Luna Evelyn, gadis malang yang tidak diinginkan ayah kandungnya sendiri karena sang ayah memiliki anak dari wanita lain selain ibunya, membuat Luna menjadi gadis broken home.
Sejak memutuskan pergi dari rumah keluarga Sucipto, Luna harus mencari uang sendiri demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hingga suatu malam ia bertemu dengan Arkana Wijaya, seorang pengusaha muda terkaya, pemilik perusahaan Arkanata Dinasty Corp.
Bukannya membaik, Arkana justru membuat Luna semakin terjatuh dalam jurang kegelapan. Tidak hanya menginjak harga dirinya, pria itu bahkan menjerat Luna dalam ikatan rumit yang ia ciptakan, sehingga membuat hidup Luna semakin kelam dan menyedihkan.
"Dua puluh milyar! Jumlah itu adalah hargamu yang terakhir kalinya, Luna."
-Arkana Wijaya-
Bagaimana Luna melewati kehidupan kelamnya? Dan apakah ia akan berhasil membalas dendam kepada keluarga Sucipto atau semakin tenggelam dalam kegelapan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menerima Lamaran
Persyaratan apa? Hak apa maksudnya?
Tatapan Arkana semakin dalam. Suasana pun mendadak menjadi tegang. Pak Bagas yang sedari tadi diam pun mulai angkat bicara. Ia menghampiri Luna yang tengah berdiri di hadapan Hendri.
"Pak Hendri, sepertinya Luna ada benarnya. Kami datang kan hanya untuk membicarakan persetujuan pernikahan kami, bahwa Luna telah setuju menerima lamaran saya. Kemudian, untuk saham itu adalah termasuk mahar yang akan saya berikan untuknya. Sebaiknya anda siapkan sekarang, karena kami akan pergi," ucap Pak Bagas bijak.
Mendengar itu Arkana pun semakin terperangah. Matanya membulat dengan sempurna merasa tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Hmm baiklah Pak Bagas, mohon tunggu sebentar. Saya akan menyiapkannya," sahut Hendri tersenyum.
Pria itu pun menoleh ke arah Arkana yang masih duduk di samping Maya. Sejenak ia merasa heran karena wajah Arkana tiba-tiba berubah menjadi tegang dan menakutkan.
"Nak Arkana mohon maaf saya akan selesaikan urusan saya dengan Luna dan juga Pak Bagas dulu, ya. Setelah itu kita akan bicarakan lebih lanjut mengenai pertunangan kalian," ucap Hendri ramah lalu ia pun pergi dari sana untuk menyiapkan apa yang diminta Luna.
Pagi itu Hendri menghubungi Luna karena Pak Bagas telah mendesaknya untuk segera meminang Luna. Awalnya Luna menolak, tetapi ketika Hendri menawarkan 20% saham perusahaan yang dahulu milik ibunya, akan dikembalikan kepadanya, Luna menjadi berubah pikiran.
Ia akhirnya menerima tawaran perjodohan bersama Pak Bagas. Pria paruh baya yang telah menduda selama dua tahun lamanya. Tidak lain adalah teman ayah kandungnya sendiri.
Luna tahu bahwa dirinya dijual. Tetapi demi membalaskan dendamnya pada Ayah kandung dan ibu serta adik tirinya, ia pun menerima hal itu.
Toh, bersama Arkana juga tidak ada bedanya. Justru Arkana tidak hanya menjadikannya wanita bayaran, tetapi pria itu lebih menginjak harga dirinya dan juga hatinya.
Lebih baik ia menerima perjodohan yang menjual dirinya ini, untuk bisa mengambil alih semua milik ibunya dulu, termasuk rumah itu. Daripada terjebak bersama Arkana yang menginjak-injak harga dirinya.
Setidaknya, Pak Bagas memberikannya ikatan pernikahan yang jelas di mata hukum dan negara. Tidak membuatnya menjadi pelacur seperti saat bersama Arkana.
Pak Bagas menyentuh tangan Luna dan membawa wanita itu untuk kembali duduk. Luna pun hanya diam dan menuruti calon suaminya itu tanpa banyak bicara.
Sejenak tatapannya tanpa sengaja tertuju pada Arkana. Pria itu sedang menatapnya dengan tatapan tajam dan bagai nyala api.
Luna terkesiap, meski ia yang mengibarkan bendera perang dengan pria itu, tapi tetap saja melihat wajah dingin dan arogannya penuh nyala api seperti itu membuat nyali nya menciut.
Karena dengan hal ini, Luna secara terang-terangan telah menolak apa yang Arkana tawarkan kepadanya kemarin, yaitu menjadi wanita bayaran miliknya.
Luna pun mengalihkan pandangannya ke tempat lain, agar tidak terus merasa terintimidasi oleh tatapan Arkana kepadanya. Siap tidak siap, ia harus menghadapi pria itu bagaimana pun nanti ke depannya.
Beberapa menit kemudian, Hendri datang membawakan berkas yang diminta Luna. Pria itu menyerahkan map hijau kepada Luna dan tersenyum.
