan kini duduk di sofa di ruang tamu, jauh dari bisikan dan mata yang menghakimi.

​“Jangan pedulikan perkataan orang lain. Baik Maeve, atau terutama Sinead,” bisik Fionn, memeluknya erat-erat, menempelkan pipinya di rambut Elara. “Bagiku, kau adalah wanita berharga, paling terhormat, dan satu-satunya rencana yang aku inginkan seumur hidupku.”

​Elara memeluknya kembali, mencengkeram sweter Fionn. Mungkin, kini ia adalah buah bibir di Shannonbridge, dan mungkin ia memang membawa chaos, tetapi dia adalah wanita yang dicintai, dipertahankan, dan dihormati di depan publik oleh pria yang ia cintai. Dia tahu, dia telah menemukan tempat yang lebih aman daripada Gantt Chart mana pun. Fionn adalah fondasinya.

1
d_midah
ceilah bergantung gak tuh🤭🤭☺️
d_midah: kaya yang lebih ke 'sedikit demi sedikit saling mengenal, tanpa terasa gitu' 🤭🤭
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!