Cewek imut dan manis ketika dia sedang manja, dan berubah 180 derajat menjadi dingin dan menakutkan ketika dia sedang dalam mode gila ....
Dia adalah Avril, gadis yang susah ditebak isi hatinya dan gampang berubah haluan, melakukan sesuatu seenak jidat dan suka merepotkan orang-orang disekitarnya..
Bahkan ketika sudah menikah pun d
tidak jauh beda.. Yaa dia menikah dengan laki-laki yang sederhana bernama Asep..
Ehh bukan Asep namanya..😅
Laki-laki itu bernama Keinan
Enaknya dipanggil Ken apa Kei ya??
Ken dan Avril menjalani kehidupan rumah tangga dengan banyak rintangan.. mampukah mereka melabuhkan kapalnya dengan baik sampai tujuan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qyurezz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
membujuk yang menguras tenaga
"Yasudah" Hana berdiri. Terlihat dari raut wajahnya ia sangat kesal dan marah.
"Sana nikah dengan nona!" Melengos meninggalkan Li.
Li tersenyum samar melihat tingkah Hana yang cemburu.
"Hana!" Teriak Li tak terima ditinggal begitu saja.
Hana tak menoleh sama sekali, hanya saja matanya mulai mengeluarkan bulir bening disudut matanya. Wanita cantik itu menangis, entah kenapa dia tidak rela Li mengatakan itu.
"Dasar laki-laki!!" Umpatnya sambil sedikit berlari menuju mobilnya, yang ia sewa di negara itu.
"Akh..Kenapa wanita begitu merepotkan!" Li mendengus kesal, ia mengeluarkan dompet dan membawa selembar uang lalu menyimpannya di atas meja.
Langsung ia berlari mengejar Hana.
"Kembali lagi padaku tidak mau!, aku menikah lagi dia tidak terima!.. maunya apa si?" Gerutunya sambil berlari.
Li melihat Hana masuk ke dalam mobil, langsung menghampiri. Namun Hana langsung menancap gasnya pergi dari sana.
"Hana, saya belum selesai bicara!" Teriak Li.
"Cih... Ngapain mengejarku!" Hana tidak peduli dan berlalu saja dari area parkir.
Li masuk ke dalam mobilnya yang tadi bersampingan dengan mobil Hana.
Hana berhenti di halaman hotel, meninggalkan mobilnya, ia masuk ke dalam hotel tempat ia menginap. Tak lama Li menyusul dan mengikuti Hana dari belakang.
Hana masuk lift menuju lantai 92, tempat kamar hotelnya.
Bukan Li namanya kalau ia tidak tau kamar hotel Hana. Bahkan ia bisa keluar masuk hotel tanpa prosedur pendaftaran dan aturan yang berlaku.
Hana tidak menyadari Li mengejarnya, Hana masuk ke kamar hotel menggunakan kartunya. Pintu otomatis terkunci kembali setelah ia masuk. Menjatuhkan diri ke atas sofa meringkuk di sana dan menangis.
Sial! Kenapa aku menangis. Bodoh!!. Hana memukuli dirinya sendiri.
Tentu saja Li juga punya kartu untuk membuka kamar hotel Hana, tidak tunggu lagi langsung masuk kedalam ruangan dan menghampiri Hana. Hana terkejut dengan kedatangan Li, langsung menyeka air matanya.
"Kenapa kamu bisa kesini!?" Hana berdiri, tangannya mengepal, nafasnya naik turun dengan cepat.
"Sudah kubilang aku belum selesai bicara!" Li bertolak pinggang dan menatap datar Hana.
"Aku tidak mau bicara denganmu!" Bentak Hana.
"Ya ampun!.." kesal, Li mendengus dan meraba keningnya. "Kenapa kamu seperti anak kecil si?!"
"Memang.." Hana menatap tajam Li. "Sana pergi!" Tunjuknya pada pintu. Li tidak gentar, ia santai sekali.
