NovelToon NovelToon
Cincin Peninggalan Kakek

Cincin Peninggalan Kakek

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:25.2k
Nilai: 5
Nama Author: RivaniRian21

Di sebuah desa kecil di lereng Gunung Sumbing, Temanggung, hidup seorang pemuda bernama Arjuna Wicaksono. Sejak kecil, ia hanya tinggal bersama neneknya yang renta. Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan saat ia masih balita, sementara kakeknya telah lama pergi tanpa kabar. Hidup Arjuna berada di titik terendah ketika ia baru saja lulus SMA. Satu per satu surat penolakan beasiswa datang, menutup harapannya untuk kuliah. Di saat yang sama, penyakit neneknya semakin parah, sementara hutang untuk biaya pengobatan terus menumpuk. Dihimpit keputusasaan, Arjuna memutuskan untuk merantau ke Jakarta, mencari pekerjaan demi mengobati sang nenek. Namun takdir berkata lain. Malam sebelum keberangkatannya, Arjuna menemukan sebuah kotak kayu berukir di balik papan lantai kamarnya yang longgar. Di dalamnya tersimpan cincin perak kuno dengan batu safir biru yang misterius - warisan dari kakeknya yang telah lama menghilang. Sejak menggunakan cincin itu, kehidupanNya berubah drastis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RivaniRian21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 SUARA-SUARA PAGI DI KOS BERKAH

Cahaya pagi menyusup malu-malu melalui celah ventilasi kamar nomor 13. Arjuna menggeliat di atas kasur tipisnya, merasakan sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan: tidur yang nyenyak dan menyegarkan. Tidak ada mimpi buruk, tidak ada rasa gelisah. Tubuhnya terasa ringan, pikirannya jernih. Bahkan kamar yang semalam terasa sedikit menekan itu kini seolah menyambutnya dengan kehangatan yang aneh. Mungkin karena semalam ia bisa shalat dengan tenang, atau mungkin... ia melirik cincin perak di jarinya. Batu biru itu tampak tenang, seolah menyimpan semua rahasianya sendiri.

"Alhamdulillah..." gumam Arjuna seraya bangkit. Ia merapikan sajadah dan pakaiannya yang sedikit. Perutnya mulai terasa lapar, tapi sebelum itu, ia harus membersihkan diri.

Dengan handuk lusuh tersampir di pundak dan peralatan mandi di tangan, Arjuna membuka pintu kamarnya. Lorong lantai satu masih agak remang, namun sudah terdengar suara air dan celotehan dari arah kamar mandi umum di ujung lorong. Benar saja, antrean sudah terbentuk. Dua orang pemuda di depannya tampak asyik mengobrol sambil sesekali menguap.

Arjuna mengambil posisi paling belakang, sedikit canggung. Ini pertama kalinya ia harus mengantre untuk mandi. Di desanya, sungai atau sumur selalu tersedia kapan saja.

"Eh, anak baru ya, Mas?" sapa seorang pemuda di depannya yang berbalik. Perawakannya kurus, rambutnya sedikit acak-acakan seperti baru bangun tidur, namun matanya memancarkan keramahan dan sedikit kejahilan. Ia mengenakan kaus bergambar band rock lawas yang warnanya sudah pudar.

Arjuna tersenyum sedikit kaku. "Iya, Mas. Baru datang semalam."

"Oh, pantesan baru lihat. Gue Budi," pemuda itu mengulurkan tangan. "Anak semester lima, jurusan komunikasi, tapi lebih sering komunikasi sama bantal sih."

Arjuna menyambut uluran tangan itu. "Arjuna, Mas."

"Arjuna? Wah, nama ksatria, nih!" Budi terkekeh. "Dapat kamar mana, Jun? Kemarin kayaknya ada yang kosong di dekat tangga, tuh."

"Saya di kamar nomor 13, Mas. Yang paling ujung," jawab Arjuna polos.

Seketika, senyum Budi sedikit membeku. Ia menatap Arjuna dari atas ke bawah dengan tatapan heran bercampur... geli? "Serius? Kamar tiga belas? Yang itu?" ia menunjuk ke arah kamar Arjuna dengan dagunya.

Arjuna mengangguk.

Obrolan mereka rupanya menarik perhatian dua orang lain dalam antrean, serta seorang pemuda yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Mereka semua menoleh ke arah Arjuna.

"Wih, ada yang berani juga akhirnya ngisi kamar keramat itu!" celetuk pemuda yang baru selesai mandi, sambil menyeringai.

"Beneran, Mas? Sampean di kamar nomor tiga belas?" tanya pemuda lain di antrean, suaranya terdengar antara tidak percaya dan penasaran. Bisik-bisik pelan mulai terdengar di antara mereka.

Budi menepuk pundak Arjuna, tawanya akhirnya meledak pelan. "Hebat, hebat! Mental baja berarti, nih! Semalam tidurnya gimana, Jun? Ada yang ngetok-ngetok atau ngajak kenalan dari 'dunia lain'?" candanya, meskipun matanya masih menyiratkan rasa ingin tahu yang besar.

