Hanum Khumaira, seorang wanita soleha yang taat beragama, terpaksa menerima perjodohan dari kedua orangtuanya dengan seorang perwira polisi bernama Aditama Putra Pradipta. Perjodohan ini merupakan keinginan kedua orangtua mereka masing-masing.
Namun, di balik kesediaannya menerima perjodohan, Aditama sendiri memiliki rahasia besar. Ia telah berhubungan dengan seorang wanita yang sudah lama dicintainya dan berjanji akan menikahinya. Akan tetapi, ia takut jika kedua orangtuanya mengetahui siapa kekasihnya, maka mereka akan di pisahkan.
Diam-diam rupanya Aditama telah menikahi kekasihnya secara siri, ia memanfaatkan pernikahannya bersama Hanum, agar hubungannya dengan istri keduanya tidak dicurigai oleh orangtuanya.
Hanum yang tidak mengetahui rahasia Aditama, mulai merasakan ketidaknyamanan dengan pernikahannya ini.
Konflik dan drama mulai terjadi ketika Hanum mengetahui suaminya telah menikahi wanita lain, akankah Hanun tetap mempertahankan rumah tangganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengakhirinya part 2
Selepas melaksanakan solat isya, Tama berencana untuk menemui Bella, dan ia pun tidak memiliki waktu yang banyak, mengingat jam sepuluh nanti malam akan ada operasi penggrebekan di kawasan Muara angke Jakarta utara.
Dengan langkahnya yang cepat, tama menelusuri lokasi tempat dengan menggunakan aplikasi google map, ia pun cukup kesulitan, mengingat tempat Bella berada saat ini yakni di daerah pelosok, dan jauh dari pemukiman warga Jakarta yang super padat.
Perumnas Petojo
Plak!
Plak!
Kali ini Bella mendapatkan dua buah tamparan keras dari sang Papah.
"Dasar wanita bodoh, idiot, otak udang...j*lang kau Bella!" Armando terus mengeluarkan kata-kata kotornya kepada Bella, Bella hanya bisa menangis terisak sambil merasakan perihnya bekas tamparan di pipinya yang terlihat memerah, serta noda bercak darah keluar dari sudut bibirnya dan terlihat robek.
"ampun Pah, tolong maafkan Bella, Bella hanya ingin mengejar mimpi dan cita-cita Bella selama ini, Pah!" jawabnya sambil menangis.
Raut wajah Armando semakin murka terhadap jawaban dari putri semata wayangnya.
"Sudah berapa kali aku memberikanmu peringatan Bella, fokuslah dengan rencana kita, kesampingkan dulu mimpi tidak gunamu itu, dasar sampah!" bentaknya membuat Bella merasakan sakit di dadanya.
Kemudian Bella berusaha mengusap air matanya yang terus berjatuhan di pipinya dengan punggung tangannya.
"Kau tahu Bella, kita hampir saja memenangkan pertarungan ini, tapi kau malah mengacaukan semua, dasar wanita pel*cur...kau sama seperti ibumu, wanita j*lang dan murahan." umpatnya kembali.
"Stop...cukup Pah! Papah jangan mengatai mendiang Mamah dengan sebutan seperti itu, aku tidak terima." balasnya malah memberanikan diri memelototi Papahnya.
Karena tidak terima atas sikap Bella, akhirnya Armando menjambak rambut putrinya.
"Aarrkkhhh....sakit Pah!" ucapnya meringis kesakitan.
"Kau tahu Bella, jika kau sebenarnya bukanlah anakku, tapi kau....arrkkhhhh sudahlah, jika aku membongkar semuanya bisa-bisa nanti kau tidak mau meneruskan semua rencana ini!"
Deg!
Mendengar Papahnya berkata seperti itu, Bella pun menjadi semakin penasaran
"Pah, apa yang Papah barusan katakan itu adalah benar? Jika aku bukan putrinya Papah, lantas aku anak siapa Pah?"
Kemudian Armando mencengkram kuat dagu milik Bella.
"untuk saat ini kau tidak perlu tahu, setelah kau berhasil melaksanakan semua perintahku, maka aku akan jelaskan semuanya padamu, Bella!" jawabnya sembari mendorong tubuh Bella hingga Bella jatuh ke lantai.
"Pah, kenapa Papah tega padaku?"
"Diam kau, dasar anak haram, ibumu adalah si wanita j*lang tukang selingkuh!" sungutnya sambil mendengus kesal.
Kemudian Bella langsung terdiam dan tidak berani berkata apapun, dan kini di dalam pikirannya ia mulai penasaran akan sosok ayah biologisnya.
"Sebaiknya kau rapihkan dirimu, bukankah sebentar lagi Tama akan kesini?" tanya Armando kepada Bella.
Bella hanya mengangguk pelan dengan tatapan matanya yang kosong. Ia baru tersadar, ternyata selama ini ia telah dimanfaatkan oleh Papahnya yang mengaku jika dirinya bukanlah putri kandungnya.
'Cahyo..Cahyo... sebentar lagi kau akan diambang kehancuran, dan aku tidak akan membiarkan kamu hidup di atas angin, kau harus merasakan sakit hati yang sudah aku rasakan lebih dari tiga puluh tahun, dan ini adalah waktu yang tepat untuk membalaskan semua dendamku padamu, ha..ha..ha..ha!' batinnya tertawa puas.
Tidak lama kemudian Tama tiba di depan pintu gerbang Perumahan Petojo, dari depan pintu gerbang, perumahan ini terlihat begitu kumuh dan tidak terawat, sepertinya banyak rumah kosong tak berpenghuni, setahunya jika Perumnas ini akan di gusur dan dijadikan bangunan Rusunawa.
