Elena Rosalina Smith memiliki seorang tunangan yang tiba-tiba di rebut oleh saudari tiri nya. Dan sebagai ganti nya, Elena terpaksa harus menikahi tunangan dari saudari tiri nya- seorang miliarder kaya yang telah di tolak oleh saudari nya karena pria itu cacat.
Terikat oleh perjanjian antar keluarga dan ingin merebut kembali pusat perbelanjaan mendiang ibu nya, membuat Elena setuju untuk menggantikan saudari nya menikah dengan CEO cacat.
Elena tidak menyadari jika diri nya telah melempar batu dan mengambil berlian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
—Suara nya serak yang menggoda, membasahi bibir nya dan menghela napas nya. Malvin masih bisa merasakan bekas bibir Elena yang menempel di bibir nya. Jika saja bibir Elena tidak terluka, pria itu pasti akan mencium Elena seganas yang dia inginkan.
Pada saat yang sama, Elena menatap Malvin, wajah nya memerah dengan warna merah jambu yang menggemaskan. Gadis itu masih memikirkan tentang ciuman Malvin yang mendadak, barusan.
Jadi, butuh beberapa saat hingga kata - kata nya terpatri di dalam benak nya.
Malvin sangat baik , pria itu juga mencium nya dengan lembut. Tidak ada nafsu dalam ciuman nya, tetapi Elena bisa merasakan emosi nya yang kuat dalam diri Malvin.
' Aku gak mengira bakal tinggal bareng dia secepat ini '. Kata Elena dalam batin.
Malvin menggenggam tangan Elena saat menurut nya Elena merasa tidak nyaman. " Bagaimana jika kamu ikut dengan ku dalam perjalanan bisnis ? Kamu perlu waktu setelah kejadian kemarin dan itu juga akan membantu kita untuk lebih mengenal satu sama lain, mungkin di akhir Minggu ini kamu akan lebih nyaman berada di dekat ku, mengingat fakta bahwa kita akan bersama selama satu tahun ". Saran Malvin tiba - tiba.
Sejujur nya Malvin ingin Elena berada di sisi nya sepanjang waktu, di samping itu juga Malvin tidak dapat membatalkan perjalanan bisnis nya yang sangat penting.
Pria itu mencoba menyakinkan Elena agar mau ikut bersama nya, dengan begitu ia tidak akan merasa jauh dari Elena.
" Apa kamu yakin kalo aku harus ikut ?". Tanya Elena sembari menggigit bibir bawah nya.
Elena tidak ingin meninggalkan pekerjaan, terlebih ia baru saja memiliki jabatan yang tetap. Namun setelah diri nya di culik, Elena merasa jika mungkin ia membutuhkan waktu untuk menghibur diri dan memikirkan hal lain sementara waktu dengan ikut Malvin melakukan perjalanan bisnis nya.
" Jika kamu menginginkan, aku tidak akan memaksa. Kita akan memerlukan waktu paling lama satu Minggu, aku akan mengantarmu pulang untuk mengemasi barang yang mungkin ingin kamu bawa nanti nya. Bagaimana menurut mu ? ".
Elena menganggukkan kepala nya. " Seperti nya aku akan ikut, aku butuh liburan ". Jawab nya dengan penuh keyakinan.
" Sempurna". Kata Malvin, lalu menyeringai.
Perlahan Malvin kembali duduk ke kursi roda nya dengan Elena yang sedikit membantu pergerakan pria itu.
" Bersihkan diri mu, aku akan menunggu di luar ". Kata Malvin sebelum akhir nya menggerakkan kursi roda nya keluar dari kamar Elena.
Setelah memastikan Malvin telah benar - benar keluar dari kamar nya, baru lah Elena berjalan menuju kamar mandi dan mulai membersihkan diri nya.
Beberapa menit kemudian. Elena keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan bathrobe lalu membuka lemari yang berada di dekat kamar mandi.
Gadis itu terkejut saat menemukan ada banyak pakaian perempuan yang seukuran dengan nya. Tampak masih baru karena masih ada label nya.
" Kapan dia menyiapkan ini semua? ". Tanya Elena pada diri sendiri, sembari memilih pakaian yang cocok untuk di kenakan nya hari ini.
Senyum tersungging di bibir saat Elena memilih gaun biru laut yang indah. Gaun itu memiliki renda - renda di bagian dada nya.
Tak memerlukan waktu yang lama, Elena pun segera memakai gaun tersebut dan menemukan sebuah tas berisi alat rias di atas meja. Tertulis * Untuk mu * di kertas yang tergantung di tas tersebut.
Elena pun membuka nya dan hanya memakai beberapa alat rias saja. Mengingat Elena hanya ingin berdandan senatural mungkin untuk pulang ke rumah nya hari ini.
Setelah semua nya selesai, barulah Elena keluar dari kamar dan menemukan Malvin tengah menunggu diri nya di ruang tamu dengan duduk di atas kursi roda nya dan sebuah laptop di pangkuan nya.
Pria itu tampak mendongakkan kepala nya saat menyadari Elena keluar dari kamar.
Mengamati penampilan Elena dari atas hingga bawah, menelan ludah nya saat menyadari jika Elena terlihat polos dan imut saat menggunakan gaun itu. ' Cantik '. Gumam Malvin bermonolog.
" Sudah siap ? Ayo pergi!". Ajak Malvin, menutup laptop nya dan meletakan nya di atas meja.
***
Sementara itu di tempat lain, Maya dan Amanda terlihat tengah merayakan kemenangan mereka. Karena sampai detik ini juga mereka belum mendapatkan kabar jika Elena telah di temukan, mereka berasumsi jika Elena telah berhasil di bunuh.
