Amora, seorang gadis bangsawan yang muak dengan semua aturan yang mengekang pada awalnya hanya ingin keluar dari kediaman dan menjelajahi dunia bersama pelayan pribadinya
Menikmati kebebasan yang selama ini diambil secara paksa oleh kedua orang tuanya pada akhirnya harus menerima takdirnya
Sebagai gadis yang terlahir dengan berkat kekuatan suci, dia memiliki kewajiban menjaga perdamaian dunia.
Amora yang pada awalnya masih berusaha menghindari takdirnya dihadapkan pada kenyataan pahit.
Fitnah keji telah menjatuhkan keluarga Gilbert.
Amora Laberta de Gilbert, merubah niat balas dendamnya menjadi ambisi untuk menegakkan keadilan karena kekuatan suci dalam tubuhnya, menghalanginya.
Demi memuluskan tujuannya, Amora menyembunyikan identitasnya dan bergabung dalam tentara.
Mengawali karir militernya dari tingkat paling rendah, Amora berharap bisa menjadi bagian dari pasukan elit yang memiliki tugas menegakkan keadilan dimana itu selaras dengan tujuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERTEMPURAN PART 1
Malam harinya, keempat teman gelandangan Amora menyelinap masuk kedalam kediaman Gilbert untuk menemui gadis kecil itu.
Untungnya, Hans telah mendapatkan peta kediaman Gilbert dari Amora tadi siang, yang memang dengan sengaja memberikan kepada lelaki itu untuk berjaga-jaga jika ada hal mendesak mereka bisa segera mencarinya ke kediaman.
Ternyata firasat Amora terbukti, setelah menyelesaikan makan malamnya bersama Klara, Amora mendengar jendela kamarnya diketuk dari luar.
Mendengar suara ketukan merupakan sandi yang biasanya dia pakai bersama teman-temannya untuk saling berkomunikasi dalam jarak jauh dengan siulan, membuat tubuh Amora menegang sejenak.
“Apa terjadi hal buruk? Kenapa kalian semua kemari?”, Amora mencecar teman-temannya dengan pertanyaan begitu empat lelaki dewasa yang berdiri dibalkon kamarnya, satu persatu masuk kedalam kamar dengan wajah tegang.
“Count Stalen telah meninggal. Kami curiga, jika ayah dan kakakmu juga mengalami hal yang sama dalam perjalanan menuju provinsi Herakly”, ucap Hans dalam satu tarikan nafas.
Tubuh Amora menegang mendapatkan kabar jika kemungkinan ayah dan kakaknya akan dibunuh dalam perjalanan menuju provinsi.
“Bagaimana kamu tahu?”, tanya Amora penuh selidik.
Hans pun memberikan surat yang didapatkannya dari orang yang sengaja dia susupkan dalam kediaman Bouten.
Kedua netra Amora berkilat tajam, aura membunuh keluar dari dalam tubuhnya dengan kuat, seolah bisa membakar habis orang yang ada dihadapannya.
“Aku curiga, selanjutnya, kediaman Gilbert....”
Belum juga Hans menyelesaikan kalimatnya, suara ribut terdengar diluar. Klarapun bergerak cepat untuk memeriksa keadaan.
Baru saja Klara keluar dari dalam kamar untuk mencari informasi, tak lama kemudian dia kembali masuk dengan wajah panik.
“Gawat nona, gawat! Ada sekelompok orang penyusup masuk dan membunuh para pengawal yang bertugas”
Apa yang Klara ucapkan membuat wajah Amora mengeras. “Klara, cari ibu dan kakak. Bawa mereka keluar kediaman bersama Zoe”, perintahnya.
Klara dan Zoe pun segera keluar untuk mencari keberadaan Viscountess Sabrina dan Regina sementara Amora dan ketiga temannya akan menghadapi musuh yang datang menyerbu kediaman Gilbert.
Melihat Amora dan ketiga teman gelandangannya datang, Scoth yang berhasil membunuh hampir setengah pengawal dan pelayan yang ada dalam kediaman Gilbertpun menatap Amora dengan sinis.
“Akhirnya, anak yang tak diinginkan muncul”, ujarnya dengan senyum penuh ejekan.
Amora yang tak ingin berbasa-basipun segera mengeluarkan pedang miliknya. Setelah dia lapisi dengan kekuatan api dan diselipi kekuatan cahaya miliknya, diapun mulai menyerang kepala pengawal pengkhiatan tersebut dengan membabi-buta.
Scoth awalnya menanggapi serangan Amora dengan santai karena mengira gadis berusia dua belas tahun itu tak terlalu berbahaya karena dia sering melihat bagaimana gadis kecil itu melakukan sparing dengan para pengawal di kediaman.
Sayangnya, apa yang Scoth saksikan bukanlah kekuatan Amora sesungguhnya. Dia melakukan sparing dengan santai, tanpa menggunakan kekuatan hanya untuk mengusir rasa bosannya saja terkurung didalam rumah.
Tapi sekarang, begitu Scoth melihat serangan yang Amora luncurkan semakin lama semakin bertenaga dan hampir membuatnya terpojok, diapun tak lagi ragu untuk menggunakan seluruh kekuatannya.
Booom!
Ctasss....Saathh... Seettth...Bughhh...
Booom!
Bunyi gesekan pedang dan kobaran bara api telah menghanguskan taman indah kediaman Gilbert.