"Ambilah, sekarang kau memiliki 20% saham dari perusahaan Namyra Group," ucapnya.
Tanpa banyak bicara Luna pun langsung mengambil berkas itu dan segera berpaling dari Hendri bahkan tanpa mengucapkan terima kasih.
Ia segera melangkah untuk keluar dari rumah tersebut, diikuti oleh Pak Bagas di belakangnya. Pria itu terlihat sabar dan juga menuruti Luna. Bahkan ia tidak banyak bicara dan membiarkan Luna melakukan apapun sesuka hatinya.
Arkana mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Tatapannya masih tertuju pada Luna Evelyn yang tengah berjalan di hadapannya dengan angkuh.
Sebelum menuju pintu, Luna sempat menghentikan langkahnya dan berbalik badan menatap Keluarga itu. Ia memperhatikan mereka satu persatu hingga tatapan terakhirnya jatuh pada Arkana.
Pria yang duduk paling kiri, yang masih setia menatap Luna sedari tadi.
"Aku ucapkan selamat atas pertunangan kalian, aku akan datang jika kalian mengundangku," ucapnya dengan senyum lebar namun terasa menusuk.
"Kalau aku, mungkin tidak akan bertunangan, tetapi akan langsung menikah. Setelah itu, aku akan pindah ke luar negeri mengikuti suamiku. Kalian tidak akan bisa lagi menggangguku, tetapi aku akan tetap bergentayangan untuk mengambil hakku!"
Luna tersenyum sejenak sebelum merubah kembali wajahnya menjadi dingin. Kemudian dengan anggun melangkah keluar rumah diikuti oleh Pak Bagas.
Semua yang ada di dalam pun merasa terkesiap mendengarnya. Terutama Hendri dan Arkana. Hendri merasa terancam karena ucapan Luna barusan. Sedangkan Arkana merasa ingin mencekik wanita itu saat ini juga.
Matanya memerah menahan kemarahan di dalam hatinya.
"Kak, maafkan kak Luna ya. Dia memang sangat bar-bar jadi agak sedikit mengganggu," ucap Maya.
"Iya Tuan Arkana, maafkan putri pertama suami saya. Dia memang liar tidak terdidik. Mungkin selama ini dia sibuk menjual dirinya sehingga menerima lamaran Pak Bagas yang tua itu," imbuh Ana.
"Cukup, Ana!" tegur Hendri.
Biar bagaimanapun, Luna adalah putri kandungnya. Rasanya tidak pantas mendengar ucapan Ana yang terlalu merendahkan.
"Pernikahan ini aku yang mengatur, jadi biarkan Luna memilih jalannya. Justru bagus jika dia bersama Pak Bagas."
Ana pun diam, dan acara kembali dilanjutkan.
"Kak Arkana mau tunangan kapan? Tanggal berapa baiknya?" tanya Maya.
Arkana terdiam. Pikirannya saat ini penuh dengan amarah yang harus segera ia ledakkan.
"Kalau bulan depan bagaimana?" tanya Ana
"Ibu, apa tidak terlalu lama? Bagaimana jika dua Minggu dari sekarang saja? Aku rasa itu cukup untuk menyiapkan keperluannya," sahut Maya.
"Bagaimana menurutmu kak?" tanya Maya terhadap Arkana.
"Atur saja sesuka hatimu Maya. Aku akan mengikutinya," sahut Arkana.
Maya pun terhenyak. Mendapati sikap Arkana yang dingin membuat hatinya tidak enak dan kelam.
Kenapa kak Arkana seperti tidak antusias dengan pertunangan ini?
"Bagaimana soal tempatnya kak? Dua Minggu dari sekarang aku rasa semua hotel dan gedung sudah penuh, bagaimana jika—"
"Kau atur saja semuanya, tempatnya ingin dimana. Nanti kamu bisa minta pada Bayu untuk mengurus tempat itu jika memang sudah ada yang reservasi sebelumnya," sahut Arkana.
Pria itu pun beranjak dari duduknya dan menatap Maya sejenak yang juga ikut berdiri di sampingnya.
"Ada apa kak?"
"Aku masih ada urusan lain, kalian bisa meneruskan pembicaraan pertunangan ini dan kabari aku keputusannya. Aku akan ikut saja," ucap Arkana lalu memberikan cek senilai 2 milyar kepada Maya.
"Jika kurang kau bisa memintanya pada Bayu atau kepadaku."
Setelah mengatakan itu, Arkana pun pergi meninggalkan rumah Sucipto.
Langkahnya lebar menandakan ada sesuatu yang terlihat begitu mendesak. Arkana harus menyelesaikan sesuatu itu. Sesuatu yang mengganjal hatinya sejak siang tadi.
tekan kan juga sama arka kalau dia tidak boleh menikahkan maya selama kamu di sisi nya atau sampai kamu lulus kuliah...
dan buat Arkana mengejarmu sampe tergila2.