Cerita ini hanya fiktif belaka, hasil kehaluan yang hakiki dari Author gabut. Silahkan tinggalkan jejak jempol setelah membaca dan kasih bintang lima biar karya ini melesat pesat. Percayalah Author tanpa Readers hanyalah butiran debu.
Siti dan Gandhi tetiba menjadi pasangan nikah dadakan, karena Siti menghindar perjodohan dari sang ayah yang akan di pindah tugas keluar Pulau.
Sebelumnya Siti sudah punya kekasih, tetapi belum siap untuk menikahinya. Jadilah Gandhi yang bersedia di bayar untuk menjadi suami pura-pura hingga Arka siap meminang Siti.
Isi rumah tangga Siti dan Gandhi tentu saja random, isi obrolan mereka hanya tentang kapan cerai di setiap harinya.
Mari kita simak bagaimana akhir rumah tangga Siti dan Gandhi yang sejak awal berniat bercerai. Apakah sungguh berpisah atau malah bucin akut?
Happy Reading All
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10 : IDE KONYOL
Mungkin suatu saat akan datang hari di mana Siti akan menyesali keputusannya untuk mengeluarkan uang sebesar 10 juta perbulan demi membayar Gandhi pria bertato untuk jadi suami pura-puranya. Tetapi itu nanti saja ia pikirkan, baginya boleh bebas memilih calon suami sendiri adalah hal terpenting untuknya sekarang. Karena menurutnya, kalau besok ia menikah dengan lelaki pilihan papanya, dapat di pastikan jika ia tidak bisa memperbaiki hubungannya dengan Arka, Parahnya lagi, Siti justru tidak takutmenjadi janda muda, jika nanti Arka sudah siap menikah dengannya.
“Ka …” isi Chat Siti yang sudah keberapa kali masuk tetapi tidak di ladeni oleh kekasihnya tersebut, Eh, udah jadi mantan yak.
“Arka, aku udah gak maksa kamu nikahin aki, kok. Ku udah dapat solusi untuk hubungan kita.” Ketik Siti lagi pada ponselnya. Tetapi masih centang dua abu abu saja. Sepertinya Arka sungguh enggan meladeni Siti.
Hari Sabtu tiba, itu artinya akhir minggu datang, yaitu hari di mana kedua orang tua Siti siap bertemu dengan lelaki pilihan putri mereka untuk bersepakat dalam hal lamaran juga pernikahan.
“Sit, jam berapa Arka datang?” tanya mamanya dengan lembut saat ia menata kue buatannya di sebuah nampan kecil.
“Mungkin dia memang tidak datang Ma. Chat ku sudah tiga hari ini tidak di balas.” Jawab Siti masih sedih.
“Loh, jadi gimana? Dia tidak mau melamar kamu?” Siti hanya mengangkat dua bahunya.
“Lalu jika tidak ada yang datang melamar malam ini, untuk apa mama capek- capek buatkan kudapan ini?” Benar saja sejak siang Sita sudah terlihat sibuk di dapur untuk menyiapkan makanan kecil dengan resep andalannya.
“Tenang ma, akan ada yang datang melamar Siti malam ini, kue buatan mama tidak akan sia-sia, percayalah.” Ujar Siti menenangkan sang ibu.
“Kamu punya pacar baru?” tebak Sita mau tau.
“Hem.” Dehem Siti sambil minum segelas ari putih.
“Beneran punya pacar baru? Lalu kalian sudah mantap ingin menikah?” tebak Sita lagi.
“Daripada aku harus menikah dengan lelaki pilihan papa yang tidak aku kenal.” Jawab Siti dengan Nada agak tinggi,
“Tapi kan lelaki yang akan kamu kenalkan dengan mama papa malam ini juga baru, apa kamu sudah mengenalnya dengan baik?” Sita heran dengan jalan pikiran sang anak.
“Gak perlu aku kenal dengan baik atau tidak, setidaknya aku akan menikah dengan laki-laki pilihan ku sendiri. Titik.” Ujarnya tegas lalu melengos pergi ke dalam kamarnya.
Sita hanya menggelengkan kepalanya. Cukup kecewa dengan dua orang kesayangannya yaitu suami dan anak tunggalnya itu. Keduanya sama keras kepala tidak ada yang mau mengalah. Yang satu maksa anaknya harus cepat nikah, yang satu juga berkeras tidak mau menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya. Padahal keduanya mungkin perlu saling mengendorkan emosi untuk saling percaya bahwa menikah bukan satu-satunya cara yang benar untuk menjaga Siti. Tetapi, alasan Harso suaminya juga tidak bisa ia tolak begitu saja.
“Kamu yakin Gandhi bisa di percaya?” Nira sudah ada di dalam kamar Siti. Sahabat yang harus tau tentang perjanjiannya dengan Gandhi.
“Aku yakin, di balik kulitnya yang bertato. Hatinya baik kok. Dia juga terlihat smart.” Puji Siti tentang Gandhi pada Nira.
“Huh, jadi penasaran sama lelaki bertato itu.” Umpat Nira yang ikut menyemarakan keraguan dalam hati Siti untuk meneruskan ide konyol Siti.
“Tolong jangan curhat sama aku, kalo besok kamu sudah gak punya Tabungan karena bayar lelaki bertato itu yak, Sit.” Lanjut Nira lagi.
BERSAMBUNG …
Pasangan SAH selanjutnya niih
Likenya di kencengin
Makasih
ujan ujan gitu, mknya cakit/Grin//Grin/
🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Keren kok alurnya