NovelToon NovelToon
MELAWAN IBLIS

MELAWAN IBLIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi Timur / Iblis / Ahli Bela Diri Kuno / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:838
Nilai: 5
Nama Author: Cut Tisa Channel

MELAWAN IBLIS menceritakan tentang seorang gadis keturunan pendekar sakti yang hijrah dari Tiongkok ke Nusantara untuk mendapatkan kehidupan yang tenang.
Namun dibalik ketenangan yang hanya sebentar di rasakan, ada sebuah hal yang terjadi akibat kutukan leluhurnya di masa lalu.
ingin tahu bagaimana serial yang menggabungkan antara beladiri dan misteri ini?
mampukah wanita cantik itu lepas dari kutukan iblis?
simak selengkapnya dalam Serial Melawan Iblis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjalanan Yang Sulit

Silya berjalan menyusuri hutan seorang diri sore itu. Tujuan nya adalah kota Phuket. Dia berjalan sesuai petunjuk ibu pemilik warung yang membekalinya dengan berbagai macam makanan selama di perjalanan.

Ketika hampir sampai di kota, beberapa petugas keamanan yang melihatnya menghentikan Silya.

"Siapa kau? Darimana asalmu?"

Gadis yang melihat sikap mereka biasa saja menjawab singkat,

"Aku Silya dari belakang mau ke depan".

"Tangkap dia". Seru seorang pengaman berpangkat dua.

Gadis itu pun di tangkap dan dibawa ke kantor untuk di periksa.

Sesampainya Silya disana, dia diperlakukan secara kasar dan kurang ajar. Hingga kembali penyakitnya kumat dan seperti biasa, pasukan pengaman kerajaan itu tewas tanpa tersisa dengan badan tercabik cabik mengerikan.

Gadis yang masih kerasukan itu segera berlari menuju ke kota, setiap orang yang mendekatinya menjadi korban sampai suatu ketika, seorang tua yang melihatnya mengikuti dari belakang.

Sampai ke sebuah hutan kota Phuket, Silya pingsan tak sadarkan diri. Wanita tua yang mengikutinya segera mendekat dan melihat keadaannya yang mengerikan.

Darah segar belepotan di tangan dan sebagian wajahnya. Garis urat menghitam masih terlihat di muka dan leher serta kaki tangannya.

"Pasti dia yang dimaksudkan gadis itu". Seru nenek tua yang menunggui nya disitu. Wanita itu melihat perlahan lahan garis mengerikan di kulit Silya hilang meninggalkan kulit yang kembali putih mulus itu.

Napas nya yang tadinya memburu cepat kini pun mulai teratur. Sampai hampir satu jam wanita tua itu menunggui nya hingga dia siuman.

"Silya, kau Silya ya?" Tanya wanita itu ketika melihat Silya terbangun dan duduk.

"Anda,, siapa?" tanya Silya bingung.

"Aku, panggil saja nek sum. tiga hari lalu aku ketemu dengan kedua kakak mu".

"Ah, dimana mereka?"

"Sekarang mereka sudah pergi, katanya mencarimu. Ayo ikut aku, besok kau bisa menyusul mereka nak".

Silya pun bangkit dan berjalan mengikuti nenek itu jauh ke pemukiman di pinggir pantai.

Sesampainya disana, sambil makan Silya mendengar cerita nenek tersebut tentang kedua saudaranya yang di temukan terombang ambing di laut.

"Sekarang mereka sudah melanjutkan perjalanan ke india di antar anak ku. Katanya mereka akan langsung ke desa Mayong kalau tidak salah".

"Ya, kami memang sedang dalam perjalanan kesana nek. Bagaimana aku bisa menyusul mereka jika mereka sudah berlayar dari kemarin dulu".

"Tenang saja, nanti akan ku minta nak Bulma mengantarkan mu. Tapi,,"

"Iya nek, bagaimana jika penyakitku kambuh?"

"Ya sudah. Nanti kita lihat saja. Sudahlah, sudah malam. Kau tidur lah dulu. Besok kita akan menyusul kakak mu". Seru nenek yang langsung masuk ke kamar nya itu.

***~###~***

"Paman, tolong antarkan aku ke pelabuhan bisa?" Tanya Saloka pada seorang nelayan paruh baya yang sedang merapikan jaringnya.

"Asal ada uang, semua bisa di atur anak muda". Seru Lokan sambil meletakkan jaring nya.

"Tenang saja. Aku punya banyak uang. Nanti sampai ke kota Assam akan ku bayar lebih".

"Naik lah".

Dengan ringan Saloka melompat ke atas perahu dan mereka berdua pun berlayar menyeberangi laut menuju ke pulau india.

Akibat melakukan perjalanan terus menerus dan kurang tidur, Saloka tertidur lelap di kepala perahu besar itu.

"Lemparkan sauh itu. Pegangan yang erat". Seru Lokan pada Saloka yang baru terbangun dari tidurnya akibat badai besar yang tiba tiba terjadi.

"Sudah paman. Apa lagi?"

