Kisah seorang gadis yang terpaksa menjadi pelayan pebisnis misterius dan kejam agar organ tubuhnya tidak dijual oleh pria itu akibat ulah ibunya sendiri.
Namun, ia tetap berusaha melarikan diri dari sangkar Tuannya.
Sebuah rahasia besar sang CEO terkuak saat pelayan itu hadir dalam kehidupannya yang membuat pria itu marah besar dan berencana membuat hancur kehidupan gadis itu.
Bagaimana kelanjutan cerita mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
...****************...
Di malam yang dingin, Damian tengah duduk di kantornya yang hanya diterangi lampu meja kerjanya. Ia memijat pelipisnya sesekali sambil menarik napas dalam-dalam.
Tumpukan dokumen dihadapannya pun tak mampu menarik perhatiannya. Pikirannya masih tertuju pada pengkhianatan yang menghancurkan kepercayaannya.
Ddrtt Ddrtt..
Ponselnya yang bergetar sedikit menarik perhatiannya. Ia melihat nama Jeff dilayar ponselnya.
"Laporan awal tentang Christ dan Sarah sudah siap. Perlu saya bawa sekarang, Pak?"
Tanpa ragu, Damian mengetik balasan singkat.
"Bawa sekarang!"
Tak lama kemudian, Jeff masuk dengan berkas di tangannya. Ia meletakkan di meja Damian dan menunggu instruksi. Perlahan Damian membuka lembar demi lembar dokumen tersebut. Matanya menyapu cepat setiap halaman. Wajahnya yang biasanya tenang berubah Semakin gelap seiring pembaca detail hubungan Christ dan Sarah.
"Jadi, mereka sudah menjalin hubungan selama ini?" gumam Damian dingin sambil jemarinya mengetuk meja dengan irama yang teratur namun penuh ancaman.
Jeff menunggu dengan sabar tahu bahwa emosi Damian sedang di ambang batas.
"Apa yang perlu saya lakukan selanjutnya, Pak?" tanyanya hati-hati.
Damian menatapnya tajam.
"Awasi terus mereka. Aku ingin tahu semua langkah mer ka, setiap pertemuan dan rencana mereka sebenarnya."
"Baik, Pak." jawab Jeff sambil mengangguk. Sebelum keluar ia kembali bertanya.
"Jika saya boleh bertanya.. Apa yan akan bapak lakukan terhadap mereka?"
Damian menyeringai tipis membuat ekspresi yang membuat Jeff bergidik.
"Kau akan tahu sendiri, nantinya."
Setelah Jeff pergi, Damian menyalakan komputer dihadapannya. Ia mulai mencari celah untuk menghancurkan Sarah. Sebagai adik tiru yng selalu iri pada kesuksesan Damian, Sarah telah lama mencoba cara untuk menjatuhkannya. Dan sekarang, dia bermain-main dengan orang yang dulu sangat ia percayai--Christ.
Harga dirinya yang sudah tercabik-cabik membuat Damian menjadikan kenangannya bersama Christ berubah menjadi dendam yang tidak akan ia akhiri.
...****************...
Di Mansion.
Sementara itu, Anna yang sedang membaca buku di dapur mencob melupakan semua ketegangan yang selalu mengelilingi dirinya dan Damian.
Lamunannya buyar ketika ia tiba-tiba saja mendengar suara mobil Damian tiba di mansion. Jantungnya berdegup lebih cepat. Dia tahu bahwa sisi Damian yang gelap sering muncul setelah malam-malam panjang seperti ini.
Damian. Masuk ke mansion tanpa menatap siapa pun. Namun, ketika matanya menangkap bayangan Anna yang duduk di dapur seketika membuat langkahnya terhenti.
Ada sesuatu dalam di dalam dirinya yang memberontak. Keinginan u tim melibatkan Anna, namun juga keengganan untuk menyeretnya ke dalam dunia kelam yang semakin dia bangun.
