Dijual oleh Ibu dan Kakak tirinya pada seorang CEO dingin demi untuk menebus rumah yang digadaikan oleh Ibu tirinya dan juga melunasi hutang judi Kakak tirinya. Diandra terpaksa menikah dengan laki-laki kejam bernama Erlangga.
CEO yang begitu terkenal dengan prestasi dan begitu diidamkan banyak wanita itu, selalu berlaku semena-mena pada Diandra, terutama saat diatas ranjang.
Diandra terpaksa bertahan, tetapi bukan karena mencintai Erlan, melainkan karena keluarga barunya yang begitu menyambut baik kedatangan Diandra sebagai menantu. Ditambah lagi, dia tidak punya tempat berteduh kecuali rumah suami kejamnya itu.
Akankah Erlan luluh dan mencintai istrinya Diandra saat kekasih Erlangga yang sesungguhnya datang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delis Misroroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehangatan
Beberapa saat kemudian, Diandra terpaksa bangun kembali saat ada beberapa pelayan dengan seragam hitam putih masuk dengan membawakan baju juga sprei. Diandra dibantu oleh pelayan untuk memakai baju dan dibantu bangun karena sprei nya akan diganti. Diandra pun duduk di sofa yang ada di balkon dengan nampan yang berisi makanan yang dibawakan oleh sang ibu mertua.
"Udaranya cukup sejuk. Akhirnya aku bisa isi perutku yang udah protes sejak tadi," gumam Diandra yang menyantap sarapannya.
"Nona, semuanya udah selesai. Apa Nona perlu sesuatu lagi?" tanya salah satu pelayan.
"Nggak, Mbak. Kalian bisa keluar. Aku nanti jalan pelan-pelan ke tempat tidur. Aku masih mau di sini," jawab Diandra dengan ramahnya.
"Baik, Nona. Kalau perlu apa-apa, tinggal tekan no 1 di telepon yang ada di nakas ya, Nona?"
"Iya, terima kasih,"
Beberapa pelayan itu pun keluar dari kamar. Diandra kembali menikmati sarapannya. Udara pagi itu membuat Diandra merasa seperti terbebas dari penjara setelah ribuan tahun.
"Biasanya pagi-pagi begini aku udah dapet pukulan dan bentakan dari ibu juga Kakak tiriku. Pagi ini telingaku rasanya sangatlah lega. Apa aku akan tinggal di sini dengan semua kemewahan?"
Diandra hanya bisa bermonolog karena tidak ada yang bisa dia ajak bicara. Namun Diandra benar-benar menikmati harinya yang baru.
...***...
Hari ini, Diandra hanya berdiam di tempat tidur bahkan hingga sore menjelma. Dia hanya beranjak saat waktunya makan dan saat ingin pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil yang terasa sangat perih hingga membuatnya menitikkan air mata untuk menahan rasa sakit itu.
Diandra tidak tahu pukul berapa setiap waktu yang dia lalui karena tidak ada jam di dinding kamar. Namun keluarnya senja membuat dia tahu kalau siang akan berakhir dan Diandra beranjak untuk mandi setelah dua orang pelayan menyiapkan air hangat yang sama untuknya mandi.
Setelah hampir satu jam dia di kamar mandi, wajahnya yang tenang kembali tegang saat melihat seorang laki-laki yang bersilang tangan menatapnya dengan penuh aura membunuh. "Kenapa sangat lama di kamar mandi?" tanya laki-laki yang tidak lain adalah suaminya.
Diandra tidak menjawab dan tetap berjalan pelan melewati Erlan kemudian berbaring kembali di atas tempat tidur. Diandra hanya mengenakan daster rumahan tanpa memakai pakaian dalam sama sekali, terutama di bagian sensitifnya. Segera Diandra memiringkan tubuhnya membelakangi Erlan karena tidak mau menatap laki-laki kejam yang telah membuatnya kesakitan sepanjang hari, mungkin bisa sampai beberapa hari ke depan.
"Hei! Kau tuli?" tanya Erlan lagi. Namun Diandra masih tetap diam. Erlan pun marah karena merasa tidak dianggap dan berjalan menghampiri Diandra. Segera dia buka selimut yang menutupi tubuh Diandra itu hingga keduanya saling beradu mata. "Sialann ... kenapa hanya seperti ini saja sangat menggoda hasratku," batin Erlan menatap datar wajah Diandra.
"Apa anda tidak punya hati, Tuan? Saya sedang beristirahat akibat ulah anda semalam," jawab Diandra kemudian berbalik badan untuk kembali membelakangi Erlan. Sayangnya, seperdetik kemudian Erlan menarik paksa tubuh Diandra agar kembali menatapnya.
"Kenapa kamu menggodaku?" tanya Erlan tanpa ekspresi.
"Mohon maaf Tuan Erlan yang terhormat, saya tidak ada niat sama sekali untuk menggoda anda," keduanya kembali beradu mata. Erlan pun menindih tubuh Diandra. "Tuan ... bisakah saya kembali tidur? Sekujur tubuh saya sangat sakit," ucap Diandra penuh penekanan karena menahan amarahnya.
"Malam ini aku harus pergi ke luar negeri untuk beberapa hari kedepan," kata Erlan masih dengan ekspresi yang sama.
"Begitukah? Kenapa harus laporan pada saya? Apa anda benar-benar sedang berperan sebagai suami yang baik?" jawab Diandra masih dengan nada yang sama.