Kesepakatan yang Maya miliki dengan para preman itu adalah mereka tidak akan menelpon Maya setelah menghabisi Elena untuk menghindari kecurigaan dari pihak kepolisian.
" Apa kamu yakin jika mereka tidak akan bisa melacak nya sampai ke kita?". Tanya Amanda pada putri nya sembari menenggak segelas sampanye di tangan nya.
Mereka telah memesan beberapa botol sampanye yang termahal untuk berpesta merayakan kematian Elena.
Maya menganggukkan kepala nya dan menyeringai. " Tentu mam, aku gak kasih tau mereka siapa aku dan yang terpenting sekarang Elena udah gak ada lagi di dunia ini ". Kata Maya dengan gembira.
Dengan kepergian Elena, Maya akan menjadi satu - satu nya pewaris Starlight Inc dan ke dua CEO tersebut akan menjadi milik nya, diri nya hanya perlu memilih siapa yang ia inginkan di antara ke dua nya.
Maya dan Amanda sedang sibuk dengan minuman mereka saat seorang pelayan dengan sopan mengetuk pintu agar ke dua perempuan itu menyadari kehadiran nya. " Maaf nyonya saya telah menganggu waktu anda , tapi tuan Malvin ada di sini dan beliau ingin bertemu dengan anda ". Kata pelayan tersebut dengan menundukkan kepala nya.
Dengan wajah terkejut, Amanda menatap putri kesayangan nya itu.
Apakah mereka telah mengetahui jika Maya ada di balik kematian Elena?..
Seakan tau dengan apa yang tengah Amanda pikirkan, Maya pun menggenggam lengan sang ibu. " Jangan khawatir mam, mereka ga akan bisa nemuin bukti yang akan memberatkan ku". Kata Maya mencoba menenangkan ibu nya.
Amanda pun menganggukkan kepala nya pelan. " kita kesana sekarang, jangan sampai Malvin menunggu lama dan semakin mencurigai kita ". Kata Amanda lalu beranjak dari duduk nya bersama dengan Maya, lantas berjalan menuju ruang tamu.
Baru menginjakkan kaki mereka di ruang tamu, ke dua nya terkejut saat mendapati Elena tengah duduk dengan santai nya di kursi sofa single, sementara Malvin duduk di kursi roda nya tak jauh dari Elena berada.
' Dia masih hidup '. Gumam Maya , tak percaya.
Sementara itu Bryan ternyata juga telah duduk di sana, menyapa Malvin dan putri nya.
" Malvin, istri dan putri ke dua ku sudah datang, sebenar nya apa yang ingin kamu katakan pada mereka ?". Tanya Bryan merasa penasaran.
Perlahan Amanda duduk dengan Maya yang mengikuti nya di belakang dengan tatapan nya yang was - was.
Malvin melayangkan tatapan tajam nya ke arah Maya. " Mereka tau apa yang akan saya katakan". Kata Malvin dengan suara rendah nya.
Bryan mengernyitkan dahi nya, tak mengerti. Menoleh ke arah Amanda dan Maya secara bergantian dengan tatapan penuh tanya. " Ada apa ini ?".
Amanda justru menatap Malvin. " Aku tidak mengerti maksud mu, bagiamana saya bisa mengetahui apa yang ingin kamu katakan, tuan Malvin?".
kemarahan terlintas di mata Malvin, pria itu menoleh ke arah Bryan dan buka suara. " Apakah anda tidak tau jika Elena di culik dan hampir di bunuh?".
" Apa?!". Bryan terkejut karena ini pertama kali nya pria itu mendengar hal ini.
Malvin tertawa kecil, " Seperti nya istri dan putri ke dua anda tidak memberitahu mengenai berita ini, apakah karena mereka yang merencanakan semua ini ? ".
" Berani nya kamu menuduh kami seperti itu ? Aku tidak akan pernah menculik putri ku sendiri". Balas Amanda dengan cepat. Lalu menoleh ke arah suami nya. " Sayang, jantung mu lemah. Aku tidak ingin kamu terkena serangan jantung, itu sebab nya aku menyimpan berita ini untuk ku sendiri. Tapi aku juga tidak tinggal diam karena aku telah mengirim beberapa orang untuk mencari Elena ". Kata Amanda menjelaskan.
" Benar ayah, aku gak akan tega melakukan hal keji seperti itu pada kakak ku sendiri". Kata Maya ikut menimpali.
Elena menghela napas nya saat melihat pemandangan yang memuakkan secara langsung di depan nya. Dan Ayah nya justru terlihat mempercayai penjelasan yang di sampaikan oleh Amanda dan Maya barusan .
Mengapa pria tua itu tidak melihat hal yang sebenarnya, untuk sekali ini saja ?.
Elena menegakkan punggung nya , menoleh ke arah Malvin. " ayo pergi, gak ada guna nya ".
Elena tau Amanda dan Maya tidak akan mengakui dengan mudah bahwa mereka lah dalang yang telah melakukan penculikan atas diri nya.
Malvin melirik ke arah Amanda. Ia tahu jika diri nya harus memiliki bukti nyata jika diri nya ingin Bryan mengetahui tentang kejahatan mereka. Alasan Malvin melakukan ini hanya untuk menanamkan rasa takut pada Amanda dan Maya agar mereka tidak mencoba melakukan apa pun yang membahayakan elena untuk sementara waktu.
Malvin meraih tangan Elena dan menggenggam nya. " Naik lah ke atas dan kemasi barang - barang mu yang menurut mu berharga".
" Mengapa Elena perlu mengemasi barang - barang nya ". Tanya Bryan menyela.
Malvin pun menoleh dan menyeringai. " Saya rasa anda tidak mampu melindungi putri anda sendiri, Tn Smith. Mulai sekarang Elena adalah tanggung jawab ku ".