"Kau seharusnya tidur." Ucap Damian dingin yang suaranya membuat Anna tersentak.
"Saya.. hanya sedang membaca." Jawab Anna mencoba menenangkan suaranya.
Damian tidak menjawab. Dia hanya menatap Anna sesaat sebelum kembali melangkah menuju kamarnya.
Namun di balik kamarnya, Damian merasakan kegelisahan yang berbeda.
"Ha.. Semua orang menjadi menyebalkan." Ucap Damian sambil membuka setelan jasnya dan menuju kamar mandi.
Keesokan paginya, dapur mansion dipenuhi dengan aroma kopi hangat dan roti panggang buatan Anna. Ia berdiri di depan kompor, tangannya cekatan menggoreng telur sambil sesekali mengecek timer dioven.
Pekerjaannya di dapur selalu menjadi momen tenang diantara hiruk pikuk emosional yang sering kali melibatkan Damian.
Tak lama Damian turun dengan pakaian santainya dari lantai atas. Ia hanya menggunakan celana selutut dan kaos oblong yang membuatnya tampak lebih hangat. Namun tidak dengan penglihatan Anna. Pria itu tetaplah terlihat dingin dan penuh kekuasaan.
"Sarapan sudah siap." Ucap Anna tanpa menatap langsung ke arah Damian.
Damian pun duduk dikursi kepala meja sambil memeriksa secarik dokumen yang dibawa dari ruang kerjanya. Sedangkan Anna terus saja memperhatikan Damian dari sudut matanya menunggu waktu yang tepat untuk mengutarakan niatnya.
Ketika Damian meletakkan dokumen itu, Anna langsung memberanikan diri.
"Tuan Damian?" panggil Anna pelan.
"Buang kata tuan itu, aku muak mendengarnya." jawabnya tanpa melihat Anna.
Anna yang mendengar itu sedikit bingung. Ia mengerutkan dahinya heran.
"Lanjutkan apa yang mau kau katakan."
Anna menggenggam ujung apron yang dia kenakan mencoba menenangkan dirinya.
"Ada beberapa bahan dapur yang mulai habis, saya ingin keluar untuk berbelanja sendirian.. Kalau anda mengizinkan."
Permintaan sederhana itu membuat Damian akhirnya menatap langsung ke arah Anna. Matanya menyipit, menelisik seolah-olah mencati maksud tersembunyi dibalik kata-kata sederhana itu.
"Berbelanja?" ulangnya dengan nada rendah namun penuh tekanan.
Anna mengangguk.
"Ya, saya hanya pergi ke supermarket terdekat dan segera kembali."
Damian menyadarkan punggungnya ke kursi, menimbang-bimbang. Wajahnya tak menunjukkan emosi tetapi Anna tahu dia sedang berpikir keras.
"Aku tak suka jika kau keluar sendirian," kata Damian akhirnya.
"Apalagi setelah insiden-insiden terakhir."
Anna menggigit bibirnya mencoba menahan rasa frustasi. Memang benar, selama ini dia selalu ditemani pengawal ataupun kepala asisten. Tapi kali ini, dia benar-benar ingin menikmati waktunya sendirian.
"Saya hanya pergi sebentar. Tak akan ada masalah, saya bisa pastikan itu."
Damian mengetik meja dengan jemari ya dengan derakan kecil yang menunjukkan ketidaksenangan dirinya.
"Terserah kau sajalah," jawabnya sambil berdiri.
"Bawakan kopi itu ke ruang kerjaku. Aku malas melihatmu."
Jawaban Damian semakin membuat Anna keheranan. Damian tak pernah melewatkan sarapannya di dapur bersama Anna. Tapi kali ini, ia seakan terus bersikap aneh dihadapan Anna.
.
.
.
Next 👉🏻
(Jgn lupa Like, Komen, kritik dan saran🫶🏻)
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