Bahagia karena telah memenangkan tiket liburan di kapal pesiar mewah, Kyra berencana untuk mengajak kekasihnya liburan bersama. Namun siapa sangka di H-1 keberangkatan, Kyra justru memergoki kekasihnya berkhianat dengan sahabatnya.
Bara Elard Lazuardi, CEO tampan nan dingin, berniat untuk melamar tunangannya di kapal pesiar nan mewah. Sayangnya, beberapa hari sebelum keberangkatan itu, Bara melihat dengan mata kepalanya sendiri sang tunangan ternyata mengkhianatinya dan tidur dengan lelaki lain yang merupakan sepupunya.
Dua orang yang sama-sama tersakiti, bertemu di kapal pesiar yang sama secara tak sengaja. Kesalahpahaman membuat Kyra dan Bara saling membenci sejak pertama kali mereka bertemu. Namun, siapa sangka setelah itu mereka malah terjebak di sebuah pulau asing dan harus hidup bersama sampai orang-orang menemukan mereka berdua.
Mungkinkah Bara menemukan penyembuh luka hatinya melalui kehadiran Kyra? Atau malah menambah masalah dengan perbedaan mereka berdua yang bagaikan langit dan bumi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maafkan Aku, Bara!
Sementara itu, di sebuah gedung megah yang terdiri dari puluhan lantai, sang CEO baru saja keluar dari ruangan meeting dengan wajahnya yang mengguratkan kelelahan yang luar biasa.
"Apa masih ada jadwal lagi, Morgan?" tanya Bara sembari melangkah lebar menuju ruangannya.
"Masih, Pak. Dua appointment lagi sebelum ---"
"Honey!"
Langkah Bara yang berhenti secara tiba-tiba membuat Morgan urung melanjutkan penjelasannya. Mereka berdua terpaku menatap seorang wanita yang tengah duduk di kursi kerja milik Bara.
Bara mengepalkan tangannya geram melihat wajah itu muncul lagi setelah sekian lama ia berusaha melupakannya.
"Mau apa lagi kamu ke sini!?" bentak Bara sembari menghampiri Valeria dan menariknya agar menyingkir dari kursinya.
Valeria yang tak siap ketika Bara tiba-tiba menarik lengannya sontak oleng dan membentur tubuh kekasihnya itu dengan keras.
"Pergi!" perintah Bara sembari mendorong Vale agar tak menempel pada tubuhnya.
Valeria terhenyak, ia berusaha menyeimbangkan tubuhnya yang ditarik dan didorong oleh Bara secara paksa. Beruntung Morgan masih terpaku menyaksikan pertikaian itu dan berhasil menangkap tubuh Vale yang hampir jatuh terjerembab.
"Honey! Kenapa jahat sekali, sih! Kalo aku jatuh dan gegar otak gimana!?"
"Oh bagus! Sepertinya gegar otak lebih baik untukmu ketimbang masih hidup tapi melukai orang lain!"
"Honey! You are so rude!" teriak Valeria geram, ia menepis tangan Morgan yang masih menahan tubuhnya.
Bara menatap Valeria dengan tajam dan dingin. Untuk beberapa saat ia lupa bila Morgan masih berada di dalam ruangan yang sama dengannya .
"Morgan, bawa dia pergi! Aku tidak mau melihat dia ada di sini!" perintah Bara cepat.
"Nggak mau! Aku nggak mau pergi. Aku mau kita menyelesaikan masalah di antara kita dengan kepala dingin" tolak Vale tak kalah cepat.
Bara memijat keningnya yang mulai berdenyut-denyut pusing. Masih ada dua meeting lagi yang harus ia datangi tapi kedatangan Valeria membuatnya lebih lelah dari sekedar menghadiri meeting.
"Baiklah. Tapi aku hanya punya waktu 10 menit. Aku tidak mau pertemuan denganmu mengacaukan jadwal kerjaku!"
"Oke, nggak masalah, Honey!" tukas Valeria setuju.
Bara beralih menatap Morgan dan memintanya untuk menunggu di luar ruangan. Ia harus secepatnya menyelesaikan masalah ini sebelum semakin membesar dan jadi tidak terkendali.
"Katakan apa maumu? Apa masih belum puas kamu menyakiti aku, huh?" desak Bara berusaha menjaga intonasi suaranya.
Valeria menggeleng. Ia mendekat ke tempat Bara dan melebarkan kedua tangannya hendak memeluk kekasihnya itu. Namun, Bara lebih dulu menjauh dan menolak pelukan itu dengan risih.
"Jangan kamu berani menyentuhku, Vale. Semua yang sudah disentuh oleh Edy, aku haramkan untuk menyentuhku juga."
"Honey, jangan berpikiran buruk dulu. Waktu itu kami sedang mabuk! Aku sama sekali nggak ada niat untuk tidur dengan Edy!"
"Oh ya? Lucu sekali alasan kalian berdua. Rupanya kalian sudah mengatur skenario dengan begitu rapi!" tukas Bara tertawa jengah.
Valeria menggeleng. Ia kembali mendekat.
