NovelToon NovelToon
Katakan, Aku Villain!

Katakan, Aku Villain!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Keluarga / Antagonis / Romantis / Romansa / Balas Dendam
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Amha Amalia

*
"Tidak ada asap jika tidak ada api."

Elena Putri Angelica, gadis biasa yang ingin sekali memberi keadilan bagi Bundanya. Cacian, hinaan, makian dari semua orang terhadap Sang Bunda akan ia lemparkan pada orang yang pantas mendapatkannya.

"Aku tidak seperti Bunda yang bermurah hati memaafkan dia. Aku bukan orang baik." Tegas Elena.

"Katakan, aku Villain!"

=-=-=-=-=

Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE yaaa Gengss...
Love You~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amha Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Villain Chapter 21

*

"Maaf." Ucap Keyra menatap Elena intens.

"Kenapa minta maaf? Kamu sudah melakukan hal yang tepat. Membela teman baikmu." Balas Elena. Keyra tahu maksudnya, Elena berkata seperti itu untuk menyindir.

"Aku benar-benar minta maaf, aku tak sengaja mendorongmu dan aku sama sekali tidak ada niat untuk mengataimu." Ujar Keyra tanpa mengalihkan pandangannya dari Elena.

"Oke. Ku maafkan."

"What?!" Keyra terkejut, tak percaya Elena memaafkannya begitu saja. Pikirannya mulai was was.

"Sudah ku maafkan, jadi kamu bisa merasa lega sekarang dan jangan ganggu aku lagi." Ucap Elena membuat Keyra makin terkejut, perasaan was wasnya itu tidak salah.

Keyra menghembuskan nafas panjang "Kamu ingin aku menjauh? Itu sebabnya kamu keluar dari pekerjaanmu?" Tanyanya untuk memastikan tebakannya "Artinya kamu ingin aku berhenti dari tanggungjawabku dan kamu tidak ingin terlibat apapun denganku?"

Tak ada jawaban. Elena diam, mengalihkan pandangan. Melihat sikap Elena tentu Keyra menyadari apa jawaban dari pertanyaannya. Ia tidak menyangka jika Elena akan semarah ini hanya karena dia tak sengaja mendorongnya.

"El, aku sudah minta maaf dan aku jujur memang tidak sengaja mendorongmu. Kenapa kamu bisa semarah ini?" Tanya Keyra, ia tidak bisa mengerti apa yang ada dalam pikiran Elena.

Elena kembali menatapnya "Aku tidak marah saat kamu mendorongku, tidak sama sekali."

"Lalu kenapa?"

"Kamu mau tahu kenapa?" Elena menggantungkan ucapannya sejenak "Karena kamu hanya diam saat temanmu menghina Bundaku. Bukankah itu menjelaskan jika kamu juga beranggapan Bundaku wanita kotor?"

Keyra menggeleng, sejujurnya ia bukan diam membiarkan temannya menghina tapi dia masih syock mendengar kebenarannya. Otaknya masih berusaha mencerna, dan saat ia ingin membela Elena justru Elena sendiri menampar temannya. Alhasil, dia refleks mendorong Elena hingga membuat Elena kini salah paham dan menganggap dirinya membela temannya yang salah.

"Maaf jika aku terlambat membelamu." Ujarnya penuh rasa bersalah.

"Bukan terlambat, tapi memang kamu tidak ingin membelaku. Itu wajar. Aku hanya orang miskin dan mungkin bagimu... Aku anak har*m."

"Tidak." Keyra menggeleng cepat "Sekalipun aku tidak pernah menganggapmu seperti itu." Matanya kini berkaca-kaca, hatinya terasa sakit mendengar ucapan Elena.

Elena melihatnya, dia mengalihkan pandangan "Pulang lah. Kita tidak ada urusan lagi."

"Maafkan aku El." Ujar Keyra tak henti hentinya meminta maaf.

"Sudah ku maafkan, kamu bisa pergi sekarang." Ucap Elena, ia cukup bosan mendengar pernyataan dari Keyra.

