seorang wanita misterius yang penuh ambisi dan kegilaan akan teknologi demi mencari jejak orang tercintanya hingga hal terduga terjadi menghidupkan jiwanya yang hilang ditelan kegelapan.
Pelatihan hidup dengan penuh tekanan dan kejamnya dunia, dia menjadi wanita yang kejam dan hidup penuh sandiwara dalam menghadapi orang-orang yang penuh topeng permainan.
Yuk baca karyaku, mohon dukungannya yah 🤗🥰
Terimakasih🤗☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khoerun Nisa14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Billiard
Mereka berjalan menuju ruangan yang tersedia meja biliard, Abella mensetting Meja billiard dengan teknologi canggihnya untuk memberikan poin otomatis setiap bola yang masuk ke lubang untuk memberikan poin terbanyak di antara mereka. Abella mengambil bola dengan warna yang berbeda-beda dan meletakan di meja membentuk segitiga dengan 15 bola di garis spot sedangkan ayahnya mengambil stik biliard sambil menggosok-gosokan di ujung stiknya, Ayah Abella meletakan bola putih headspring di meja biliard untuk memulai tembakan pertamanya dan mereka saling bermain secara bergiliran untuk mencetak poin terbanyak untuk memenangkan permainan dengan taruhan.
“Jika ayah menang! Aku bersedia membantumu tetapi dengan bersyarat! Ucap Abella sambil melihat ayahnya yang bersiap-siap memposisikan dirinya dan meletakkan bola kiu nya
“Baiklah! Jaga ucapan itu, ayah juga tak mungkin kalah dengan anak ayah. Ucapnya sambil memfokuskan stiknya ke bola pada pukulan pertamanya.
“Apa kau masih menginginkan wilayah Neura untuk membangun Academy pertahananmu? Ucap sang ayah setelah pukulan pertamanya dengan hebat langsung bola yang di tembaknya masuk ke lubang dan memukul kembali bola dengan sasarannya
“Semenjak kapan dia mengetahui semua Rahasiaku? Aneh! Apalagi yang ia tahu. Ucap Abella dalam batin, melihat Ayahnya memukul tembakan keduanya yang meleset.
“Apa yang kau bicarakan! Ucap Abella dengan pura-pura tak tahu sambil berganti gilir untuk memukulnya.
“Baiklah kau tak mau mengakuinya! Apa syarat jika ayah menang. Ucapnya sambil menggosok-gosokan kembali di ujung stiknya
“Jangan mengungkapkan identitasku dan mencari informasi keberadaan kakakku. Ucapnya dengan singkat sambil tersenyum karena pukulan pertamanya memasukan dua bola sekaligus.
“Dan kau juga bisa menjadikanku misi rahasia sebagai pendorongmu agar kau tidak di jadikan boneka oleh mereka! Ucap Abella sambil berusaha mengontrol bola putihnya dan membidik dengan tepat sasaran.
“Jaga bicaramu! Kau berargumen apa yang telah terjadi tanpa membuktikan apa yang sebenarnya terjadi. Ucap singkatnya.
“Membuktikan? Dunia ini sudah terlalu kotor ayah! Penjelasan pun sudah di bumbui racun. Dan kebenaran itu tampak kabur! Apa kau menganggap apa yang kita liat itu buta, bagi orang-orang awam hanya mata yang di lihatlah itu sebuah penilaian dan bagi orang tertentulah yang ingin kebenaran harus menyelam sampai ke dasarnya. Ucapnya sambil memegang stiknya menghadap ke ayahnya dan membidik kembali.
“Itulah penyebabnya kau sangat tertutup dengan orang lain dan menyembunyikan jati dirimu hingga kau tak percaya dengan orang lain! Ucapnya dengan duduk di kursi melihat kalkulasi poin diiringi melihat Abella yang begitu trampil memasukkan bola ke lubang dan sudah memperoleh poin terbanyak melebihinya.
“Tidak juga! Aku punya earguard yang dapat mendekteksi dengan siapa aku berinteraksi. Ucap singkatnya dan sambil memukul bolanya kembali dan lagi-lagi abella memasukkannya.
“Ayah berharap kau mematikan earguard itu selama bertanding. Mendengar hal itu sontak membuat Abella terkejut dan menghentikan sejenak bidikannya.
“Ups! Sial aku keceplosan! Mengapa aku mengungkit Earguard! Ucap dalam batinnya dengan kesal pada dirinya.
“Baik! Baik baik! Ucapnya dengan patuh sambil mematikan earguard dengan menekan di telinganya.
“Poin yang kau dapatkan tak di hitung! Ucap sang ayah dengan emosi melihat Abella merain poin yang banyak bukan hasil kemampuannya sendiri,
“Mengapa! Ucap Abella dengan emosi tinggi tidak menerima pengulangannya.
