NovelToon NovelToon
Warisan Mutiara Hitam

Warisan Mutiara Hitam

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Budidaya dan Peningkatan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:200.2k
Nilai: 4.8
Nama Author: Kokop Gann

Takdirnya telah dicuri. Chen Kai, dulu jenius nomor satu di klannya, kini hidup sebagai "sampah" yang terlupakan setelah Akar Spiritualnya lumpuh secara misterius. Tiga tahun penuh penghinaan telah dijalaninya, didorong hanya oleh keinginan menyelamatkan adiknya yang sakit parah. Dalam keputusasaan, dia mempertaruhkan nyawanya, namun berakhir dilempar ke jurang oleh sepupunya sendiri.

Di ambang kematian, takdir mempermainkannya. Chen Kai menemukan sebuah mutiara hitam misterius yang menyatu dengannya, membangkitkan jiwa kuno Kaisar Yao, seorang ahli alkimia legendaris. Dari Kaisar Yao, Chen Kai mengetahui kebenaran yang kejam: bakatnya tidak lumpuh, melainkan dicuri oleh seorang tetua kuat yang berkonspirasi.

Dengan bimbingan sang Kaisar, Chen Kai memulai jalan kultivasi yang menantang surga. Tujuannya: mengambil kembali apa yang menjadi miliknya, melindungi satu-satunya keluarga yang tersisa, dan membuat mereka yang telah mengkhianatinya merasakan keputusasaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Berdarah

Tiga minggu berlalu dalam sekejap mata.

Bagi Chen Kai, tiga minggu ini adalah baptisan api dan darah yang sesungguhnya. Dia telah sepenuhnya meninggalkan sisa-sisa mentalitasnya sebagai 'tuan muda'. Dia sekarang adalah seorang pemburu, seorang predator yang sabar, yang hidup dari apa yang disediakan hutan.

Dia tidak lagi tinggal di satu gua. Dia terus bergerak. Setiap dua atau tiga hari, dia akan berganti tempat persembunyian, tidak pernah membiarkan dirinya meninggalkan jejak yang jelas. Hutan Binatang Roh ini luas, dan dia memanfaatkannya sepenuhnya.

Area luar hutan, yang didominasi oleh binatang roh Tingkat Empat dan Lima, telah menjadi taman bermainnya.

Di minggu pertama, dia bertarung dengan hati-hati. Dia mengintai mangsanya, mempelajari pola mereka, dan menggunakan kombinasi 'Langkah Bayangan' dan 'Hantaman Batu Ganda' untuk menghabisi mereka. Dia bertarung melawan Ular Piton Batu Tingkat Lima, yang pertahanannya setara dengan Babi Hutan Bertaring Besi, dan Macan Tutul Bayangan Tingkat Lima, yang kecepatannya menyaingi 'Langkah Bayangan' miliknya.

Setiap pertarungan adalah pelajaran. Setiap kemenangan mengkonsolidasikan fondasinya di Puncak Tingkat Lima Alam Kondensasi Qi.

Pada minggu kedua, dia menjadi lebih berani. Dia mulai menguji batas kemampuannya. Dia tidak lagi hanya mengandalkan penyergapan. Dia akan menantang binatang roh Tingkat Lima secara langsung.

Pertarungannya menjadi lebih efisien. Dia belajar bagaimana menggabungkan kelincahan 'Langkah Bayangan' dengan kekuatan 'Hantaman Batu Ganda' dalam satu gerakan mulus. Dia bisa menghindari cakar sambil secara bersamaan menebaskan pedangnya dengan kekuatan gunung.

Pada akhir minggu ketiga, Chen Kai berdiri di atas bangkai Gorila Lengan Besi Tingkat Lima. Dia bahkan tidak terengah-engah. Dia telah membunuh binatang itu hanya dengan tiga tebasan.

Dia mengumpulkan inti rohnya—inti roh Tingkat Lima ketujuh belas yang telah dia kumpulkan. Cincin penyimpanan Paman Liu sekarang penuh dengan material berharga: kulit, tulang, gading, dan inti roh.

Dia membersihkan darah dari Pedang Bayangannya. Dia menyadari sesuatu.

"Aku... buntu."

Kultivasinya masih tertahan di Puncak Tingkat Lima. Pertarungan terus-menerus ini telah membuat fondasinya sekeras baja, tetapi tidak ada tanda-tanda terobosan ke Tingkat Enam. Dia merasa ada sesuatu yang kurang.

"Kekuatan seranganku masih terlalu lemah," gumamnya pada dirinya sendiri.

'Hantaman Batu Ganda' sangat bagus untuk satu serangan kejutan yang kuat. Tapi melawan musuh yang bisa menahannya, seperti Paman Liu di masa depan, dia tidak punya tindak lanjut.

