Siapa yang ingin hidup dalam kekurangan semuanya pasti mau hidup serba berkecukupan. Tapi itu takdir tak seorang pun tau hidup mereka akan seperti apa.
Ira seorang ibu rumah yang dulu berada diatas di hantam badai hingga terjatuh kebawah.
Mana dulu yang mengaku sebagai saudara? Tak satu pun ada yang peduli. Suaminya terpaksa jadi ojol untuk mencukupi kebutuhan hidup. Akankah hidup Ira berubah?Lantas bagaimana dengan keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Apa yang Ira takutkan ternyata datang juga. Saat dirinya tengah sholat ashar terdengar ada suara yang memanggil namanya.
"Ira, keluar kamu."
Ira bergegas kedepan membukakan pintu tanpa membuka mukenah yang ia pakai.
"Ada apa bude? Kok teriak - teriak sih." sunggut Ira dengan wajah masam.
"Gara - gara kamu kaki dan tangan bude sakit semunya. Kamu harus ganti biaya berurutnya." Bude menegadahkan tanganya di depan muka Ira.
"Maksud bude apa ya? kok aku ga mudeng ya." Ira merasa tidak melakukan apa - apa kenapa mesti membayar pengobatan budenya?
"Ini semua jelas gara - gara kamu, pokoknya bude ga mau tau. Sini uangnya seratus ribu ganti upah urut." Wanita tua itu masih saja meminta uang ganti rugi pada Ira yang jelas - jelas tidak salah.
"Bude, bude.. Bude itu kaya gitu kan bude sendiri yang lakukan, aku sama sekali tidak menyentuh bude. Saksinya banyak bude. Apa perlu aku panggil mereka kesini untuk jadi saksi." Ira yang sudah kesal balik mengancam budenya.
"Ira, bicara sama yang tua itu harus sopan. Apa kamu ga tau cara menghormati orang yang lebih tua? Ini adik ibu kita Ira, ga pantas kamu meninggikan suara pada beliau." entah siapa yang mengundang tau - tau kakak perempuanya juga ada disana.
Ira dengan hormat mengambilkan kakaknya dan mencium punggung tangan kakak perempuanya itu.
"Bukan begitu, kak. Aku cuma membela diri."
"Kamu bisakan bicara baik - baik, kakak ga mau tau sekarang kamu minta maaf sama bude." perintah kakaknya tegas. Ira di buat benggong karna kakaknya menganggap dirinya yang salah tanpa mencari tau kebenaranya. Bude tersenyum sini pada Ira karna merasa ada yang membela dirinya. Untung tadi ia sudah mengadukan semuanya pada Kakak Ira.
"Tapi, kak. Aku ga salah." bantah Ira.
"Bude itu sudah tua, Ira. Ia itu penganti ibu bagi kita sudah seharusnya ia kita hormati."
"Tapi....." perkataan Ira langsung di potong kakaknya.
"Ga ada tapi - tapi, minta maaf sekarang." tegas si kakak.
"Assalamualaikum, eh ada bude dan Mia. Kok ga disuruh masuk, dek!" sapa Haris yang baru saja pulang.
"Waalaikumsalam." semuanya menjawab salam Haris. Ira segera mendekati suaminya.
"Tumben mas pulang?" tanya Ira sambil mencium punggung tangan suaminya.
"Kebetulan mas dapat penumpang arah sini, jadi mas pulang saja kerumah."
"Haris ajari istrimu agar tidak mencelakai orang." ucap bude mengadu pada suami Ira.
"Ira kenapa, bu?" tanya Haris tenang karna ia merasakan sesuatu yang kurang baik terjadi pada istrinya.
"Ira kata bude tadi siang mendorong bude sehingga kaki dan tangan bude terkilir." Mia mendahului bude menjawab pertanyaan Haris.
"Bener begitu, dek?" tatap Haris sambil bertanya pada istrinya.
"Bukan begitu kejadianya, mas. Bude jatuh sendiri, aku ga ngapa - ngapain bude. Kalau mas ga percaya ayo aku panggil ibu - ibu yang kebetulan juga sedang berbelanja di sana." bela Ira.
"Jangan bohong kamu, Ira. Haris kamu jangan langsung percaya apa yang istrimu katakan." teriak bude tidak terima dengan pembelaan Ira.
"Saya percaya istri saya, bude. Kalau memang Ira bersalah ga mungkin ia kekeh membela diri." Haris merangkul istrinya sambil tersenyum.
Hati Mia panas melihat kemesraan yang di tunjukan Haris dan Ira di depanya. Karna jauh di lubuk hatinya ia masih menyimpan cinta untuk Haris.
...****************...
Assalamualaikum kk, saran dan masukan dari kk sangat thor tunggu untuk bab selanjutnya. Terimakasih supportnya dan jangan lupa tinggalkan jejak berupa like dan komen serta votenya yang banyak biar thor semakin semangat 😘😘🙏🙏🙏
nauzubillah mindalik