NovelToon NovelToon
Duri Dalam Daging

Duri Dalam Daging

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Dendam Kesumat
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: balqis

Sembilan tahun yang lalu mas Alfan membawa pulang seorang gadis kecil, kata suamiku Dia anak sahabatnya yang baru meninggal karena kecelakaan tunggal.Raya yang sebatang kara tidak punya sanak keluarga.
Karena itulah mas Alfan berniat mengasuhnya. Tentu saja aku menyambutnya dengan gembira. selain aku memang penyayang ank kecil, aku juga belum di takdirkan mempunyai anak.
Hanya Ibu mertuaku yang menentang keras keputusan kami itu. tapi seiring waktu ibu bisa menerima Raya.
Selama itu pula kehidupan kami adem ayem dan bahagia bersama Raya di tengah-tengah kami
Mas Alfan sangat menyayangi nya seperti anak kandungnya. begitupun aku.
Tapi di usia pernikahan kami yang ke lima belas, badai itu datang dan menerjang rumah tanggaku. berawal dari sebuah pesan aneh di ponsel mas Alfan membuat ku curiga.
Dan pada akhirnya semua misteri terbongkar. Ternyata suami dan anak ku menusukku dari belakang.
Aku terpuruk dan hancur.
Masih adakah titik terang dalam kemelut rumah tang

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon balqis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

tujuh bulan kemudian Raya melahirkan. bayinya lahir prematur.

Kondisi Raya sangat lemah, dia banyak kehilangan darah.

Yang paling gembira adalah ibu. Dia sibuk dengan bayi kecil dalam inkubator itu. Mereka lupa akan keadaan Raya yan mengalami pendarahan karena melahirkan.

Perawat kebingungan mencari golongan yang sama dengannya.

Raya terbaring lemah.

"Bagaimana ini, persediaan darah di rumah sakit ini sedang habis." keluh mas Alfan pada ibunya.

"Mau bagaimana lagi, kita sudah berusaha yang terbaik." jawab ibunya dengan enteng. Sama sekali tidak ada kesedihan di matanya atas keadaan Raya.

"Lihat cucu ibu, tangannya mungil sekali. dia mirip dirimu waktu kecil." dia terus mengoceh tentang cucunya. Sama sekali tidak ada simpati pada wanita yang telah melahirkan cucunya itu.

"Ibu benar, lihat hidungnya mirip aku." jawab mas Alfan ikut larut dalam kebahagiaan ibunya.

Aku prihatin melihat keadaan itu.

Raya, gadis yang telah merusak rumah tanggaku. Kin dia i terbaring lemas tak berdaya.

Dia sangat membutuhkan pertolongan saat ini.

Dengan mengesampingkan rasa benciku. Aku menyumbangkan darahku yang kebetulan sama dengannya. Itupun tanpa sepengetahuan ibu dan mas Alfan.

Esoknya, kondisi Raya mulai membaik. Dia sudah lepas dari masa kritisnya.

Mas Alfan dengan setia terus menungguinya. Sementara bayinya di bawa oleh ibu pulang kerumah.

Wanita tua itu begitu bangga dengan cucunya. Dan dengan sengaja dia menunjuk kan kebahagiaanya di depanku. Seolah ingin mengejek ku.

Begitupun saat kepulangan Raya dari rumah sakit. mereka tidak sungkan-sungkan lagi bermesraan di depanku. Raya dan mas Alfan tidak tau kalau aku sudah mendonorkan darahku untuknya.

Begitulah yang ku hadapi setiap harinya.

 Sore itu aku sedang duduk sambil memeriksa pekerjaanku yang ku bawa pulang. Lagipula Fajar akan datang untuk memeriksanya.

Sedangkan Raya memangku bayinya tidak jauh dariku. Ibu entah pergi kemana.

Beberapa kali Raya membentak bayinya yang rewel.

"Ayolah, jangan buat aku pusing dengan suara tangisanmu ini..!" ia menghardik anaknya sendiri.

Aku yang melihatnya sampai kaget.

Tapi aku juga tidak berusaha menolongnya.

Bayi itu semakin menangis.

"Aku tidak mau punya anak, tapi nenekmu yang berkeras untuk membiarkan mu lahir."

Dia semakin panik karena bayinya tidak bisa diam.