"Bukan minta maaf untuk itu, tapi hal lain." Keyra mencoba mengumpulkan keberaniannya.

Elena tak mengerti, keningnya mengernyit menatap Keyra "Hal lain apa?"

"Maaf sudah membuatmu terluka." Ujarnya, namun Elena malah terkekeh. Ia pikir hal lain apa, ternyata masalah insiden itu. Kenapa harus di permasalahkan lagi?!

"Itu kecelakaan, aku tidak menyalahkanmu." Ucap Elena apa adanya, memang ia sendiri yang berniat menolong jadi Keyra tentu tidak bersalah.

"Itu bukan kecelakaan, sebenarnya--..." Keyra menggantungkan ucapannya, ia sedikit ragu "Aku yang sabotase." Lanjutnya menunduk takut melihat tatapan Elena.

Elena membelalakkan matanya terkejut, apa yang ia dengar barusan? Keyra yang sabotase? Apa artinya dia ingin mencelakai dirinya sendiri? Ia masih berusaha mencernanya "Katakan sekali lagi."

"Aku yang sabotase." Keyra mengulang ucapannya dengan lebih jelas dan memberanikan diri menatap Elena "Aku menyuruh orang untuk melonggarkan baut lampu itu, aku menyuruhnya mensabotase acaraku sendiri dan aku ingin lampu itu menimpaku." Lanjutnya berkata jujur.

"Apa kamu gila?" Maki Elena, ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Keyra "Itu sama saja kamu bunuh diri."

Keyra diam, ia sendiri tak tahu bagaimana harus membela dirinya. Ia mengaku salah.

"Kamu pikir nyawa itu buat main-main? Aku tidak mengerti kenapa kamu bisa berpikir sedangkal ini? Kamu--... Haishh..." Ingin sekali Elena memaki Keyra dengan kata-kata mutiara, namun coba ia tahan "Lain kali jika ingin bunuh diri jangan lakukan di tempat ramai, berdiri saja di rel kereta." Ucapnya dengan sangat kesal.

"M-mati beneran dong." Lirih Keyra terbata.

"Biarin." Balas Elena tanpa beban sedikitpun.

Keyra diam kembali. Elena menghembuskan nafasnya kasar, di tatapnya Keyra yang seperti ingin mengatakan sesuatu namun di tahan entah karena takut atau karena belum siap cerita.

"Kamu punya segalanya, orangtuamu sangat kaya, masa depanmu terjamin." Ucap Elena kini merendahkan suaranya "Lalu apa yang buat kamu sampai senekat ini?"

Mendengar pertanyaan Elena, Keyra menarik sudut bibirnya. Hatinya merasa Elena orang yang tepat sebagai teman curhat, bahkan dia mencoba bertanya yang artinya ingin memahami dirinya.

"Apa menurutmu aku bahagia?" Tanya balik Keyra meminta pendapat Elena.

Di tatapnya mata Keyra intens "Bahagia." Jawab Elena membuat Keyra merasa lesu "Itu jika ku lihat dari luar, tapi sepertinya yang terjadi tidak seperti itu."

"Jika aku mengatakannya padamu, apa kamu akan memaafkanku?" Keyra menatap Elena penuh harap.

"Aku tidak berjanji." Balasnya, ia sendiri tidak tahu bagaimana harus bersikap nanti.

Keyra mengangguk mengerti, menarik nafas panjang lalu menghembuskan perlahan "Aku hanya ingin mendapat perhatian dari mamah papah."

Elena terdiam saja menyimak apa yang ingin diutarakan Keyra. Ia tahu saat ini Keyra mencoba curhat tentang apa yang mengganjal di hatinya.

"Selama ini mamah tidak pernah memberiku perhatian sekecil apapun itu. Mungkin mamah tidak pernah kasar, tapi aku merasa kehadiranku tidak pernah dianggap." Keyra menghentikan ucapannya sejenak sebelum ia kembali bercerita.

"Sedangkan papah, dia sedikit menyayangiku. Yaaa sedikit. Karena papah lebih mementingkan pekerjaannya daripada menghabiskan waktu untukku. Aku tidak tahu, apakah papah menyayangiku atau tidak." Lanjut Keyra membuat hati Elena sedikit menghangat, ia merasa Keyra benar-benar kesepian.