"Hana" suaranya rendah, mencoba mendekat.
"Pergi Li!!" Hana melemparkan gelas kopi yang terbuat dari bahan sekali pakai, sepertinya itu bekas kopi tadi pagi milik Hana.
Li tidak menghindar, gelas itu mengenai tubuhnya dan sisa air kopi tumpah dibajunya.
Li terbelalak melihat pakaiannya kotor seketika, Hana tau Li tidak suka pakaiannya kotor.
Li terlihat marah da menatap tajam Hana.
"Maaf.." Hana menutup mulutnya dan langsung bergetar tubuhnya, takut Li marah padanya. Hana tau betul bagaimana marahnya Li.
"Han.." Li ingin sekali berteriak dan memaki, tapi dia sadar siapa yang dihadapannya.
Ia meraih ponselnya dan menelpon.
"Bawakan pakaian gantiku!" Ucapnya setelah telepon tersambung.
"Baik tuan" jawab seorang lelaki dengan suara besar.
Li menutup teleponnya, mengirim lokasinya saat ini pada pengawalnya. Ia melempar ponselnya ke sofa.
"Ayah.." Hana melunak dan menghampiri Li. Li diam dan memalingkan wajahnya.
"Maaf.. Bersihkan badanmu di kamar mandi" pinta Hana dengan pelan dan gemetar.
"Ck.." Li pergi ke kamar mandi tampak kesal.
Hana menunggu di depan pintu kamar mandi.
Bagaimana ini.. Hana gelisah.
Tak lama, Li kembali dengan memakai bathrobe dan membuka sebagian dadanya yang bidang dan berotot.
Hana yang berdiri di sana terkejut dengan penampilan Li, ia membelalakkan matanya melihat dada Li.
Li tersenyum tipis.
"Kenapa? Kau suka?" Godanya seraya membuka lebar dadanya.
Hana langsung memalingkan wajahnya. Bersemu merah dipipinya.
perasaan apa ini? Kenapa jantungku berdetak kencang..
Li mendekat dengan pelan, pandangannya tertuju pada Hana yang mematung menatap ke arah lain.
Li menarik bahu Hana dengan kedua tangannya. Mendekatkannya Hana pada tubuhnya. Memaksa Hana menatapnya.
"Maaf, ayah" lirih Hana yang ketakutan ditatap Li.
Li menurunkan pandangannya, melihat bibir Hana yang merah jambu bergetar. Li meraih tengkuk Hana, lalu mencium bibir Hana dengan lembut.
Hana membelalakkan matanya, langsung mendorong Li dengan kasar. Nafasnya terengah-engah.
"Kau gila ya!!"
"Kau sudah mengotori bajuku!" Li merangkul pinggang Hana sampai ke pelukannya, sontak Hana menyentuh dada Li yang telanjang dengan tangannya guna menahan tubuhnya menempel pada dada Li. Li tersenyum disudut bibirnya.
"Kau suka tubuhku?" Goda Li menatap lekat Hana.
Hana semakin bergetar, menggeleng kepala.
"Lepaskan,yah.. maafkan saya" Hana mencoba mendorong kembali Li, tapi kekuatannya tidak sebanding dengan Li.
"Kau pikir aku sebaik itu?" Li menarik kembali tengkuk Hana dengan tangan satunya, mendekatkan wajahnya mencium bibir Hana dengan paksa. Hana memberontak, menutup mulutnya rapat-rapat. Tapi Li semakin mengeratkan pelukannya. Terus menciumnya dengan paksa, tubuhnya dikunci. Hana bernafas dengan susah payah.
Semakin lama ciuman itu semakin lembut.
"Enghh.." lenguhan Hana yang melepas nafas.
Li menghentikan ciumannya. Mereka bernafas beriringan.
"Maaf sayang.." Li mengendurkan pelukannya. Membelai kepala Hana lembut, menatapnya dengan lembut juga.
Masih diposisi yang sama, Li mengecup kening Hana.