"Saya harus menyelesaikan pekerjaan di tempat tidur terlebih dahulu,"
"Mak- ...." Belum Diandra berucap, Erlan sudah mencium bibirnya dengan penuh napsu dan mengulangi pergulatannya dengan Diandra hingga dua kali. Barulah dia pergi dan tidak muncul selama empat hari lamanya.
...***...
Beberapa hari ini Diandra begitu bahagia karena perhatian yang diberikan oleh Mami Hasna juga Nenek Harni padanya. Layaknya menantu idaman, Nenek Harni bahkan memberitahu banyak hal pada Diandra termasuk masa kecil Erlan.
Semua foto masa kecil suaminya itu ditunjukkan, bahkan hingga Erlan lulus kuliah di Oxford university. Diandra dibuat gemas dan kagum dengan semua foto yang menunjukkan betapa lucu dan keren suami ya itu.
"Kamu lulusan apa, Nak?" tanya Nenek tiba-tiba setelah selesai melihat semua foto album Erlan.
"Aku cuma sekolah sampai kelas tiga sekolah dasar, Nek. Setelah Papa meninggal, aku nggak sekolah lagi karena Ibu Tiriku nggak mau buang-buang uang untukku," jelas Diandra yang tiba-tiba sedih.
"Nenek tidak masalah kamu tidak punya pendidikan, tapi Nenek nggak mau kamu dibodohi oleh orang-orang di luar sana. Kamu adalah menantu di rumah ini, jadi kamu nggak boleh terlihat bodoh di hadapan siapapun. Supaya kamu nggak bosan, siang hari kamu bisa belajar dengan guru privat. Kamu mau?"
"Jelas mau, Nek. Aku nggak pernah tahu bagaimana keadaan di luar sana. Aku juga nggak mau di rendahkan karena nggak pernah mencicipi dunia pendidikan. Terima kasih banyak ya, Nek?"
"Kamu jangan sungkan. Nenek sangat bahagia punya menantu seperti kamu yang cantik dan baik. Kalau kamu butuh apa pun, kamu bisa minta sama Nenek karena Nenek lah yang paling berkuasa di rumah ini,"
"Benarkah?"
"Tentu saja. Tapi Erlan memang berubah total saat kenal dengan wanita itu. Bahkan saat rencana untuk menikahinya. Ucapan Nenek bahkan nggak di dengar sama sekali sampai Nenek pura-pura sakit aja, dia nggak peduli dan tahu kalau itu hanya sandiwara." Diandra terkekeh.
"Diandra,"
"Ya, Nek."
"Nenek harap kamu bisa bertahan menjadi istrinya. Walaupun kita baru kenal beberapa hari, tapi Nenek udah yakin kamu bukan wanita yang haus akan harta. Nenek harap Erlan yang lembut bisa kembali lagi sebelum Nenek meninggal,"
"Kok Nenek bilang begitu?"
"Nenek emang suka begitu, Diandra. Kamu jangan kaget," tiba-tiba Mami Hasna datang membawakan mereka minuman juga obat untuk Ibunya.
"Mami?"
"Nenek selalu merasa udah sangat tua, jadi dia selalu bang begitu. Padahal Nenek masih muda kan?" ucap Mami Hasna dan Diandra membalasnya dengan senyuman.
"Kamu selalu bilang begitu. Aku memang udah tua dan selalu harus minum obat yang pait itu," sahut Nenek Harni melirik obat yang dibawa anaknya. Diandra pun memeluk lengan Nenek Harni dan menyandarkan kepalanya di bahu sang nenek.
"Nenek akan berumur panjang dan bermain dengan Erlan-Erlan junior," kata Diandra dengan pedenya. Padahal dia sendiri tidak tahu bisa bertahan berapa lama di rumah itu dengan sikap Erlan yang seenaknya.
"Benarkah?" tanya Nenek dan Diandra hanya mengangguk. "Baiklah, Nenek akan rajin minum obat supaya Nenek berumur panjang dan bermain dengan Erlan-Erlan junior." Ketiga wanita itu pun terkekeh bersama.
..
𝐤𝐥𝐨 𝐚𝐪 𝐝𝐥𝐮 𝐡𝐛𝐬 𝐤𝐮𝐫𝐞𝐭 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐥 𝟑𝐛𝐥𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚
𝐲𝐠 𝐩𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐤𝐫𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐞𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐪 𝐠𝐤 𝐧𝐠𝐫𝐭𝐢 𝐤𝐥𝐨 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐮𝐝𝐚 𝐭𝐮 𝐠𝐤 𝐛𝐥𝐡 𝐤𝐞𝐜𝐚𝐩𝐞𝐚𝐧 𝐚𝐩𝐚𝐥𝐠𝐢 𝐮𝐬𝐢𝐪𝐮 𝐣𝐠 𝐦𝐬𝐡 𝐦𝐮𝐝𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟐 𝐚𝐝𝐚 𝐦𝐢𝐨𝐦𝐚 𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐣𝐞𝐧𝐢𝐬 𝐤𝐢𝐬𝐭𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟑 𝐛𝐥𝐢𝐧𝐝 𝐨𝐯𝐮𝐦 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐣𝐚𝐧𝐢𝐧 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐝 𝐝𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐪𝐮 𝐡𝐧𝐲 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐧𝐭𝐨𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐲𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐢𝐫 𝐤𝐞𝐭𝐮𝐛𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