"Kau tengkurap lah. Pegangan yang kencang".

Perahu yang terombang ambing itu kadang terangkat hingga tiga empat meter dibawa gelombang besar.

Puluhan kilo dari situ, Silya yang berlayar bersama seorang nelayan muda berbadan tegap di temani seorang wanita tua juga mengalami badai besar di atas kapal mereka.

Gelombang membuat mereka susah bernapas. Untung saja pemuda bernama Bulma itu seorang yang sudah biasa menghadapi badai besar di tengah lautan sehingga meski badan sakit sakit, namun ketiga nya masih selamat berpegangan erat di kapal berukuran sedang itu.

Setengah jam sudah berlalu namun badai tak kunjung berhenti. Kesakitan yang dirasakan Silya membuat penyakitnya hampir kambuh.

Nek Sum yang melihat hal itu segera menyiapkan air dalam botol yang dibawanya dari rumah bersama ramuan bunga dan beberapa macam alat yang biasanya terdapat pada seorang dukun.

Dengan cekatan nenek itu mendekati Silya berbarengan dengan badai yang mulai berkurang kedahsyatannya.

Lambat laun mata yang mulai memerah dan kulit yang mulai berubah kembali normal.

"Terimakasih banyak nek, kau telah menolongku".

"Sama sama. Makanya aku memutuskan ikut, soalnya kakak mu pernah bilang kalau penyakit aneh mu ini sering kambuh". Sahut si nenek.

"karena inilah aku harus melakukan perjalanan jauh yang sulit nek. Entah bagaimanakah nasib ku".

"Kau tenang saja. Di desa Mayong nanti kau pasti akan pulih. Nanti kita singgah di tempat Dhulaga sekalian mengobati penyakit mu".

Mereka pun kembali berlayar hingga beberapa hari kemudian, ketiga nya tiba di pelabuhan Assam. Bulma yang mengantar mereka segera pamit pulang dan keduanya melanjutkan perjalanan lewat jalur darat setelah Silya singgah di kota menukarkan sekeping emas kuno dengan uang yang lumayan banyak.

Ketika Nek Sum dan Silya akan menaiki sebuah kereta kuda, mereka mendengar seorang pemuda memanggil dan menoleh, ternyata seorang pemuda tampan sedang berlari ke arah mereka.

"Maaf nona, nek, aku tadi melihat kalian saat menukar uang. Darimana kau mendapatkan kepingan emas kuno itu nona?" Tanya pemuda yang tidak lain adalah Saloka.

Silya hanya memandang penuh curiga kepada pria itu begitu juga nek Sum.

"Jangan takut, aku tidak bermaksud jahat. Aku juga punya kepingan emas seperti mu, nih. Makanya aku bertanya darimana kau mendapatkan nya". Sambung pemuda itu.

"Tidak baik berbicara dijalan, kita bicara di kereta saja". Ucap wanita tua itu sambil memegang Silya yang naik lebih dulu.

"Paman, antarkan mereka dulu. Aku belakangan saja. Kalian mau kemana?" Tanya pemuda itu.

"Antarkan kami ke desa Mayong". Sahut nek Sum.

"Ah, kebetulan sekali, aku juga akan kesana. Sekalian saja". Seru Saloka dengan wajah girang.

Ketika kereta yang di tarik dua buah kuda itu mulai berjalan, pemuda itu kembali bertanya,

"Maukah kau jelaskan darimana kau mendapatkan kepingan emas itu nona?"

"Kau siapa?" Tanya Silya.

"Ah, aku sampai lupa. Baik nya kita kenalan dulu. Aku Saloka, aku berasal dari daerah perbatasan himalaya. Dan aku ingin mencari rumah seorang dukun bernama Dhulaga di Mayong. Nama kaoian siapa?" Sengaja Saloka tidak menanyakan gadis itu saja agar tidak di cap kurang sopan.

"Aku Silya, ini nek Sum yang mengantar ku ke desa Mayong untuk berobat ke tempat kakek Dhulaga".

"Wah, sangat kebetulan sekali. Kalian dari mana?"

"Kalau aku berasal dari pantai Phuket. Silya orang asli Nusantara". Sahut nek Sum ramah.

"Tujuan ku sebenarnya ke Nusantara untuk mencari ayah. Kata ibu, aku memiliki seorang bibi di sana. Tapi tak tau dimana dia. Oya, uang emas itu dari mana? Kenapa bisa sama dengan milik ku?"

"Ayah yang memberikan untuk bekal perjalanan kami".

"Siapa ayah mu?" tanya Saloka penuh harap.

"Tun Ai. Dia yang memberikan sepuluh keping masing masing untuk ku dan kedua kakak ku". Jawab Silya yang sering menunduk.

Sambil melakukan perjalanan jauh itu, mereka selalu terlihat dalam percakapan yang makin lama makin seru.

Perlahan Silya pun merasa akrab karena humor yang selalu diperlihatkan Saloka sehingga perjalanan jauh itu pun tidak terasa membosankan sama sekali.

BERSAMBUNG. . .

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!