"Menjauh dariku, Vale! Jangan salahkan aku bila aku berbuat kasar padamu!" ancam Bara dengan serius.
"Bara, please, maafkan aku. Aku menyesali semuanya. Aku nggak mau kehilangan kamu."
"Harusnya kamu sadar dengan hal ini sebelum kamu memutuskan untuk menikmati cumbuan Edy! Sekarang sudah terlambat. Aku sudah mengubur mimpiku untuk bersamamu sejak hari itu."
"No, Bara! Kamu nggak boleh egois seperti itu. Kamu harus dengerin dulu alasan aku!"
Bara menggeram murka. "Alasan apalagi yang harus aku dengar dari mulutmu itu! Aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri kalian berkhianat di belakangku!"
"Tapi kami melakukannya dalam keadaan mabuk!"
Bara tersenyum kecut. Mabuk, huh? Alasan yang sangat klise untuk membenarkan sebuah kesalahan fatal yang tak bisa dimaafkan.
"Aku yakin kamu sendiri pasti akan melakukan hal yang serupa seandainya berada di posisiku saat itu. Aku kesepian, aku butuh kamu yang selalu sibuk dengan rapat-rapatmu itu!"
"Kamu tidak bisa menyalahkanku atas kesalahan yang sudah kamu lakukan, Vale! Kalian secara sadar melakukan hubungan terlarang itu! Kalian secara sadar saling berbagi cerita entah sejak kapan! Dan bodohnya, aku terlalu percaya pada wanita sepertimu!" kecam Bara berapi-api. Hatinya sangat sakit setiap kali membayangkan Valeria bercumbu dengan Edy sementara Bara sedang sibuk dengan meeting.
"Pergilah, Vale. Sudah cukup sampai di sini saja pertemuan kita. Aku sudah lelah denganmu. Hidupku sudah hancur karena perbuatanmu dan Edy. Jadi tolong, jangan datang lagi ke sini karena melihatmu membuatku ingat pada perbuatan terkutuk kalian berdua!" lanjut Bara mulai halus.
Valeria bergeming, dengan air mata berurai ia menatap Bara yang merupakan lelaki yang sangat ia cintai. "Maafkan aku, Bara. Aku mohon maafkan aku."
Dengan gelengan lemah, Bara menolak untuk memaafkan perbuatan Valeria padanya.
"Terlalu menyakitkan untuk memaafkan kesalahanmu, Vale. Aku tidak bisa. Sekarang pergilah, waktumu sudah lewat 10 menit."
"Bara, Please!" Valeria berlari menghampiri Bara dan bersujud di kakinya. "Aku menyesal, Bara. Tolong jangan perlakukan aku seperti ini," pinta Valeria sembari memeluk erat kaki Bara.
"Pergilah. Aku tidak mau melihatmu muncul dihadapanku lagi."
"Baraaaaa ..." tangisan Valeria semakin histeris meminta ampun dan belas kasihan.
Morgan yang berada di luar ruangan, bisa mendengar dengan jelas raungan tangis menyayat hati itu. Namun nasi sudah menjadi bubur, meski sudah diberi suwiran ayam dan kuah santan, ia bukan lagi sebuah nasi yang pulen ketika dimakan dengan sambal dan krupuk. Morgan menghembuskan napasnya berat.
"Hentikan tangisanmu. Jangan membuatku tampak seperti lelaki jahat." Bara berpaling dan tak sekalipun menatap Valeria yang masih betah memeluk kedua kakinya.
"Maafin aku, Bara. Aku janji aku akan melakukan apapun yang kamu perintahkan asalkan kamu mau kembali padaku lagi," mohon Vale masih dengan tangisnya yang heboh.
"Tidak. Aku tidak lagi menginginkan apapun darimu. Sekarang pergilah."
"Baraaaa ...."
"Pergi atau aku yang akan menyeretmu keluar dari ruanganku!" Bara memberanikan diri menatap manik mata Valeria yang dulu pernah sangat ia cintai, bahkan mungkin cinta itu masih ada hingga saat ini.
Dengan tangisnya yang masih tak bisa dihentikan, Valeria mulai mengendurkan pelukannya di kaki Bara dan bangkit perlahan-lahan. Ia menyeka pipinya yang basah dengan sedih. Padahal tadinya ia pikir meminta maaf pada Bara akan semudah mengajak lelaki ini bercinta. Nyatanya, Valeria membutuhkan usaha yang lebih keras lagi untuk meluluhkan hati seorang Bara.
"Baiklah, aku pergi. Tapi kamu bisa datang kapanpun kamu mau ke apartemen kita, oke? Aku akan menunggumu, Honey."
Bara masih bergeming. Ia tak sekalipun menatap Valeria hingga wanita itu akhirnya keluar dari ruangannya. Begitu terdengar suara pintu di tutup, Bara menghempaskan tubuhnya di kursi dan memejamkan matanya untuk sesaat.
"Pak, manajer produksi dan tim sudah menunggu anda di ruang meeting lantai 15."
...****************...
nanti KLO anaknya nanya siapa bidan yg bantu ngelahirin, yaa jawab aja bapaknya yg serba bisa jdi apapun🤣