Pernikahan Rocky dan Brigita rupanya menjadi awal munculnya banyak konflik di hidup mereka. Brigita adalah bawahan Rocky di tempat kerja. Mereka harus menikah karena satu alasan tertentu.
Statusnya sebagai seorang janda yang mendapatkan suami perjaka kaya raya membuat gunjingan banyak orang.
"Aku harus bisa mempertahankan rumah tanggaku kali ini,"
Apa dia berhasil mempertahankan rumah tangganya atau justru lebih baik berpisah untuk kedua kalinya?
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - Tiga Hari
Waktu menunjukan pukul lima pagi. Brigita memegangi ponselnya sambil menunggu kabar mengapa suaminya belum juga tiba di rumah?
Berkali-kali dia menatap ponselnya, tak ada satu pun notifikasi pesan dari Rocky. Gelisah, pikiran nya tak tenang.
"Mengapa tadi aku tidak kembali ke kantor lebih dulu, mengapa aku langsung pulang?!" ia mulai menyalahkan dirinya.
Di ponselnya hanya ada pesan-pesan di group kantornya yang mengucapkan bela sungkawa pada Titi. Di sana ia juga tidak menemukan pesan ucapan suaminya.
Kring!
Kring!
Rocky 🤍— nama yang di buat Brigita di ponselnya. Nama yang ia tunggu-tunggu untuk menghubunginya.
Rocky: "Sayang... istriku. Dengarkan aku! Aku tahu pasti sekarang kamu menunggu kabarku dengan rasa khawatir. Aku hanya ingin memberitahumu aku baik-baik saja. Aku sedang berada di rumah Mama."
^^^Brigita: "Rumah Mama? Ada apa? Mama sakit? Kenapa tidak mengajakku?"^^^
Rocky: "Mama hanya rindu padaku, izinkan aku beberapa hari di sini. Oke? Setelah pulang nanti aku akan berikan waktuku untukmu. Mengerti, My love?"
^^^Brigita: "Aku akan kesana setelah mengantarkan Ken nanti!"^^^
Suara dari sebrang sana sempat hening sejenak.
Rocky: "Apa kau masih tidak paham, Sayangku? Bahwa aku tidak senang jika keputusanku di bantah?!"
Brigita mematikan panggilan dari Rocky saat itu juga.
.
"Bagaimana? Apa dia curiga?" tanya Dyandra yang berada di samping Rocky. Menopangkan kepalanya pada lengan kekar itu.
"Masih bisa di atasi, sekarang lakukan tugasmu. Aku tidak akan memberi ampun padamu," tatapan Rocky penuh hasrat pada sahabat istrinya— Dyandra.
"Nanti siang aku ingin belanja di mall."
"Aku berikan kartuku, silahkan pakai. Aku tidak bisa ikut menemanimu, aku akan di sini sambil mengerjakan pekerjaanku,"
Dyandra girang bukan main. Wanita jahat itu juga tidak memikirkan bagaimana nasib anak dan suaminya yang ia tinggalkan tanpa kabar.
Walau ponsel nya juga berdering berkali-kali tidak merubah keputusannya untuk tetap berada di hotel bersama pria beristri yang bukan lain adalah atasan juga suami sahabatnya.
.
.
B Style Hotel & Lounge
"Lena... Lena," Brigita memanggil-manggil sahabatnya dengan nada panik. Langkah dari sepatu heelsnya terdengar tidak beraturan.
Lena yang masih sibuk dengan laptop di mejanya menoleh dengan tatapan yang sama paniknya. Si cantik itu mengira terjadi sesuatu.
"Kak, ada apa?"
"Kemana Bapak?" tanya Brigita, napasnya tersengal-sengal. Lena menggeleng.
"Dyandra?" tanyanya lagi.
Lena masih menggeleng, ia benar-benar bingung dengan pertanyaan itu.
Sera yang hendak menuju Lounge mendengar suara panik Brigita segera mendekat.
"Dyandra katanya ikut Titi ke kampung halaman nya. Mereka kan memang dekat sekali,"
Perasaan Brigita semakin tidak menentu, bahkan alasan suaminya yang tidak masuk akal itu membuatnya menggila.
"Ada apa sih, Git?" tanya Sera penasaran.
"Iya, ada apa, Kak?" Lena juga demikian, sama penasaran nya.
Dia tak menjawab semua pertanyaan dari para sahabatnya itu. Di kepalanya berputar suara Dyandra yang mengatakan bahwa dia patut mencurigai Lena, dan suara suaminya yang berkata sedang di rumah orang tuanya.
Semua terasa mengganjal bagi Brigita. Ini pertama kali Rocky tidak pulang ke rumah tanpa kabar yang jelas.