"Sejak kecil aku di urus sama bibi. Mamah papah bahkan tidak pernah bertanya apakah aku baik-baik saja atau tidak? Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing." Tanpa terasa bulir bening mengalir di pipi Keyra, sesak di dada menjalar mengingat lika liku kehidupannya "Mereka tidak pernah hadir saat pengambilan rapot sekolahku, saat ada pertemuan wali murid pun mereka hanya meminta bibi untuk datang. Terlihat sepele, tapi... T-tapi aku juga iri sama temanku yang bisa bercanda bareng keluarganya. Bahkan kita tidak pernah merasakan liburan bareng, jika ingin pergi maka aku sendiri."

Air matanya terus mengalir, ia ingin mengungkapkan semua isi hatinya yang selama ini di pendam. Rasanya kini hanya Elena yang bisa mengerti, jadi dia mencoba terbuka pada Elena.

"Apa yang ku lakukan, mereka tidak pernah tahu dan tidak mau tahu. Apa aku menyukai ini atau tidak itu mereka tidak peduli. Yang mereka tahu aku masih hidup, aku harus menuruti keinginan mereka, semua kebutuhanku terpenuhi, aku tidak kekurangan uang." Keyra menahan isakannya, namun tak bisa. Hatinya sangat sakit "Tapi apa mereka tahu dan peduli jika yang ku inginkan bukan uang. Aku menginginkan mereka, aku ingin mereka selalu di sisiku."

Dia terus terisak, di pukul dadanya sendiri "A-apa salahku? Kenapa mereka mengacuhkanku? Jika tidak menginginkan kehadiranku, kenapa aku harus ada?"

Isakannya yang terdengar menyakitkan membuat Elena terdiam, ia tidak menyangka jika Keyra yang selalu terlihat ceria ternyata menyimpan rasa sakit yang begitu dalam. Kekayaan memang tidak bisa membeli kebahagiaan.

"I-itu sebabnya aku berniat mencelakai diriku sendiri, aku... Aku ingin tahu apakah mereka peduli padaku atau tidak, aku ingin melihat kekhawatiran mereka." Isaknya tiada henti.

Elena berdiri lalu mendekati Keyra dengan memegang meja agar tidak jatuh. Menarik Keyra kedalam pelukannya, tangannya terulur mengelus kepala Keyra. Keyra sendiri dengan spontan memeluk pinggang Elena yang kini memeluk sambil berdiri di sampingnya.

Tanpa mereka sadari, sepasang mata kini memperhatikan interaksi mereka dari dalam rumah. Dia adalah Nayla. Ia tidak bermaksud menguping, namun dia tak sengaja mendengar isakan seseorang yang ternyata Keyra sedang menangis. Saat mendekat, ia mendengar semuanya dari balik pintu.

Di pegang dadanya sendiri, hatinya terenyuh mendengar jalan hidup Keyra. Ia tidak menyangka bagaimana bisa ada orangtua yang mengacuhkan anaknya demi pekerjaan? Menurutnya sebanyak apapun harta kekayaan, keluarga tetaplah harus jadi prioritas. Meski baru mengenal Keyra, namun dia yakin Keyra anak yang baik. Mungkin jika Keyra menjadi anaknya, dia akan sangat bangga dan menyayanginya sepenuh hati seperti dia menyayangi Elena putrinya.

'Jika anak yang mengacuhkan orangtuanya di sebut durhaka. Lantas sebutan apa untuk orangtua yang mengacuhkan anaknya?'

.

~Bersambung~

*-*-*-*-*-*-*-*-*

Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE Yaaa Gengsss...

Love You~

1
Nur Haswina
apa mungkin dia saudara kembar terpisah satu ikut mamanya satu lagi ikut papahnya
•🌻 𝓼𝓾𝓷𝓯𝓵𝓸𝔀𝓮𝓻𝓼 🌻•
yaa kukiri chatstory🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!