Arjuna merasa wajahnya sedikit memanas menjadi pusat perhatian. Ia hanya bisa tersenyum canggung. "Alhamdulillah... nyenyak kok, Mas. Nggak ada apa-apa."

"Wah, aneh," gumam pemuda yang tadi keluar dari kamar mandi, kini menyisir rambutnya di depan cermin pecah yang tergantung di dinding lorong. "Biasanya sih, penghuni baru paling banter semalam doang udah minta pindah."

"Mungkin 'penunggunya' lagi cuti kali," timpal Budi lagi, membuat beberapa orang terkekeh pelan.

Arjuna hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sepertinya, reputasi kamar nomor 13 benar-benar melegenda di Kos Berkah ini. Dan ia, tanpa sadar, telah menjadi topik pembicaraan hangat di pagi pertamanya.

Setelah hampir lima belas menit mengantre dan akhirnya membersihkan diri, Arjuna kembali ke kamarnya dengan perasaan jauh lebih segar. Air dingin khas pagi hari di Jakarta ternyata cukup membangunkannya. Ia baru saja selesai mengenakan kaus bersih – salah satu dari tiga kaus terbaiknya – ketika terdengar ketukan di pintu kamarnya yang sedikit berderit.

TOK! TOK! TOK!

"Jun! Arjuna! Udah beres belum?" Suara Budi terdengar dari luar, cukup lantang untuk mengalahkan suara televisi dari kamar sebelah.

Arjuna membuka pintu. Budi sudah berdiri di sana dengan senyum lebarnya, rambutnya yang tadi acak-acakan kini sudah lebih rapi, meskipun gayanya tetap santai dengan celana pendek dan sandal jepit. Tak sendirian, di belakang Budi berdiri tiga pemuda lain yang tampak seumuran, menatap Arjuna dengan campuran rasa ingin tahu dan geli.

"Nah, ini dia ksatria kita!" seru Budi sambil merangkul bahu Arjuna dengan akrab, seolah mereka sudah kenal bertahun-tahun. "Gimana, Jun? Air di kamar mandi kos kita punya kekuatan magis juga nggak kayak kamar lo?"

Arjuna hanya tersenyum tipis, sedikit terkejut dengan sentuhan fisik yang tiba-tiba itu. "Segar kok, Mas Budi."

"Mantap! Eh, kita mau cari sarapan nih di depan gang. Nasi uduk Mak Wati, legendaris murah meriah bikin kenyang sampai siang. Ikut, yuk?" ajak Budi. "Biar kenalan juga sama curut-curut ini."

Ia menunjuk ketiga temannya satu per satu. "Ini Ucup," Budi menunjuk pemuda berbadan paling kurus dengan kacamata tebal yang bertengger di hidungnya. Ucup hanya tersenyum tipis sambil sedikit mengangguk.

"Yang ini Gofar," lanjut Budi, menunjuk pemuda berkulit sawo matang dengan rambut ikal yang diikat ke belakang. Gofar tersenyum lebih lebar, memperlihatkan gigi kelincinya. "Dia anak seni, jadi kalau ngomong suka puitis nggak jelas, maklumi aja."

"Dan ini, si paling gagah dan paling sering patah hati, namanya Toni," Budi mengakhiri perkenalan dengan menepuk pundak pemuda bertubuh paling tegap di antara mereka, yang hanya memutar bola matanya mendengar deskripsi Budi namun tetap mengulurkan tangan ke Arjuna.

"Arjuna," kata Arjuna sambil menyalami Toni, lalu bergantian dengan Gofar dan Ucup.

"Nah, ini Arjuna, guys," Budi mengumumkan dengan nada bak seorang pembawa acara. "Penghuni baru kamar tiga belas. Satu-satunya manusia yang berhasil tidur nyenyak di sana tanpa diganggu 'Mbak Kunti' atau 'Mas Pocong' penjaga kos."

Ucup membetulkan letak kacamatanya, menatap Arjuna dengan saksama. "Seriusan, semalam aman, Mas?" tanyanya dengan nada suara yang pelan dan penuh selidik.

Gofar terkekeh. "Auranya beda sih emang. Kayak ada perisai gaib gitu," katanya, lebih mirip bergumam pada diri sendiri.

Toni hanya tersenyum tipis. "Jangan didengerin si Budi sama Gofar, Jun. Mereka emang suka ngaco. Yang penting, selamat datang di Kos Berkah."

Arjuna merasa sedikit lega. Meskipun digoda tentang kamarnya, teman-teman Budi tampak ramah dan menerimanya. "Terima kasih, Mas-Mas semua."

"Sip lah!" Budi kembali merangkul Arjuna. "Yuk ah, cacing di perut gue udah demo dari tadi. Nasi uduk Mak Wati, here we come!"