"Apa jangan-jangan?" gumamnya, sambil menggigit kuku jari.
Brigita ingin sekali menghubungi keluarga Rocky, tapi nyalinya seketika hilang padahal cuma ia pikirkan. Keluarga Rocky memang terlihat tidak terlalu menyukai Brigita, karena statusnya sebagai janda.
Dia masih duduk di kursi yang ada di ruangan Lena. Sera sudah tak ada, keluar dari ruangan kantor biasanya berada di Lounge menata operasional. Hanya ada mereka berdua.
"Len, maaf jika aku lancang. Tapi bolehkah aku melihat ponselmu? Semua percakapanmu dengan Bapak boleh aku baca?"
Lena memberikan ponselnya tanpa ragu. Sebenarnya dia juga mencurigai hal yang sama dengan Brigita namun semua itu memang tak mendasar.
Brigita membaca semua pesan itu, tidak ada yang aneh sama sekali.
"Apakah Dyandra juga tidak memberitahumu jika ia turut pergi ke kampung halaman Titi?" Brigita sedikit mendesak Lena. "Padahal kalian satu divisi." desaknya lagi.
"Entah mungkin dia ikut panik seperti Titi, atau di sana dia sibuk menenangkan Titi. Kamu sudah coba hubungi Titi, Kak?"
Brigita mengambil ponselnya, menunjukkan pada Lena bahwa Titi juga belum bisa di hubungi.
.
Dua hari sudah berlalu...
Masih tidak ada kabar dari mereka, termasuk Titi yang masih berduka.
Brigita duduk di Lounge bersama Lena dan Sera juga Zoel yang sibuk bolak-balik.
Belum ada tamu yang datang di siang hari, biasanya mereka ramai menjelang malam.
"Git, are you okay?"
"Kalau aku boleh bilang, I'm not okay. Kalian yang lebih lama bekerja dengan Bapak. Apa biasanya dia seperti ini? Menghilang tiba-tiba?"
Zoel mengerti kecemasan Brigita sebagai seorang istri yang menunggu suaminya. Apalagi pekerjaan nya sangat bersangkutan langsung dengan Rocky. Tapi jika menyangkut rumah tangga, dia angkat tangan.
"Zoel, benarkah kamu tidak tahu? Apa dia tak menghubungimu?"
"Ini pernah terjadi, tapi bukan ranahku untuk menanyakan alasan nya. Selama semua operasional di sini berjalan baik tidak ada yang perlu di permasalahkan,"
Percakapan itu seperti cuma-cuma terjadi.
Dalam keheningan keadaan di sana, dari luar receptionist masuk ke dalam dengan menggeser pintu kaca. Itu menandakan ada tamu yang datang. Semua mata beralih ke arah pintu tersebut.
"Tumben nih, siang begini ada yang datang," cetus Sera sebagai leader di sana.
Ada bagian lain yang menyambut kedatangan tamu tersebut.
Seorang pria dengan jaket navy dan dalaman kaos putih serta sepatu kets itu berdiri di ujung pintu masuk. Wajahnya teduh tapi terdapat kesedihan di matanya.
"Maaf, bolehkah saya bicara dengan manager di sini?"
Tidak ada yang menjawab, semua mata menoleh pada Zoel selaku jabatan tertinggi setelah Rocky.
"Ada komplain kah?" bisik Lena ke Sera.
Sera menaikkan kedua pundaknya, tapi pandangan nya masih tertuju ke pria itu.
"Saya selaku manager di sini, silahkan." Zoel mendekat dan mempersilahkan pria itu duduk. "Dengan siapa? Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya kemudian.
"Sebelumnya boleh saya tahu dengan siapa saya bicara?" Pria itu balik bertanya.
"Saya Zoel." sambil mengulurkan tangan.
Di sambut dengan hangat, pria itu juga mengulurkan tangan nya. Tapi matanya masih menatap sekeliling seolah mencari sesuatu.
"Daud, saya Daud suami Dyandra. Benarkan istri saya bekerja di sini?"
Degh! Lena, Brigita dan Sera sama kagetnya. Mereka saling tatap, pasti sesuatu terjadi. Sekalipun mereka tidak pernah melihat suami Dyandra.
Pria yang tidak pernah mereka ketahui wajahnya bahkan di sosial media Dyandra kini tiba-tiba datang saat istrinya pun tidak ada di kantor.
"Saya pikir manager di sini bernama Pak Rocky,"
Duaaar!
Pikiran Brigita semakin menjadi-jadi, apa yang sebenarnya tidak dia ketahui selama ini tentang suaminya?