Degg
Jantung Hana luluh seketika Menatap lelaki itu, terlihat ketulusan yang dulu pernah ia rasakan.
Aku merindukanmu Ayah.. batin Hana
"Aku mau berbicara denganmu, kau mau mendengarkan?" Ucap Li dengan lembut.
Hana mengangguk. Li tersenyum tipis, ia langsung mencium kembali bibir Hana dengan lembut sampai Hana terbuai dan membalas ciuman itu. Melupakan amarah yang waktu di kafe tadi. Mereka terhanyut dalam ciuman yang memabukan. Li meraba bagian dada Hana yang masih terlihat segar dan ken***.
Apa ini? Katanya mau bicara? Tapi.. Ahhh.. Batin Hana.
Li mengalihkan ciumannya di leher Hana.
"Enghhh.." Hana melenguh menikmati tubuhnya digerayangi.
"Yahh...su dah" Hana tidak tahan, jiwanya terasa diobrak abrik dengan kenikmatan, begitu juga Li yang sedang menggerayangi bagian dada Hana, membuat bagian bawahnya berdiri tegang.
"Enghhh.." bibir Hana kembali diterjang ciuman brutal Li. Ia yang selalu merindukan momen ini kembali bersama Hana, tak bisa menghentikan gerakannya.
Hana semakin menikmati, walau sebenarnya ia ingin mengakhiri, tapi tubuhnya tidak bisa diajak kompromi. Hana melingkarkan tangannya di leher Li, semakin erat pelukan mereka. Terasa bagian bawah Li mengganjal dibagian bawah Hana.
Semakin tak tertahan, Li langsung menghentikan aksinya. Menatap Hana yang sudah melemah tubuhnya, terlihat memerah pipinya, menahan malu.
"Kau menikmatinya?" Goda Li dengan senyum menggoda.
Hana membenamkan wajahnya di dada Li karena malu.
"Aku takut tidak bisa menahan diri" Li melepaskan Hana dan langsung pergi ke kamar mandi menuntaskan sendiri apa yang harus dituntaskan.
Hana menatap Li yang pergi ke kamar mandi, ia merapikan bajunya dan rambutnya.
"Ya Tuhan.. apa yang aku lakukan?!" Ia berbicara sendiri. Menyesali apa yang telah ia lakukan, tapi.. Ennaak..
Tak lama, Li kembali dengan rambut basah, ia mengguyur dirinya di dalam kamar mandi. Bersamaan dengan itu, pengawal datang mengetuk pintu.
Hana ingin membukakan pintu.
"Biar aku saja" ucap Li.
Li menuju ke arah pintu. Membuka pedal pintu dan berdirilah seorang pengawal membawa tas milik Li.
"Tuan" pengawal menyerahkan tas. Ia nampak terkejut dengan keadaan Li yang hanya memakai bathrobe dan basah rambutnya.
"Makasih" Li menerima tasnya.
"Kenapa menatapku begitu?" dingin.
"Tuan sedang bersama nona Hana?" si pengawal tau ruangan itu adalah ruangan Hana, ia sempat bertanya di resepsionis hotel.
"Ck.. Bukan urusanmu! Sana kembali" Li mengusir.
"Maaf tuan" pengawal merunduk saat Li menutup pintu dengan kasar. Akhirnya si pengawal kembali dan masih penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Li di kamar Hana.
Li melemparkan tasnya di atas sofa. Ia duduk disofa yang satunya lagi. Hana datang dari dapur membawakan segelas air minum. Ia masih gugup.
"Minum, yah" Hana menyodorkan segelas air.
Li menerimanya dan langsung meneguk habis minuman itu. Meletakkan gelas di meja. Langsung duduk bersandar di sofa.
"Kemarilah" Li mengulurkan tangannya.
Hana mendekat dengan ragu. Ditariknya langsung Hana ke dalam dekapannya. Ia terduduk dipangkuan Li.