“Kau dapat masuk bola ke lubang atas perhitungan Earguard yang memandumu, tidak dari perhitungan alamimu! Dan Ayah menganggap ini tak sah! Jelas sang ayah
Ini pertama kalinya Abella mengakui kesalahannya dan menuruti perintahnya, Abella memulai kembali dari pukulan pertamanya setelah mematikan Earguardnya, Abella yang sudah tergantungan dengan earguardnya merasakan dirinya kesulitan dalam memperkirakan dan memfokuskan stiknya ke bola agar dapat masuk ke lubang serta mengontrol arah bola putihnya.
“Kau kesulitan menembakkannya? Ucap sang ayah melihat Abella seperti ragu-ragu membidik arah bola kiunya.
“Diamlah! Ucap singkatnya dengan lirikan yang tajam dan memfokuskan kembali ke stiknya.
“Yes! Akhirnya masuk juga. Ucap Abella di dalam batinnya dengan senang karena tepat sasaran dan memulai kembali membidik bolanya.
Ayah angkatnya begitu kagum dengan keahlian Abella dari dulu, beliau mengakui kecerdasan pola pikir Abella yang luas dan ambisinya yang besar tanpa pantang menyerah. Walaupun sikap buruk padanya yang suka mencemooh dan melawan perkataan sang ayah, ia masih tetap bangga dengan anak angkatnya yang mandiri. Ayahnya yang merasa bersalah atas kematian Orang tua Abella, sebagai teman ayahnya semasa kecil ia berusaha terbaik untuk merawat Abella walaupun dirinya di sibukkan dengan urusan negaranya.
Ayahnya yang terus memperhatikan Abella bermain dengan fokus membidik dengan tepat, begitu hebat di mengontrol bola kiunya, betapa dia menikmati mengatur arahnya sasaran hingga Ayah Abella di buat penasaran mengapa ia tidak pernah mengikuti dunia olimpiade.
“Kau masih muda dan berbakat! Ada peluang besar kau menjadi kejuaraan dunia, kau tak tertarik mengikutinya? Seru sang ayah memecahkan ke asikan Abella dalam membidik bola, tetapi Abella hanya diam melirik tatapan ke ayahnya dan menatap kembali bidikan sasarannya.
“Mungkin dengan itu kau bisa menutupi dana dan membangunkan kembali misi besarmu itu! Seru ayahnya kembali sontak membuat Abella melesat sasarannya.
“Ayah sengaja ya? Ucap Abella dengan kesal karena bola yang dibidiknya melesat.
“Ayah hanya mengakui kehebatanmu dalam bermain! Jelasnya sambil berdiri dan melangkah ke meja biliar
“Bukankah sekarang kau membutuhkan dana besar untuk impian yang setinggi langit itu? jadi buktikan itu bukan hanya khayalan dalam ambisimu. Ucap sang ayah sambil tersenyum lebar seperti meremehkan Abella, dan sambil menggosok-gosokkan kapur dan memulai menembakkannya.
“Heh! Membuktikan secara terang-terangan hanya menambah musuh saja! Semakin banyak orang mengakui kehebatan dalam diri seseorang semakin singkat nyawa itu hilang. Pada dasarnya orang-orang sangat menolak akan kebenaran. Ucap Abella sambil mengingat masa lalunya ketika di kejar-kejar banyak musuh bersama kakaknya setelah melihat kedua orang tuanya mati di tembak.
Mendengar jawaban itu Ayahnya langsung diam membisu mengerti keadaan suasana Abella, ayahnya merasa ada trauma dalam diri Abella di masa lalunya hingga membuat Abella merasa berwaspada diri dan sangat berhati-hati dalam menitih kehidupannya.
“Bagaimana kau akan merintis kembali membalikkan keadaan, jangan sampai kau mencampur adukkan uangmu dengan perusahaan lainnya. Jelasnya setelah beberapa menit diam.
“Aku tak akan mencampurkannya tetapi Aku akan menggerakkannya! Jawab dengan singkat.
“Kau akan menciptakan uang dari ketiadaan? Ucap Ayahnya sambil tersenyum tipis dan memulai bidikannya hingga masuk ke lubang.
“Bagaimana dengan dirimu ayah! Kau menetapkan kebijakan inflasi, padahal inflasi itu pencurian, yah mencuri nilai dari orang-orang yang menyimpan uang dan itu... perpajakan tanpa undang-undang. Seru Abella membalas senyuman sengit ayahnya.
“Apalagi perang yang masih berkelanjutan, itu peluang besar bagi kepentingan Bank untuk mendapatkan profit yang besar juga. Ucap Abella menambah suasana panas menghancurkan konsentrasi Ayahnya yang terus menatap bola bidikannya.
“Bukankah ayah di kendalikan oleh tangan yang tersembunyi, mereka seperti memberikan sebuah solusi tapi sebenarnya mereka menghancurkan sisi penting dari ekonomi! Seru Abella hingga berhasil memecahkan konsentrasi sang ayah menjadi emosi dengan pukulan yang keras hingga bola terpantul ke berbagai arah.