 Tak berapa lama mas Alfan pulang. Dia begitu tergesa-gesa. aku pikir ada sesuatu yang gawat. Bukannya menenangkan bayinya.

Dia malah menarik Raya kedalam kamar. Namun bayi mereka semakin menangis.

Mas Alfan keluar lagi dengan membawa anak itu. Dia menghampiri ku.

"Tari, tolong pegang Ryan sebentar.." tanpa menunggu jawabanku. Dia sudah meletakkan bayi tak berdosa itu di pangkuanku.

Kemudian setengah berlari dia kembali masuk ke kamar.

Setelah itu terdengar suara gaduh dari kamar mereka.

Tega sekali mereka. Anaknya di titipkan padaku, sedang mereka bercinta di dalam kamar.

Sangat keterlaluan.

 Tapi hatiku iba melihat Ryan bayi yang tak berdosa tengah menatapku

Aku peluk dia segenap perasaan. Bayi itu seperti mengerti isi hatiku. Dia terdiam dalam pelukan ku.

Ryan sudah tidur dalam pangkuanku. Tapi aktifitas mas Alfan belum juga usai.

Ryan terbangun, mungkin di kehausan. Aku berusaha menenangkannya tapi dia masih menangis. Yang membuatku panik dia muntah banyak sekali.

Saat itu lah Ibu datang tiba-tiba dan merebut Ryan dari tanganku.

"Ibu, kenapa kasar begitu..?"

"Jangan pura-pura. Kau apakan dia sampai menangis, hah? Kau pasti berniat jahat pada anak ini, kan? Kau iri dan ingin mencelakainya. Hayo ngaku..!" tuduhnya lantang.

"Astagfirullah.. ibu asal menuduhku?"

"Alfan...! lihat perbuatan Tari..!"as Alfan dan Raya muncul di pintu dengan pakaian dan rambut berantakan.

"Kalian ngapain saja? Lihat Ryan. Perempuan ini pasti sudah meracuninya." ibu kembali menuduhku.

Mas Alfan ikut kaget melihat kondisi Ryan.

"Tari, apa yang kau lakukan? aku hanya minta tolong jagain sebentar saja. Kenapa sampai kaya gini?"

Mas Alfan ikut menyalahkan ku.

"Aku pikir ibu baik. Kalau dendam padaku, jangan lampiaskan pada anak ku." Raya ikut-ikutan menghakimi ku.

"Tolong dengarkan penjelasanku. Aku tidak tau dia kenapa?" jelas ku tersendat.

"Jangan dengarkan alasannya lagi. Dia perempuan penipu dan iri hati." teriak ibu

Kondisi bayi Ryan semakin parah. wajahnya memburu.

"Iya, ibu harus bertanggung jawab atas keadaan Ryan...!" Raya menunjuk wajahku. Aku mau membela diri tapi mereka tidak memberiku kesempatan. atas hasutan ibu dan Raya, mas Alfan mendorongku keluar hingga terhuyung dan hampir jatuh.

Untunglah Fajar tiba tepat waktu.

Dia menangkap tubuhku yang hampir jatuh.

"Ooh, ternyata ini sudah kalian rencanakan? " tuduh mas Alfan. ibu dsn Raya sibuk membalurkan minyak di tubuh bayi Ryan.

"Ada apa ini, apa yang kau lakukan pada Tari?"

"Kau tidak usah ikut campur. Tanya saja pada pacar gelap mu itu.!" suara mas Alfan tidak suka.

Fajar memapah ku untuk duduk.

"Apa yang terjadi, Tari? Kenapa Alfan mendorongmu dan terlihat sangat marah?"

Aku tidak sanggup menjelaskannya kepada Fajar.

'Aku mengambil tas Selempang ku dan berjalan pergi.

Fajar menatapku heran.

Fajar menatap mas Alfan dengan marah.

'Awas saja kalau sampai tau apa yang sudah kau lakukan pada Mentari...!" ancamnya dan menyusul ku keluar.

Aku naik ojol yang kebetulan mangkal di depan rumah.

Tidak tau arah tujuan. Yang pasti saat ingin merenung dan keluar dari rumah itu.

Diam-diam Fajar mengikuti dari belakang.

"Mbak, mau kemana ini?"