Dia membutuhkan sesuatu yang lebih.

Dia melihat kembali manual 'Teknik Pedang Gunung Runtuh'.

"Jurus Kedua: Longsoran Gunung."

Deskripsinya jelas: Serangkaian tebasan cepat dan berat yang membangun momentum, masing-masing lebih kuat dari sebelumnya.

Ini jauh lebih kompleks daripada jurus pertama. Ini bukan hanya tentang menyalurkan Qi untuk satu serangan, tetapi tentang mengedarkan Qi dalam siklus yang berkelanjutan, memperkuat setiap serangan dengan momentum dari serangan sebelumnya.

"Aku harus menguasai ini."

Dia membutuhkan tempat untuk berlatih. Tempat di mana dia bisa membuat keributan tanpa menarik perhatian seluruh hutan.

Dia menghabiskan satu hari penuh untuk mencari. Akhirnya, dia menemukannya: sebuah air terjun besar yang tersembunyi di lembah kecil. Air jatuh dari ketinggian seratus meter ke kolam di bawahnya, menciptakan kabut tebal dan suara gemuruh yang memekakkan telinga.

Itu sempurna. Suara air terjun akan menutupi suara latihannya.

Dia menemukan sebuah gua kecil di balik tirai air—tempat yang lembap dan tidak nyaman, tapi sangat aman.

Selama seminggu penuh, Chen Kai melakukan satu hal: berlatih 'Longsoran Gunung'.

Dia berdiri di atas batu besar di tepi kolam, Pedang Bayangan di tangan.

"Jurus Kedua... Longsoran Gunung!"

Dia menebas. FSSSH! Tebasan pertama kuat, setara dengan 'Hantaman Batu Ganda'.

Dia segera melanjutkan dengan tebasan kedua. Tapi momentumnya putus. Qi-nya tidak mengalir dengan benar. Tebasan kedua lebih lemah dari yang pertama.

"Salah."

Dia mencoba lagi. Dia fokus pada manual. Siklus Qi harus mengalir dari dantian, ke lengan, ke pedang, dan kembali ke dantian, membawa momentum kinetik bersamanya, lalu meledakkannya lagi.

FSSSH! (Tebasan pertama). FSSSH! (Tebasan kedua, sedikit lebih kuat). FSSSH! (Tebasan ketiga, lebih kuat lagi).

Tapi pada tebasan keempat, siklusnya pecah. Dia merasakan sakit yang tajam di meridian lengannya. Dia hampir menjatuhkan pedangnya.

"Ini menghabiskan terlalu banyak Qi," dia terengah-engah, bersandar pada pedangnya.

Teknik Alam Pembangunan Fondasi benar-benar bukan lelucon. Dia memaksakan tubuh Kondensasi Qi-nya hingga batas absolut.

Dia mengertakkan gigi. Dia menelan Pil Pengumpul Qi untuk memulihkan energinya dengan cepat dan mengambil Batu Roh.

Lagi. Dan lagi.

Dia berlatih tanpa lelah. Tebasan pertamanya membelah air. Tebasan keduanya menciptakan gelombang. Tebasan ketiganya mengirimkan semprotan air ke udara.

Satu tebasan. Dua tebasan. Tiga tebasan. Empat tebasan.

Pada hari ketujuh latihannya, dia akhirnya berhasil.

Dia berdiri di atas batu, matanya terpejam. Dia mengambil napas dalam-dalam.

"Longsoran Gunung!"

BOOM! Tebasan pertama menghantam air, mengirimkan gelombang kejut. BOOM! Tebasan kedua menghantam, gelombangnya lebih besar. BOOM! Tebasan ketiga. BOOM! Tebasan keempat. BOOM! Tebasan kelima!

Lima tebasan berturut-turut, masing-masing lebih cepat dan lebih berat dari yang terakhir. Tebasan kelima yang terakhir menghantam permukaan kolam dengan kekuatan yang begitu besar sehingga airnya meledak ke atas, menciptakan lubang sementara di kolam itu.

Chen Kai terengah-engah, wajahnya pucat. Dantiannya hampir kering. Dia telah menggunakan delapan puluh persen Qi-nya hanya untuk lima tebasan itu.

Tapi dia tersenyum. Dia berhasil.

Saat itulah, indra spiritualnya yang tajam—yang selalu waspada bahkan saat berlatih—menangkap sesuatu.

Dia tidak sendirian.

Ada beberapa aura yang mendekat, tersembunyi di pepohonan di seberang kolam. Mereka telah mengamatinya.