"Perumnas Petojo Blok D1 No 5, sepertinya sudah dekat." ucapnya, kali ini Tama cukup kesulitan mencari alamat rumah tersebut, mengingat minimnya penerangan lampu di malam hari.
Dan akhirnya ia berhasil menemukan alamat rumah tersebut, Tama pun bergegas keluar dari dalam mobilnya, dan ia menatap tajam ke arah rumah berwarna putih gading dan terlihat sudah usam, seperti tak terawat.
"Benarkah Bella berada di tempat seperti ini?" ucapnya bermonolog.
Kemudian Tama mencoba menekan bel pintu, ternyata masih berfungsi, lalu tidak lama kemudian ada seseorang yang membuka kunci pintu tersebut.
Ceklek!
Saat pintu dibuka, ternyata Bella lah yang membukanya, dengan wajah yang penuh dengan luka lebam, Bella malah langsung memeluk Tama
"Mas, akhirnya kau datang juga kesini, tolong maafkan semua kesalahanku!" pintanya memohon.
Tama pun berusaha melepaskan tubuh Bella dari tubuhnya, entah kenapa ia merasa sangat jijik padanya, apalagi Tama kembali teringat peristiwa ketika Bella berada di bawah kungkungan pria tua dan hampir saja pakaiannya melorot.
"Lepas." pintanya sambil mencengkram kuat kedua tangan Bella
Melihat sikap Tama yang seperti itu, Bella langsung menangis.
Kemudian Tama berusaha masuk ke dalam rumah tersebut lalu menutup pintu ruang tamu dengan rapat.
"Mas, ada apa dengan dirimu? Kenapa sorot matamu seperti itu? Sorot mata penuh dengan kebencian...tidak Mas, kau tidak boleh membenciku, aku sangat mencintaimu." ucapnya berusaha kembali memeluk Tama.
Dengan rahang yang sudah mengeras dan kedua tangannya ia kepal, Tama malah memelototi Bella.
"Kau bilang apa barusan Hah? Cinta...cuih...dasar wanita mur*han, berapa harga cintamu itu hah?" sungut Tama telah membuat seorang Bella Anastasya diam membeku dengan tatapan matanya yang kosong, entah kenapa dadanya terasa begitu sakit saat pria yang di cintainya mengatakan kata menyakitkan seperti itu.
"Mas, kenapa kau mengatakan kata menyakitkan itu padaku? Apakah kau sudah tidak mencintaiku lagi?" tanyanya dengan kedua bola matanya yang telah dipenuhi air mata.
"Simpan air mata buaya mu itu!"
Tiba-tiba Bella jatuh terhuyung, ia menggeser tubuhnya ke arah Tama, lalu melingkarkan kedua tangannya di salah satu kakinya.
"Ku mohon Mas, jangan lah seperti ini! Aku ini telah dijebak, pria itu berusaha untuk mendapatkan tubuhku!"
"Alah sudahlah, aku sudah tidak percaya dengan semua perkataan mu itu, dasar wanita pendusta!"
Sepertinya Bella tidak gentar saat Tama tidak mempercayai penjelasan darinya, ia terus berupaya untuk meyakinkan suaminya tersebut demi bisa mengetahui rahasia besar yang telah disembunyikan oleh Papahnya, yakni Armando.
"Enyahlah dari tubuhku, mulai sekarang aku akan menceraikan mu Bella, dan malam ini tepat pukul sembilan malam lewat sepuluh menit, saya Aditama Putra Pradipta menjatuhkan talak tiga kepada istri saya yakni Bella Anastasya." ucapnya dengan lantang.
sekujur tubuh Bella mendadak menjadi lemah tak berdaya seperti tak bertulang, tatapan matanya benar-benar kosong, ia tidak habis pikir jika pernikahan sirinya telah berakhir dengan pria yang telah menjadi pelabuhan hatinya selama ini, dengan cara tragis seperti ini.
Kemudian Tama mulai menggeledah rumah tersebut seorang diri guna mencari barang bukti berupa surat nikah siri dirinya bersama dengan Bella, dan ia pun dengan mudahnya bisa mendapatkan surat tersebut.
"Akhirnya aku temukan juga surat penting ini!" ucapnya tersenyum senang.
Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Tama bergegas pergi dari rumah tersebut, meninggalkan Bella seorang diri yang masih tergeletak di atas lantai, kali ini Tama sudah tidak peduli lagi tentang Bella, dan ia seolah sudah mati rasa padanya, dan saat ini di dalam pikirannya hanyalah Hanum seorang, dan Tama pun sangat bersyukur karena dirinya telah di sadarkan atas semua kejadian ini, ia pun berjanji kepada Hanum, bahwa dirinya tidak akan pernah mengulangi kesalahan bodoh seperti ini lagi.
Saat berada di dalam mobil, Tama menatap sejenak rumah tersebut.
"Selamat tinggal Bella, semoga kau berbahagia dengan jalan yang sudah kau pilih, dan semoga kau bisa mengatasi masalahmu seorang diri, mulai sekarang aku tidak akan pernah membantumu lagi akan aku kubur dalam-dalam semua kenangan kita, aku bukanlah lagi pria bodoh yang bisa kau manfaatkan.' geramnya dalam hati.
Bersambung....
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
masa udah seneng seneng sama si Bella tapi setelah si Bella dia rasain trus dia malah balik ke si Hanum