"Kemana saja, Bang. saya juga tidak tau harus kemana."

Si Abang ojol merasa bingung oleh jawabanku.

"Sepertinya mba sedang ada masalah. Bagaimana kalau saya turunkan di taman ini saja."

"Aku mengangguk saja dan turun dari boncengannya. "Apa perlu saya jemput mba lagi nanti?" tanyanya.

Aku menggeleng.

Fajar juga tiba di tempat itu. Dia memberi isyarat pada ojol untuk pergi.

"Kalau tidak mau cerita juga tidak apa-apa. Tapi seandainya kamu butuh teman untuk curhat, aku siap jadi pendengar.." suara Fajar begitu sabar di sampingku.

"Apa yang harus aku lakukan, Mas Alfan menuduhku mencelakai anaknya. Sejahat-jahatnya aku, tidak mungkin tega mencelakai seorang bayi." aku tergugu.

"Aku percaya, aku tau betul siapa dirimu. Bahkan Alfan seharusnya lebih tau kau yang sebenarnya. Kenapa dia sampai menuduh mu.."

"Dia sudah semena-mena padaku. Begitu juga ibu mertuaku. Ingin rasanya aku pergi dari rumah itu secepatnya. Tapi..."

"Tapi apa? Tidak ada masalah kalau pergi sekarang. Rumah itu sudah di bagi. Sekalipun kau keluar saat ini, kau bisa datang kapan saja." Fajar menyambut niatku itu dengan semangat.

Setelah ku pikir, memang benar. Sudah saatnya aku bangkit dan melupakan masa laluku. Aku harus bisa seutuhnya melupakan mas Alfan dan kenangannya. Aku harus bisa...!

"Mereka sudah begitu menyakiti perasaan mu. Apa kau tidak mau membalasnya?" tanya Fajar tiba-tiba.

Aku termenung. Membalas perbuatan mereka? Ingin sekali rasanya. Tapi dengan cara apa?

"Boleh juga, aku ingin mereka sadar dan merasakan apa yang aku rasakan. Tapi caranya?"

"Buat Alfan panas..."

"Maksudnya?" aku semakin tidak mengerti.

" Bukankah besok kalian sah bercerai?"

Aku mengangguk pelan.

"Menikahlah dengan ku...!" kata-kata itu begitu tenang dan mantap.

Aku menatapnya tak percaya.

"Jangan bercanda.." ujarku memalingkan wajah.

"Kau mengenalku dari dulu, apa pernah aku bercanda dengan hal sepenting ini...?"

Fajar...? Aku mencari sesuatu di matanya yang tenang.

"Bagaimana mungkin kita menikah, kau itu sahabat ku?" aku berkeras menolak.

"Bagaimana kalau ini hanya pura-pura saja. Untuk membuat Alfan sadar betapa berharganya dirimu." ucapnya lagi.

"Aku minta waktu untuk memikirkan ini ya.."

1
cinta semu
mentari ibarat kata keluar dari kandang macan masuk sarang buaya😧😜dah tau fajar ada istri ..mana Wanda dpt dukungan dari mertua ...kok mau2 ny menikah dgn fajar ...u mengudang badai mentari ...
Devi ana Safara Aldiva: ceritanya seperti sinetron Indosiar versi tulisan
Machmudah: bener kak, ndak Tau may dibawa kemana mentari sm si othor, judul nya duri dlm daging msh cocok dgn cerita nya alfan raya mentari
total 2 replies
Ira
Ada ya wanita menjijikan kyk mentari .. Dia korban suami nikah lg.. Trs dia nikah sama suami orang.. Apa bedanya dia dgn mantannya ..
Machmudah
pgn Tau ending nya aja Thor.
balqis: sabar ya😊
total 1 replies
cinta semu
kalo tari mau menikah sm fajar ...sm artinya membangun derita ny sendiri ...g ada alasan ada dua ratu ..awal ny aja semua terlihat baik tp selanjutnya pasti ada yg terluka
cinta semu
bagus
Anonymous
Ini cerita bodoh sakit di bikin sendiri
Machmudah
seru thor
Syahid cha
bagus
Syahid cha
menantang kayaknya
Machmudah
semoga ceritanya bkn ttg anak angkat berkhianat dgn bpk angkat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!