"Diam dan dengarkan!" Li memeluk erat Hana. Hana langsung terhipnotis dan mengangguk. Entah kenapa dia nyaman, membalas pelukan Li. Menempelkan pipinya di dada Li.
"Jangan berpikiran konyol, Hana.. Kau bilang aku menikah saja dengan nona Avril, tapi kau sendiri tidak rela bukan?" Li mengusap kepala Hana dengan lembut.
"Aku tidak rela?.. Kata siapa?" Hana cemberut
"Cihh... Masih tidak mau ngaku"
"Memangnya kau serius akan menikahi nona Avril?"
"Sudah kubilang jangan berkata konyol" Li menjentikan jarinya di kening Hana, namun tidak sakit.
"nona Avril adalah majikanku, dia sudah ku anggap sebagai anak, aku melindunginya dengan segenap jiwaku, sampai dia menemukan tambatan hati yang pas" jelas Li.
Hana mengangguk.
"Turunkan egomu dan bersabarlah" Li berkata lembut.
Memangnya apa? Apa maksudnya turunkan egoku? Batin hana.
"Kau masih ingin bersamaku kan?"
Hana mengangguk dengan canggung.
"Kau mau menungguku? Sampai nona avril menikah. Aku akan menikahimu kembali"
Hana terenyuh mendengar ucapan Li.
Namun dia bingung, pasalnya nona Avril masih sangat muda. Kalau nona masih sekolah, ya sekarang menginjak kelas dua SMA.
"Sampai kapan aku menunggu? Sedangkan nona masih sangat muda untuk menikah!"
"Aku akan menikahimu dengan segera jika kau mau,tanpa harus menunggu nona menikah dahulu"
"Benarkah?" Hana menatap Li.
"Tapi kau harus rela, jika waktuku lebih banyak dengan nona"
Hana menggeleng.
"Aku tidak mau" tegasnya.
"Hana, dengarkan aku" Li menilik ke masalalu.
"Dulu kau sangat menyayangi nona, saat dia masih kecil imut dan manja. Dia selalu ingin bersamamu, setiap kau berada di tanah air. Bermain di rumah kita saat belum ada Noah dan Reino. Sama halnya denganku. Dulu, nona dipenuhi dengan kasih sayang dari orang tuanya, dari keluarganya. Tapi sekarang, dia hanya sebatang kara. Hanya aku dan pelayan setia sebagai pengganti keluarga yang telah meninggal. Apa kamu tidak merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Avril?.. Sayang, nona Avril menganggapku sudah seperti ayahnya. Dan aku menganggapnya seperti anakku sendiri"
"Aku tau itu, yah. Aku tidak membencinya, aku juga selalu mendoakan untuk kebahagiaan nona"
"Itu bagus, Bu. Jadi apa yang membuatmu tidak mau menemuinya?"
"Karena dia terlalu dekat denganmu"
"Kalau tidak bersamaku, lalu dengan siapa?"
"Kamu kan bisa mencarikan seseorang yang bisa dipercaya untuk menjaga nona"
"O jadi menurutmu itu mudah?"
"Aku tidak tau"
"Sayang, menurutlah sekali ini saja padaku, aku mohon. Hilangkan dulu egomu, rasa cemburumu. Nona hanya ingin bertemu denganmu, dia merindukanmu."
" Waktu itu saat tengah malam dia terbangun karena mimpi buruk, dan yang dia katakan adalah dia ingin bertemu denganmu"
"jika kamu tidak mau saya dekat dengan nona, kenapa tidak kamu saja yang mendekat padanya, rangkul dia. Nona sangat butuh seseorang yang bisa menemaninya saat ia membutuhkan. Percayalah sayang, dia akan sangat bahagia"
Hana mengangguk.
Sepertinya masih agak panjang cerita tentang Li dan Hana, Nex.
kayaknya avriel lg jatuh cinta pemuda di kedai itu sll membuat avriel semangat skl mendekatinya...