Mereka berlima pun berjalan beriringan menyusuri lorong kos, meninggalkan jejak tawa dan obrolan ringan. Untuk pertama kalinya sejak menginjakkan kaki di Jakarta, Arjuna merasa tidak sepenuhnya sendirian. Ada kehangatan pertemanan baru yang mulai menyelimutinya, meski diiringi reputasi sebagai "penghuni pemberani kamar 13."

1
agus purnomo
kopi plus vote suhu
biar nulisny makin lancar...💪
Was pray
kalau merasa terbebani dengan cincin warisan kakeknya ya dilepas saja Juna, daripada kamu mengeluh terus, kayaknya gak ikhlas menerima takdirmu juna
Aman Wijaya
jooooz jooooz gandos lanjut terus
Aman Wijaya
lanjut terus Thor
Aman Wijaya
top markotop ceritanya Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz pooolll lanjut terus
4U2C
𝘆𝗮 𝗶𝗻𝗴𝗮𝘁 𝗮𝘀𝗮𝗹 𝘂𝘀𝘂𝗹𝗺𝘂 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗯𝗶𝗮𝗿 𝗽𝗮𝗿𝗮 𝗿𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿 𝘀𝘂𝗸𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗰𝗮 𝗸𝗶𝘀𝗮𝗵𝗺𝘂..
4U2C
𝗷𝗮𝘂𝗵𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗼𝗻𝗴𝗹𝗼𝗺𝗲𝗿𝗮𝘁 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝘀𝗲𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝘀𝗲𝗻𝗱𝗶𝗿𝗶 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘀𝗼𝘀𝗼𝗸 𝗸𝗼𝗻𝗴𝗹𝗼𝗺𝗲𝗿𝗮𝘁 𝘀𝗲𝘀𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂𝗵 𝗻𝘆𝗮,,𝗶𝘁𝘂 𝘀𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗽𝗲𝗿𝘀𝘂𝗹𝗶𝘁𝗸𝗮𝗻 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽𝗺𝘂 𝗻𝗮𝗻𝘁𝗶𝗻𝘆𝗮,,𝗹𝗶𝗵𝗮𝘁 𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗮𝗽𝗮-𝗮𝗽𝗮 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗮𝗱𝗮 𝗺𝘂𝗻𝘀𝘂𝗵𝗺𝘂 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗱𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮-𝗱𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮..𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗹𝗮𝗵 𝗿𝗲𝗻𝗱𝗮𝗵 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝗯𝗮𝗻𝘁𝘂 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻𝘁𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝘂𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗮𝗺𝗽𝘂..𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝗴𝗶𝘂𝗿 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮 𝗿𝗮𝘆𝗮..
4U2C
𝗽𝗮𝗰𝗮𝗿 𝗺𝗶𝗮 𝗥𝗜𝗔𝗡 𝗱𝗶𝗮𝗺𝗯𝗶𝗹 𝗦𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗸𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗗𝗜𝗢𝗡,,𝗮𝗽𝗮 𝗮𝗱𝗮 𝗵𝘂𝗯𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗗𝗜𝗢𝗡 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗠𝗜𝗔 𝘆𝗮,,𝗱𝗮𝗻 𝗹𝗮𝗴𝗶 𝗸𝗲𝗺𝗮𝗻𝗮 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗽𝗲𝗻𝗴𝗮𝘄𝗮𝗹 𝗶𝗯𝘂 𝗟𝗜𝗔𝗡𝗔 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗠𝗜𝗔,,𝗺𝗲𝗹𝗮𝗺𝘂𝗻,𝗮𝗽𝗮 𝗺𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗺𝗲𝗹𝗼𝗻𝗴𝗼..𝗮𝗸𝘂 𝘀𝗮𝗿𝗮𝗻𝗸𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝘂𝗮𝘁 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗱𝗲𝗸𝗮𝘁 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮 𝘀𝗲𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮..𝗺𝗮𝘂 𝗻𝘆𝗮𝗸 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮 𝗮𝗷𝗮 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗸𝗲𝗿𝗮𝘀,,𝗱𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗽𝗮𝘁𝗶 𝗴𝗮𝗱𝗶𝘀 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮,,𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗠𝗜𝗔 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗔𝗨𝗟𝗜𝗔,,𝗽𝘂𝘁𝗿𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮..
agus purnomo
kopi lagi suhu
Aman Wijaya
lanjut terus Thor semangat semangat ditunggu lagi updatenya 💪💪💪 sehat selalu untukmu Thor sehingga bisa berkarya terus
Aman Wijaya
Arjuna rasa disidak seperti seorang terpidana lanjut terus Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz pooolll Thor 💪💪💪
Aman Wijaya
babat semuanya Juna jangan beri ampun bikin mereka semua tidak bisa bangun
Aman Wijaya
top top markotop lanjut terus Thor semangat semangat semangat
Aman Wijaya
lanjut terus Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz jooooz pooolll Thor lanjut terus
Rita Natalia
Dion siapa ya ?
Achmad
ayo Thor lanjut semangat jangan kendor
Achmad
semangat Thor lanjut semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!