Verrint adalah seorang gadis SMA yang bertemu kembali dengan cinta pertamanya melalui reuni bernama Izan. Tetapi Verrint tidak bisa bersama karena pria yang dia sukai telah mempunyai pacar. Verrint tiba-tiba menjadi teman baik dari pacar Izan. Agar menghindari kecurigaan, Verrint pura-pura pacaran dengan sahabatanya Dewo.
Akhirnya paca Izan tau jika Verrint dan Izan saling mencintai. Pacar Izan kecelakaan lalu meninggal. Izan menghilang, Dewo dan Verrint akhirnya resmi pacaran. Tiba-tiba Izan kembali dan mengutarakan isi hatinya pada Verrint.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa Fadlilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Sebuah motor berhenti di depan sebuah rumah, motor itu terlihat dikendarai oleh seorang laki-laki dan laki-laki itu membonceng seorang gadis. Mereka berdua tidak lain dan tidak bukan Dewo dan Verrint yang baru saja pulang dari sekolah mereka.
“Sorry yah Wo, gara-gara kamu nganterin aku, kamu jadi gak nonton basket.” Ucap Verrint merasa bersalah.
“Gak masalah lagi Rint, lagian yang mau nganterin kamu kan aku.” Jawab Dewo melegakan hati.
“Ya udah aku masuk yah Wo. Oh iya, makasih yah Wo tumpangannya.” Ucap Verrint sambil masuk kedalam pekarangan rumahnya.
“Eh Rint!” panggil Dewo.
“Ya.” Jawab Verrint sambil membalikkan badannya.
“Kalo kamu perlu temen, telfon aku aja yah Rint!” ucap Dewo.
“Iya.” Jawab Verrint dan kemudian langsung memasuki rumahnya.
Verrint berjalan ke dalam rumahnya dengan pandangan dan pikiran yang kosong. Setelah Verrint sampai di kamarnya, Verrint pun langsung menghempaskan tubuhnya ke atas ranjangnya. Perasaan Verrint terasa kacau balau, dia bingung kenapa Mia bisa memfitnah Verrint seperti itu. Padahal pertemuan tadi adalah pertemuan pertamanya dengan Mia.
Hati Verrint sangat terasa sakit, tapi entah apa sebabnya. Apa mungkin karena melihat Izan dengan kekasihnya, atau mungkin karena Mia menuduh Verrint mengganggu hubungan Izan dan Mia atau mungkin juga karena Verrint disebuat perek oleh Mia. Semua kemungkinan bisa terjadi, yang jelas Verrint sangat terpukul dengan kejadian di siang tadi.
Tangan Verrint kemudian menggapai ponselnya yang berada di dalam tas sekolahnya. Lalu menekan tombol yang ada di ponsel itu. Sekarang Verrint mencoba menghubungi nomor selular yang diberikan oleh Izan padanya tadi. “Telfon yang anda hibungi sedang tidak aktif atau diluar…” suara dari ponsel Verrint.
“Gak aktif lagi.” Dumel Verrint.
Ternyata nomor selular itu tidak diaktifkan oleh pemiliknya. Verrint sungguh kesal dengan perbuatan orang ini, karena telah membawa-bawa namanya untuk mempermainkan orang lain.
“Siapa sih ni orang, berani banget pake nama gue buat jailin orang lain.” Dumalnya lagi.
Sebenarnya apa maksud dari orang ini. Jika dia memang ingin mempermainkan Izan dan Mia, kenapa harus membawa-bawa nama Verrint dalam aksinya. Sepertinya motif dari orang ini adalah menjelekkan nama Verrint di depan Izan. Dan yang pasti orang ini ingin merusak hubungan Izan dan Mia.
Cukup lama Verrint berada dalam kamarnya dan melamun di atas ranjangnya. Saking seriusnya Verrint melamun sampai-sampai Verrint tidak mendengar panggilan mbak Yunar dari luar pintu kamarnya. Verrint juga tidak menyadari kalau jarum jam telah menunjukkan pukul 5 sore dan mbak Yunar pun telah pergi maninggalkan rumah Verrint.
Akhirnya Verrint keluar dari dalam sarangnya yang berisik dengan musik itu. Dia baru menyadari kalau mbak Yunar telah pergi dari rumahnya. Verrint juga baru manyadari kalau sekarang telah senja. Kemudian Verrint mulai merasa kesepian dan resah karena masalah yang baru saja menimpanya.
Akhirnya Verrint pun memutuskan untuk meminta Dewo datang kerumahnya. Sepertinya Verrint benar-benar kalut dengan ini semua dan dia sangat membutuhkan teman untuk membagi masalahnya. Dan Verrint telah memilih orang yang tepat yaitu sahabat baiknya Dewo.
Kemudian Verrint menggapai gagang telepon yang berada disamping sova ruang TV. Lalu Verrint menekan sebuah nomor telepon yang dia kenal.
“Tuuut… tuuut…” suara nada tunggu yang keluar dari gagang telfon rumah Verrint.
“Halo, Rint!” jawab orang dari sebrang.
“Wo, kamu bisa ke rumah aku sekarang gak. Kayaknya aku butuh temen ngobrol nih Wo!” pinta Verrint dengan nada yang lembut dan lemah.
“Sekarang? Iya aku kesana sekarang.” Jawab Dewo bergegas.
“Aku tunggu yah Wo, sorry ngerepotin kamu.” Ucap Verrint lagi.
“Gak kok Rint, sama sekali gak ngerepotin. Aku malah seneng kamu mau cerita sama aku.” Jawab Dewo lagi.
“Ya udah yah Wo, dah…” ucap Verrint. Dan “Clik, tuuut… tuuut… tuuut…” Verrint pun menutup telfonnya.