“Diam! Kau tak akan mengerti di posisi ayah! Melihat dan mengetahui perbedaan kejahatan dimana-mana, berbagai karakter dan pola pikir dengan cara tertentu, persembunyian kejahatan dalam kerahasiaan itu sangat sulit di terpa. Berdiri sendiri itu akan membuat kematian dalam dekapan musuh. Ayah hanya memercayai orang-orang sekitar walaupun sebenarnya ayah di kelilingi oleh keraguan. Seru Sang ayah membalas ucapan pedas Abella.
Abella melihat raut wajah sang ayah atas penjelasan dari ucapan Abella, membuat Abella mati kata hingga diam membisu sambil duduk yang terasa tak nyaman lagi baginya. Abella merasakan beban dan kesulitan yang ia alami dalam lingkaran kepalsuan dan orang-orang sekitar dalam menyihir setiap kata-katanya yang mempengaruhi pemikiran. Wajar saja kebingungan dan kesedihan atas kekacauan itu harus di tanggung dalam raut wajah sang ayah angkatnya. Hingga Abella memiliki kebaikan hati untuk bekerja sama dengan ayahnya membangun kembali akan tujuannya masing-masing secara bersama-sama.
Permainan Billiard akhirnya di menangkan oleh ayahnya, kini permainan itu tak membuat Abella semangat kembali karena terus memikirkan keadaan situasi krisis perusahaannya dan perkataan Ayahnya yang terus terulang-ulang kembali akan persembunyian kejahatan dalam kerahasiaan. Membuat Abella berpikir keras untuk membantu juga sang ayah angkatnya itu yang merepotkan.
“Kau memang hebat Ayah! Seru Abella melihat sang ayahnya menghabiskan semua bola dan berhasil memasukkan bola 8 ke dalam lubang pada detik-detik terakhirnya.
“Kau yang mengatakan, Ayah akan buat sesuatu minuman buatmu! Ujar singkatnya
“Zyalix marilah. Ucap sang ayah melihat Zyalix yang berdiri di sudut dinding.
“Kembali! Teriak Abella kepada robot Zyalix yang bergerak ke arah ayahnya.
"Ayah tak berhak atas memerintah robotku! Dia memiliki tugasnya tersendiri. Seru Abella yang saling bertatapan dengan ayahnya, ketika robot milikinya dapat di kendalikan oleh sang ayah angkatnya tetapi Zyalix masih mengikuti perintah Abella dengan tetap kembali di sudut dinding.
“Kau... Memang,.. Ucap Ayahnya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya dan terus melangkah ke ruang dapur mencari sesuatu yang menyegarkan untuk di minum.
“Ayah sekarang sudah Hafal tata letak ruangan rumahku ya! Ucap Abella melihat ayahnya dengan santai mengetahui peralatan dapurnya.
“Rumahmu sangat menyenangkan untuk di tinggali sungguh sangat nyaman! Jelasnya sambil membuka kulkas dan mengambil dua minuman segar beserta buah yang ia bawa dari negaranya, Gavru.
“Cobalah! Ucap sang ayah menyodorkan minuman dan meletakkan di meja dekat Abella duduk di depannya.
“Kau membawakannya untukku? Tanya Abella melihat ada minuman Asing di dalam kulkasnya.
“Sungguh mirisnya rumah ini di tinggalkan! Tiada makanan yang dapat ayah makan, sekarang kulkasmu sudah penuh dengan makanan,. Jelas sang ayah.
“Aku penasaran apa yang ayah bawa untukku! Seru Abella dengan tersenyum sambil berdiri menuju ke kulkas melihat apa saja makanan yang di bawa oleh ayahnya. melihat kulkas yang penuhi makanan berat Daging dan sayur hijau beserta minuman kaleng dan susu membuat Abella tersenyum lebar dengan makanan sebanyak itu.
“Apa yang kau senyum-senyumkan! Ucap sang ayah melihat Abella tersenyum lebar di depan pintu kulkas yang terbuka.
“Kau membawa makanan banyak ke sini, ada waktu luang kah kau berlama-lama di rumahku! Tanya Abella melihat banyak makanan kesukaannya sambil melihat ayahnya dengan santai menikmati minuman dan cemilannya.
“Ayah berencana untuk makan malam bersamamu di halaman luar sambil berbincang-bincang sesuai yang kau janjikan! Kau tak menarik kata-katamu itukan... Ucap sang ayah sambil menikmati minumannya.
“Mana mungkin aku menarik kata-kataku sendiri! Itu bukan tipeku. Ucap Abella sambil membuka minuman kalengnya.
Mereka akhirnya dapat berdamai kembali dengan perbincangan-perbincangan kecil, dan menceritakan kekonyolan ayah kandung Abella ketika bertemu ibunya saat pertama kalinya di masa remaja. Raut wajah Abella yang tertawa lepas mendengarkan cerita sang ayah angkatnya, raut wajah bahagia dan mau menerima ayah angkatnya perlahan-lahan, membuat dirinya merasakan hal yang berbeda.