Bahkan beberapa bangunan yang ada disekitar area pertempuran berlangsung, sudah tak utuh lagi akibat serangan pemilik elemen api yang sedang bertarung dihalaman depan kediaman Gilbert malam ini.
Beberapa warga yang mendengar kericuhan dan kilat terang karena para pengguna elemen api saling serang dan mengeluarkan kemampuan terbaik mereka, hanya berani melihat tanpa berani mendekat karena tak ingin menjadi korban salah sasaran.
Bahkan beberapa warga yang memiliki kemampuan lebih tinggi diatas rata-rata orang biasa segera membuat perisai yang langsung menyelubungi kediaman Gilbert agar pertarungan yang terjadi didalam kediaman itu tak menembus keluar dan membahayakan warga sekitarnya.
Bagaimanapun juga, para pemilik elemen api, jika sedang bertempur dalam skala besar seperti ini, bisa menghanguskan bangunan dan semua hal yang ada didekat mereka.
Klara dan Zoe yang sudah menemukan Viscountess Sabrina dan Regina, membawa keduanya keluar melalui tembok belakang kediaman dimana Pablo dan kereta kuda yang akan dipergunakan untuk pelarian menunggu.
Selama pelarian, beberapa kali Vincountess Saabrina mengeluarkan kekuatan elemen airnya untuk membunuh para musuh yang mengejar mereka, begitu juga dengan Zoe yang terus mengeluarkan api dari telapak tangannya, menghalau setiap orang yang datang dan menghalangi jalan mereka.
Diantara keempatnya, hanya Klara dan Regina yang tak berpartisipasi. Meski memiliki elemen api seperti warga kerajaan Kaleis pada umumnya, namun kekuatan mereka sangat lemah, sehingga akan menguras banyak tenaga begitu mereka menggunakannya karena kekuatan tersebut tidak pernah mereka latih dengan baik.
Untungnya, Klara telah membuat persiapan matang dengan memasukkan seluruh harta benda nona mudanya dan beberapa milik keluarga Gilbert yang dia dan Amora dapatkan sebagai persediaan selama perjalanan, juga tak lupa beberapa bahan makanan kering sebagai antisipasi agar tak kelaparan selama pelarian berlangsung.
“Dasar anjing gila! Aku tak menyangka, anak yang ayahku pungut dijalan dan dia besarkan sepenuh hati ternyata hanyalah seonggok sampah yang pantas dibuang!”, ucap Amora penuh provokatif.
Sebagai pemilik elemen cahaya, Amora bisa melihat masa lalu seseorang dalam satu kali sentuhan sambil menyalurkan kekuatan cahaya dari dalam tubuhnya.
Hal itulah yang terjadi secara tak sengaja ketika Amora bergesekan dengan Scoth selama pertempuran berlangsung.
Amora yang tak sengaja menyalurkan kekuatan cahaya miliknya sedikit kedalam tubuh Scoth ketika dia hendak menambah kekuatan pedangnya, bisa melihat dengan jelas masa lalu pemuda itu.
Dari masa lalu itu jugalah Amora bisa mengetahui kelemahan Scoth dan segera menghunuskan pedangnya tepat di dada sebelah kanan,dimana jantungnya berada.
Scoth merupakan satu dari beberapa orang yang memiliki jantung langkah dimana posisinya yang biasanya pada orang normal berada disebelah kiri, dia memiliki jantung dengan posisi sebelah kanan, membuat dewa kematian acapkali gagal untuk membawanya pergi keneraka.
“Kamu adalah orang yang sangat tak tahu diri. Kamu bersekutu dengan wanita yang telah menghancurkanmu. Asal kamu tahu, George, ayah kandungmu adalah pria milik Countess Miskha dan juga ayah kandung Oscar. Balas dendammu terhadap keluargaku salah sasaran. Semoga arwah ibumu bisa hidup tenang dialam baka setelah mengetahui kebodohan anaknya yang malah bersekutu dengan pembunuhnya dan menghancurkan keluarga penyelamatnya”.
Scoth mengenggam liontin milik sang ibu yang dilemparkan oleh Amora setelah menusuk jantungnya.
Dia cukup tahu, jika liontin itu ibunya berikan kepada penyelamat nyawanya karena dia tak mampu membalas budi atas bantuan yang diberikan kepadanya.
Sayangnya, Scoth mengetahui kebenaran itu setelah malaikat maut ada didepannya dan siap membawanya pergi.
“Tuan, maafkan aku. Aku sungguh sangat bersalah padamu”, ucapan lirih Scoth tak terdengar oleh Amora karena setelah melemparkan liontin tersebut, Amora segera melesat pergi setelah dia mendapatkan kabar jika para pengawal milik Marquess Boryet telah mengejar kereta kuda yang dikendarai keluarganya untuk melarikan diri.
Menggunakan kuda yang ada dikediaman Gilbert, Amora, Remo, Hans dan Thiago segera melesat pergi.
Mereka memacu kuda yang mereka tunggangi dengan kekuatan penuh agar bisa segera sampai sebelum hal buruk terjadi.
Sementara itu didalam kereta kuda, Zoe yang duduk didepan bersama Pablo yang malam ini menjadi kusir terus melemparkan bola api dari telapak tangannya, menghabisi para musuh yang terus berdatangan untuk menghadang perjalanan mereka tanpa henti.
Dari balik tirai kereta, Viscountess Sabrina juga membantu menghalau musuh yang mengejar mereka dibelakang menggunakan kekuatan air miliknya, sehingga para bajingan itu tak bisa mendekati kereta kudanya.