Chen Kai tidak berbalik. Dia tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia tahu. Dia sengaja terhuyung sedikit, berpura-pura kelelahan total akibat latihannya, bersandar pada pedangnya seolah-olah dia hampir tidak bisa berdiri.

Dia mendengar suara dahan patah saat mereka keluar dari persembunyian.

"Heh, lihat apa yang kita punya di sini, bos."

"Seorang bocah kecil yang berlatih sendirian. Dan dia terlihat kelelahan."

Tiga pria melangkah keluar dari hutan. Mereka mengenakan baju zirah kulit yang kasar dan membawa senjata yang tampak usang namun mematikan. Wajah mereka ditutupi bekas luka. Ini adalah tentara bayaran, 'Serigala Hutan', yang terkenal kejam di area luar.

Pemimpinnya adalah seorang pria botak besar dengan bekas luka bakar di separuh wajahnya. Matanya yang kecil menatap Chen Kai dengan keserakahan.

"Puncak Tingkat Enam Alam Kondensasi Qi," pikir Chen Kai, langsung menilai lawannya. Dua lainnya berada di Puncak Tingkat Lima, setara dengannya, tetapi aura mereka tidak stabil; fondasi mereka jelas jauh lebih lemah.

"Tempat latihan yang bagus, Nak," kata pemimpin botak itu, suaranya serak. Dia berjalan perlahan mengitari tepi kolam. "Teknik pedang yang bagus juga. Pasti menghabiskan banyak tenagamu, ya?"

Chen Kai tetap diam, wajahnya (yang masih diubah oleh Cairan Pengubah Tulang) tampak pucat dan waspada.

"Begini saja," kata si pemimpin, berhenti sekitar sepuluh meter darinya. "Kami sedang berburu Harimau Api Tingkat Enam dan kebetulan melihatmu. Sepertinya kau sudah lama di sini. Serahkan cincin penyimpananmu... dan kami mungkin akan membiarkanmu hidup."

Salah satu pria di belakangnya tertawa. "Bos, kenapa kita tidak bunuh saja dia? Dia mungkin punya banyak inti roh."

Si pemimpin tersenyum jahat. "Benar juga. Bunuh dia."

Kedua tentara bayaran Tingkat Lima itu mencabut pedang mereka dan menyerang Chen Kai dari dua sisi. Mereka melihat dia kelelahan dan tidak menganggapnya sebagai ancaman.

Chen Kai menghela napas. Dia sudah memberi mereka kesempatan.

Tepat saat pedang pertama hanya berjarak satu meter darinya...

Dia menghilang.

"Apa?!"

"Langkah Bayangan!"

Dia muncul kembali di belakang tentara bayaran pertama. Sebelum pria itu bisa berbalik, Chen Kai menebas.

"Hantaman Batu Ganda!"

KRAKKK!

Bukan tebasan latihan yang lambat. Itu adalah tebasan secepat kilat yang ditenagai oleh kekuatan ledakan. Pedang Bayangan itu menghantam punggung pria itu, menghancurkan baju kulit dan tulang punggungnya dalam satu serangan. Dia tewas bahkan sebelum tubuhnya menyentuh tanah.

"Saudara Tiga!" teriak tentara bayaran kedua, matanya membelalak ngeri.

Dia mencoba menghentikan serangannya, tapi sudah terlambat. Chen Kai sudah berputar ke arahnya.

Pria itu mencoba mengangkat pedangnya untuk membela diri.

"Terlalu lambat," bisik Chen Kai.

Dia tidak menggunakan teknik pedang. Dia hanya menggunakan kekuatan Puncak Tingkat Lima dan kecepatan superiornya. Pedang Bayangannya melesat seperti ular, menebas lurus ke tenggorokan pria itu.

Sssst!

Darah menyembur. Tentara bayaran kedua memegangi lehernya, matanya menatap Chen Kai dengan tak percaya sebelum dia ambruk.

Semuanya terjadi dalam dua detik.

Keheningan total melanda air terjun, hanya menyisakan suara gemuruh air.

Pemimpin botak itu, si ahli Tingkat Enam, berdiri terpaku. Matanya melotot. Dia tidak percaya kedua saudaranya terbunuh begitu cepat oleh bocah yang tampak kelelahan ini.

"Kau... kau pura-pura!" geramnya, kemarahan menutupi rasa takutnya. "Kau bajingan kecil!"

Dia melepaskan auranya sepenuhnya. Puncak Tingkat Enam. Tekanan yang kuat menghantam Chen Kai. Ini adalah musuh manusia pertama yang lebih kuat darinya yang dia hadapi dalam pertarungan langsung.

"Kau akan membayar untuk itu!" Pemimpin itu meraung dan menebaskan kapak besarnya ke arah Chen Kai.