***
Setengah jam kemudian Dewo pun tiba di depan gerbang rumah Verrint. Dewo terlihat sangat terburu-buru memasuki rumah Verrint. Wajah Dewo pun terlihat sangat khawatir karena tiba-tiba saja Verrint memintanya untuk datang sore ini juga. Dewo takut kalau ada sesuatu yang akan terjadi pada Verrint.
Pintu rumah Verrint pun kemudian diketuk oleh Dewo. Setelah beberapa kali Dewo mengetuk pintu rumah Verrint akhirnya Verrint pun membukakan pintu rumahnya untuk Dewo. “Masuk Wo!” ucap Verrint setelah dia membuka pintu itu. Suara Verrint terdengar sangat lemah dan tak bersemangat. Verrint berjalan memasuki rumahnya dengan lamban dan Dewo pun mengikuti Verrint di belakangnya.
“Kamu gak pa-pa Rint?” tanya Dewo mencemaskan Verrint.
“Nggak kok, aku gak papa.” Jawab Verrint. “Sorry yah Wo, aku nyuruh kamu dateng sore-sore kayak gini.” Ucap Verrint kemudian.
“Santai aja lagi Rint, aku seneng kok bisa bantu kamu.” Jawab Dewo tulus.
“Makasih yah Wo.” Ucap Verrint.
“Jadi ada apa nih?” tanya Dewo kemudian.
“Nggak sih, sebenernya aku bete aja sendiri di rumah.” Jawab Verrint. “Aku juga kayaknya butuh temen buat diajak ngobrol.” Sambungnya.
“Emangnya mba Yunar kemana?” Tanya Dewo.
“Lagi jenguk temennya di rumah sakit.”
“Berarti kamu gak salah orang, soalnya aku emang pengen tau semua cerita yang sebenernya terjadi tadi siang.” Ucap Dewo.
“Sebenernya aku juga gak tau, kenapa tiba-tiba Mia ngedatengin aku, trus marah-marah gak jelas kayak tadi. Yang jelas dia fitnah aku dengan alasan yang… bener-bener gak aku lakuin.”
“Emangnya dia fitnah kamu apaan?”
“Dia bilang aku udah WA Izan trus pake sayang-sayangan, padahal aku gak pernah ngelakuin itu sama sekali. Padahal nomor HP yang Izan kasih sama aku jelas-jelas bukan nomor aku, Izan juga tau nomor HP aku. Aku gak ngerti, kok ada orang yang tega fitnah aku.” Ucap Verrint panjang lebar.
“Kamu udah coba hubungin nomor itu?” tanya Dewo.
“Udah, tapi gak aktif.” Jawab Verrint.
“Ya udahlah, sekarang kamu gak usah mikirin itu dulu. Kita pikirin ini besok lagi, kali aja besok kita bisa nemu jalan keluarnya.” Ucap Dewo memcoba menenangkan Verrint.
“Oh iya Wo, tadi kenapa kamu bilang kalo aku pacar kamu?” tanya Verrint kemudian.
“Haah… euh… yah aku gak enak aja denger kamu digituin sama Mia, jadi aku pura-pura aja ngaku jadi pacar kamu. Itu juga biar kamu gak diremehin sama Mia.” Jawab Dewo.
“Oh… gitu yah…” ucap Verrint.
“Kamu udah makan belum?” ucap Dewo.
“Belum.” Jawab Verrint sambil menggelangkan kepalanya.
“Ya udah mendingan sekarang kamu makan dulu biar kamu gak lemes kayak gitu.” Ucap Dewo menasehati.
“Kamu mau nemenin aku makan gak?” tanya Verrint.
“Itu yang aku harepin Rint.” Ucap Dewo dalam hatinya.
“Wo, mau gak nemenin aku makan?” tanya Verrint lagi.
“Ehm…”
“Yuk!” ajak Verrint sambil mengulurkan tangannya kearah Dewo.
Dewo pun kemudian menyambut uluran tangan Verrint dengan senang hati. Dan malam ini akan menjadi malam yang sangat membahagiakan bagi Dewo. Karena ini adalah salah satu moment yang Dewo harapkan yaitu bisa berduaan bersama Verrint. Bahkan ini lebih dari hanya berdua melainkan makan malam berdua, biarpun tak ada kesan yang Verrint rasakan.
Ajaib, ini benar-benar ajaib. Verrint yang sejak tadi gak ada gairah untuk melakukan apapun, tapi setelah kedatangan Dewo, Verrint pun telah kembali tersenyum dan dia sudah mau makan walaupun masih harus ditemani. Terkadang Dewo selalu menjadi penyemangat Verrint disaat-saat seperti ini. Semua perkataan dan nasehat yang diucapkan oleh Dewo pasti membuat hati Verrint menjadi tenang. Yah… bisa disebut kalau Dewo itu adalah malaikat Verrint.
Tidak terasa matahari pun telah tenggelam dan mulai digantikan oleh bulan yang menyinari malam yang indah ini. Tapi ternyata kedatangan bulan di langit manandakan kalau sudah saatnya Dewo meninggalkan rumah Verrint. Malam sudah cukup larut, langkah Dewo pun kemudian perlahan mulai bergerak keluar dari pintu rumah Verrint.
Malam yang indah ini telah berakhir untuk Dewo, karena Dewo pun harus pulang dan meninggalkan Verrint dirumahnya seorang diri. Walaupun rasanya berat bagi Dewo, tapi ini memang harus terjadi karena Dewo tidak mungkin terus berada di rumah Verrint. Jadi apa mau dikata malam yang indah ini harus berakhir. Hari ini memang terasa cepat bagi Dewo.