[UPDATE 2 - 3 CHP PERHARI]
NOVEL INI ADALAH VERSI REMAKE DARI NOVEL KEMBALINYA SANG PENGUASA.
Chu Yuan, seorang CEO sukses dari dunia modern, tiba-tiba dibawa oleh sebuah sistem misterius ke dalam dunia kultivator. Ia menemukan dirinya berada di dalam tubuh seorang pemuda yang lemah dan tidak memiliki kultivasi.
Dengan bantuan dari sistem yang berada di tubuhnya, Chu Yuan mulai mempelajari kultivasi dan meningkatkan kekuatannya.
Namun, Chu Yuan masih belum mengetahui bahwa sistem yang berada di tubuhnya memiliki hubungan yang sangat erat dengan sejarah keluarganya. Ia hanya tahu bahwa sistem itu membantunya menjadi lebih kuat dan berkuasa.
Seiring waktu, Chu Yuan menjadi semakin kuat dan mulai mengungkap rahasia tentang sistem yang berada di tubuhnya. Namun, Chu Yuan juga harus menghadapi berbagai tantangan dan musuh yang ingin menghancurkannya. Ia harus menggunakan kekuatannya dan bantuan dari sistem untuk melindungi dirinya dan orang-orang yang ia cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Y. Septra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB - 21: Dimulainya Turnamen Para Pemuda (Bagian 3).
BAB - 21: Dimulainya Turnamen Para Pemuda (Bagian 3).
Suara gong menggema nyaring, menandai dimulainya pertarungan terakhir dari Grup D. Sorakan, teriakan, dan siulan bercampur jadi satu, mengguncang udara. Sebagian penonton mencibir dengan puas, menantikan kekalahan Chu Yuan. Sebagian lagi menunggu dengan penuh gairah pertarungan seperti ini jarang terjadi, satu orang melawan tiga.
Di tengah arena berdiri seorang pemuda dengan pakaian yang sudah compang-camping dari pertandingan sebelumnya. Chu Yuan. Nafasnya tenang, tatapannya menusuk seperti ujung pedang. Tubuhnya dipenuhi luka, tapi sorot matanya tak goyah.
Dihadapannya berdiri tiga pemuda lain dari Grup E, masing-masing menyimpan kilatan niat membunuh. Mereka tak perlu bicara bahasa tubuh mereka berkata cukup jelas. Chu Yuan harus segera di singkirkan.
Namun lawannya bukan orang-orang biasa. Tiga peserta dari Grup E yang masih tersisa kini berdiri berhadapan dengannya.
Sang wasit melirik ke tribun tetua. Sebagian mengangguk pelan. Pertandingan diizinkan.
"Pertandingan Grup D… DIMULAI!"
Seperti anak panah lepas dari busurnya, ketiga pemuda itu menyerbu dalam waktu bersamaan. Chu Yuan masih berdiri diam, seperti seekor naga yang tidur. Tapi pada detik berikutnya, tubuhnya menghilang.
“Langkah Petir Naga Bayangan!”
Dalam sekejap mata, dia sudah muncul di sisi kanan salah satu lawannya, menghantam dengan telapak berlapis aura. Dentuman keras meledak, tubuh pemuda itu terlempar seperti karung, menabrak pagar pembatas arena, lalu jatuh tak sadarkan diri.
"Satu jatuh!"
"A-apa!?"
Sorakan penonton terpecah. Sebagian berseru kagum, sebagian lagi mencibir lebih keras.
Dua lawan tersisa berusaha mengatur jarak, kini lebih waspada. Tapi Chu Yuan sudah memegang ritme pertarungan. Dia tak memberi celah. Dengan tangan kirinya membentuk segel api, dan tangan kanan membentuk segel angin, dia melompat ke udara.
"Api Naga Berputar!"
Bola api berbentuk naga mini meluncur dari telapak tangannya, melingkar deras ke arah lawan kedua. Pemuda itu berteriak, mencoba membentuk dinding pertahanan, tapi teknik itu terlalu cepat. Api naga menabrak dadanya, membuatnya terjatuh dan berguling-guling di tanah, tubuhnya hangus sebagian.
Tersisa satu.
Chu Wei.
Penonton mulai memperhatikan dengan lebih serius. Chu Yuan bukan hanya bertahan. Dia mendominasi.
"Kau pikir aku takut padamu?" bentak Chu Wei.
"Tidak. Aku tahu kau takut pada dirimu sendiri yang akan kalah dariku."
"Hahahaha, kau terlalu sombong bocah!"
Dia berdiri tenang, tombak panjang di tangannya sudah bersinar dengan formasi Qi. Aura Qi Condensation tingkat delapan meledak dari tubuhnya, menciptakan pusaran energi yang mengguncang tanah.
"Jadi apakah ini kekuatanmu yang sebenarnya?" ujar Chu Yuan perlahan.
Chu Wei menyeringai. Benar! Aku sebenarnya ingin menghabisimu disaat-saat terakhir. Tapi mungkin sekarang saatnya!"
Chu Wei melesat, tombak di tangannya membelah udara.
"Tombak Seribu Bayangan!!"
Bayangan tombak meluncur ratusan jumlahnya, seperti badai mematikan. Chu Yuan tak mundur. Dia melangkah ringan, tubuhnya seperti menari di tengah badai tombak. Setiap langkahnya menimbulkan jejak petir tipis.
Langkah Petir Naga Bayangan menciptakan tiga ilusi bayangan. Di mata penonton, ada tiga Chu Yuan yang bergerak cepat, memancing serangan ke arah yang salah.