BOOM!

Chen Kai mengangkat Pedang Bayangannya untuk menangkis.

CLANG!

Dia terlempar ke belakang, meluncur di atas batu yang licin. Lengannya mati rasa. Perbedaan satu tingkat penuh sangat terasa. Kekuatan pria ini jauh di atas babi hutan Tingkat Lima.

"Hahaha! Hanya itu kekuatanmu, Nak?!" Pemimpin itu tertawa, menyerang lagi.

Chen Kai menggunakan 'Langkah Bayangan' untuk menghindar. Dia terlalu cepat untuk pria besar itu. Dia menari di sekitar pemimpin itu, mencari celah, tetapi pertahanan kapak pria itu rapat.

"Kau hanya bisa lari seperti tikus!" ejek pemimpin itu.

Chen Kai berhenti menghindar. Dia berdiri di seberang pria itu, Pedang Bayangannya menunjuk ke bawah. Dia membiarkan dirinya terlihat terengah-engah.

"Aku... aku... menyerah," katanya, suaranya terdengar panik.

Pemimpin itu tersenyum lebar. "Terlambat!" Dia mengangkat kapaknya tinggi-tinggi untuk serangan terakhir yang akan membelah Chen Kai menjadi dua.

Tepat pada saat itu, mata Chen Kai berubah dari 'panik' menjadi sedingin es.

"Bodoh."

Saat kapak itu mulai turun, Chen Kai meledak beraksi.

"Jurus Kedua... LONGGSORAN GUNUNG!"

Dia tidak menahan diri. Dia menuangkan setiap ons Qi di dantiannya ke dalam serangan ini.

CLANG! (Tebasan pertama). Kapak pemimpin itu menangkisnya, tapi dia terkejut oleh kekuatan di baliknya. CLANG! (Tebasan kedua). Lengan pemimpin itu bergetar. "Apa?!" CLANG! (Tebasan ketiga). Momentum Chen Kai meningkat. Pedangnya menjadi lebih berat. Kapak pemimpin itu retak. CLANG! (Tebasan keempat). "Tidak mungkin!" teriak pemimpin itu, rasa takut akhirnya muncul di matanya. KRAKKK! (Tebasan kelima).

Pedang Bayangan itu menghancurkan kapak besar itu berkeping-keping dan menancap dalam-dalam di dada pemimpin botak itu.

Mata pria itu tetap terbuka lebar, menatap Chen Kai dengan kebingungan total, sebelum dia jatuh ke belakang, mati.

Chen Kai terbatuk, darah mengalir di sudut bibirnya. Dia telah memaksakan tubuhnya terlalu keras. Tapi dia menang.

Dia dengan cepat mengambil cincin penyimpanan ketiga tentara bayaran itu, tidak mau repot-repot memeriksa isinya.

Dia melirik ke hutan. "Tempat ini tidak aman lagi."

Mengabaikan kelelahannya, dia menghilang ke dalam Hutan Binatang Roh sekali lagi, mencari tempat persembunyian baru.

1
Dinata Tea
kuatkannnnnnnn🔥🔥🔥🔥
Dinata Tea
bantaiiiii🔥🔥🔥🔥
Dinata Tea
kuatkannnnn🔥🔥🔥🔥
Aisyah Suyuti
good
Abil Amar
mkin lm mkin sdkit upnya awl2 aj 1hri upnya 10cerit tp mkin ksni upny cum 1 kdang 2 cerit
Choky Ritonga
harusnya chen Long membunuh adiknya chen kay 😄✌✌ jadi ceritanya lebih seruuu, asik melihat sombongnya chen kay 😁 iya kwn author, tapi kamu buat novel pasti sdh bb baca ceritanya, sebelum di taruh di NT😄
Choky Ritonga
harusnya chen Long, membunuh adiknya chen kau 😁 biar dia sampai mati mnyesal ketololannya 😁😁😁
Eliest R@di
hebat
Nanik S
Maaaantaaaap Pooooll👍👍👍
Nanik S
Libas semua dan tinggal Jian Chen
Hardware Solution
keren banget
saniscara patriawuha.
gassssd polllll lahhh manggg otorrrr
Anwar Kewer
mantab thor...ttp semangat 😍😍😍
Nanik S
Maaantaaaap Pooool
Nanik S
Maju sekalian kalau mau dibantai
Nanik S
Kakak beradik sama sama Jenius
Didit Nur
Kokop Gann 😘
soegiman aja
👍👍👍👍👍
Aman Wijaya
joooooss joooooss pooolll lanjut terus Thor semangat dalam berkarya dan sehat selalu
Aman Wijaya
top top markotop
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!