Tombak Chu Wei menghancurkan dua bayangan pertama. Tapi saat dia menusuk ke arah bayangan terakhir Chu Yuan muncul di belakangnya.
"Garis Petir Naga!!"
Sebuah garis lurus bercahaya biru meluncur dari telapak tangan Chu Yuan, menghantam punggung Chu Wei dengan kekuatan petir dan aura naga yang menggema.
"ARGHH!"
Tombak Chu Wei pecah, tubuhnya terpental ke udara, lalu jatuh menghantam tanah dan berguling-guling sebelum akhirnya pingsan.
Seisi arena terdiam.
Lalu, satu per satu, suara riuh mulai terdengar, tercengang, terpukau, tak percaya.
"Chu Yuan…"
"Dia mengalahkan mereka semua… sendiri!"
Wasit maju ke tengah arena, mengangkat tangan tinggi-tinggi. "Pemenang Grup D: Chu Yuan!"
Seketika, sorakan dan bisikan meledak kembali. Tapi bukan sorakan dukungan. Justru cemoohan, ejekan, dan kemarahan membanjiri udara.
"Mustahil! Itu tidak adil!"
"Anak itu menyembunyikan kekuatannya!"
"Dia monster!"
"Dia adalah sampah, tidak mungkin dia bisa menang, ini pasti akal-akalannya!"
Para tetua cabang saling berpandangan. Wajah-wajah mereka muram. Chu Feng di tribun utama tetap diam, tapi matanya berkilat. Ada kilasan bangga, tersembunyi di balik wajah tenangnya.
Dalam benak Chu Yuan, suara sistem bergema:
[Misi Tambahan Diselesaikan: Hadapi Turnamen dengan Ketidakadilan]
[Poin Pengalaman: +1500 Poin Hadiah]
Dia menunduk sejenak. Chu Yuan menghela napas panjang, tak ada senyuman terukir di wajahnya, yang ada hanya kesadaran bahwa ini baru saja permulaan.
Namun sesuatu berubah. Langit yang tadinya cerah mulai tertutup awan tipis. Suasana arena menjadi sedikit lebih tegang, seolah merespons kehadiran kekuatan yang mulai bangkit dalam diri Chu Yuan.
Tiba-tiba, salah satu tetua dari tribun bangkit berdiri. Dia adalah Tetua Chu Ren, tokoh keras kepala dari cabang keempat. Dia menunjuk ke arah Chu Yuan dan berseru, "Turnamen ini telah tercemar! Anak ini menyembunyikan kekuatannya dari awal!"
Beberapa tetua lain ikut berseru, mencoba mengusulkan agar kemenangan Chu Yuan ditinjau ulang. Tapi suara pemimpin klan, Chu Feng, menggelegar dari singgasananya.
"Cukup! Jika kalian takut pada seorang anak muda, maka kalianlah yang seharusnya malu. Ini adalah kompetisi untuk menguji kekuatan, bukan tempat untuk mengatur skenario."
Kata-katanya memotong suara para tetua, memaksa mereka duduk kembali dengan enggan.
***
Pertandingan antar grup pun usai.
Dari tujuh grup yang memulai turnamen, hanya lima yang tersisa:
Grup A: Anggota masih utuh, tujuh orang. Mereka adalah kelompok terkuat dan paling sombong.
Grup B: Masih lengkap, tujuh orang juga. Cerdas dan penuh strategi.
Grup C: Tiga orang tersisa.
Grup D: Hanya Chu Yuan yang tersisa.
Grup E: Dua orang bertahan.
Semua orang berpikir Chu Yuan akan menjadi yang pertama gugur dari Grup D. Tapi kenyataannya, dia bertahan sendirian. Dan lebih dari itu dia menang telak.
Arena kini bersiap untuk babak final.
Menurut aturan, setiap grup yang lolos dapat memilih lawan dari grup lain. Dan ketika juri berdiri di tengah panggung dan berkata, "Babak final dimulai. Grup dapat memilih lawannya sekarang."
Tiba-tiba...
"Grup A memilih Chu Yuan sebagai lawan!"
"Grup B juga memilih Chu Yuan!"
"Grup C, Chu Yuan!"
"Grup E, kami juga!"
Suasana seketika menjadi sunyi.
Semua kelompok memilih untuk menghadapi satu orang, Chu Yuan.
Beberapa penonton ternganga, sebagian lain langsung meledak dalam sorakan liar dan gelak tawa. Bahkan ada yang mencemooh.
"Habislah kau, bocah sombong!"
"Lihat? Bahkan takdir pun ingin kau mati!"
"Ini adalah karma untuk sampah sepertimu!"
Namun suara wasit kembali bergema, tegas dan dingin.
"Sesuai aturan, tidak diperkenankan pengeroyokan langsung. Setiap grup akan bertarung dahulu hingga tersisa satu perwakilan. Hanya lima orang terbaik yang boleh masuk semifinal. Baru setelah itu, pemilihan lawan dilakukan"
Protes bermunculan. Beberapa penonton berteriak, sebagian melempar makian, tapi aturan tetap aturan.
Chu Yuan hanya berdiri tenang di tempatnya. Tatapannya menyapu tribun peserta. Wajah-wajah penuh kebencian membalasnya. Tapi dia hanya mengangkat dagunya pelan… dan tersenyum, senyum dingin.
Dalam benaknya, satu kalimat terlintas.
"Jika kalian semua ingin menjatuhkanku maka aku akan menjatuhkan kalian semua sebelum kalian menjatuhkan ku"
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...