Sabila. seorang menantu yang acap kali menerima kekerasan dan penghinaan dari keluarga suaminya.
Selalu dihina miskin dan kampungan. mereka tidak tau, selama ini Sabila menutupi jati dirinya.
Hingga Sabila menjadi korban pelecehan karena adik iparnya, bahkan suaminya pun menyalahkannya karena tidak bisa menjaga diri. Hingga keluar kara talak dari mulut Hendra suami sabila.
yuk,, simak lanjutan ceritanya.
dukungan kalian adalah pemacu semangat author dalam berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deanpanca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Cukup kali ini saja kamu meneteskan air mata Sabila. Ke depannya hanya ada Sabila yang kuat, berani, dan selalu bahagia." Kata Bu Bayu.
"Iya Bu, Sabila janji."
...****************...
Rumah Bu Wati
Hendra kembali ke rumah ibunya siang itu, ternyata yang dia lakukan saat di kontrakannya hanyalah acting dan itu atas perintah Bu Wati sendiri.
Bu Wati yang memang sedang menunggu kedatangan Hendra, segera menyambut anaknya yang masih diambang pintu. "Gimana bagus tidak acting kamu menindas Sabila?" Kata Bu Wati.
Entah kenapa hati Hendra merasakan sakit saat dia meng dzolimi istri sendiri. "Aku merasa bersalah dan sangat kejam pada Sabila, Bu. Harusnya aku jujur saja, ingin menikahi Maya." Kata Hendra.
Bu Wati tidak suka dengan perkataan Hendra. "Ya terserah kamu saja kalau mau poligami, tapi ibu gak Sudi ya kalau kedepannya punya cucu dari perempuan gak bener kayak dia." Kata Bu Wati.
Hendra tidak terima saat Sabila dihina oleh ibunya. Secara spontan Hendra membela istrinya, "Gak bener gimana sih, Bu! Sabila itu perempuan baik-baik, aku saja yang gak pantas buat dia." Kata Hendra.
Bu Wati memberi kode pada Riska. Sekalian juga dia mau istirahat sejenak, tidak memikirkan tentang Sabila.
"Oh iya Bu, Risma kemana ya?" Kata Riska mulai memainkan perannya.
Bu Wati juga tidak mau ketinggalan, dia memainkan perannya sangat baik. "Iya dari kita pulang ibu gak liat, coba telpon dulu hp Ibu lowbat." Kata Bu Wati memperlihatkan handphone nya yang jadul.
Riska merogoh hp nya di kantong celana, sengaja menonaktifkan handphone nya.
"Low juga, Bu! Hendra coba kamu yang telpon." perintah Riska.
Hendra pun menghubungi Risma, menggunakan handphone nya.
"Halo!"
"Kamu dimana dek? Kita sudah sampai rumah, tapi kamu gak ada." Kata Hendra.
"Ak..u.. Mas tolong jemput aku?" Suara Risma seperti orang yang ketakutan.
"Kamu dimana? Sherlock ke Mas sekarang!" Kata Hendra panik.
Panggilan diakhiri, Hendra melihat lokasi yang dikirim Risma.
"Bu! Kita jemput Risma dulu, tadi dia seperti ketakutan." Kata Hendra.
"Ya sudah ayok cepat. Ibu gak mau Risma kenapa-kenapa." Kata Bu Wati.
"(Nanti acting yang meyakinkan, Biar Mas mu percaya.)" Pesan Riska.
"(Beres Mbak!)" Balas Risma.
Hendra dan keluarganya sedang diperjalanan, sudah sekitar 40 menit mereka berkendara tapi tak juga sampai di tempat tujuan.
"Kamu tu bisa tidak baca alamatnya, Hendra? Dari tadi kok gak sampai-sampai." Keluh Bu Wati. Kalau bukan karena sebuah misi untuk memisahkan anaknya dan Sabila, Bu Wati tidak akan ikut pergi. Dia sudah sangat lelah, karena sebelumnya dia juga baru pulang dari rumah Maya dan belum sempat istirahat.
"Iya Hen! Ini sudah sekitar 40 menitan, tujuan kita belum kelihatan sama sekali." Imbuh Riska.
"Sabar Mbak! Aku juga kan ngikutin arahan Map. Sekitar 7 menit lagi kita sampai." Kata Hendra.
Tak ada suara terdengar, Hendra fokus berkendara. Riska mengirim pesan pada Risma, bahwa tak lama lagi mereka sampai.
"Ayo turun, kita sudah sampai. Sepertinya Risma ada di rumah ini!" Kata Hendra.
"Astaga, Rumah apa ini. Bagusan kandang ayam Bu Ida." Kata Bu Wati.
"Udah Bu! Ayok masuk jangan sampai Risma kenapa-kenapa di dalam." Riska menarik lengan baju ibunya sebagai kode untuk mengikutinya.
Bu Wati paham, segera memainkan perannya.
"Risma.. Risma..!" Panggil Bu Wati dengan suara yang lantang, agar Risma juga memulai acting nya.
"To..long...! Ibu... Tolong Risma." Terdengar suara Risma yang meminta tolong.
Semuanya terkejut, Hendra mencoba membuka pintu tapi terkunci. Dia pun mendobraknya, hingga pintu terbuka.
"Braakkk... Braakk..!!"
Terlihat Risma dengan penampilan yang berantakan, rambut acak-acakan, pakaian yang di robek sana-sini.
"Risma..! Ya Allah dek, kamu kenapa? Siapa yang tega berbuat seperti ini ke kamu?" Kata Hendra.
Riska dan Bu Wati pun ikut menangis, mereka meminta Hendra segera membawa Risma keluar dari rumah itu.
"Kita ke Rumah Sakit, keadaan Risma gak baik-baik saja." Kata Hendra.
"Aku gak mau, Mas. Aku takut! Hu..Aku mau pulang." Kata Risma.
"Gak bisa Risma, kamu harus di periksa. Gimana kalau di rumah temen Mbak saja yang Bidan, rumahnya gak jauh dari sini kok." Kata Riska.
"Kalau gak mau ke rumah sakit, ke rumah teman Mbak Riska aja, ya dek? Gak perlu takut ada Mas disini." Kata Hendra.
"Iya Mas!" Kata Risma diiringi dengan senyuman jahat.
Hendra mulai melajukan kendaraannya, meninggalkan rumah yang tidak diketahui siapa pemiliknya.
"Rumah teman Mbak dimana?" Kata Hendra.
"Rumahnya di jalan S, lewati Mall H belok kiri." Kata Riska.
Bu Wati dan Riska sangat senang, karena Hendra akan masuk ke jebakan mereka. Mereka berharap dengan hal ini memantapkan niat Hendra untuk menceraikan Sabila.
Tapi yang tidak mereka ketahui, Risma benar-benar telah memberikan mahkotanya kepada lelaki yang dia sukai.
"Rumahnya yang pagar putih itu, Hen!" Kata Riska.
"Hendra kamu gendong Risma, kasian dia." Kata Bu Wati yang sedari tadi diam.
"Riska! Ada apa, tumben kamu main kesini." Kata Yola teman Riska.
"Tolong periksa adek aku dong, Yol! Dia habis disekap orang." Kata Riska.
"Ya udah bawa masuk ke ruang pemeriksaan aku saja." Kata Yola.
Risma di baringkan di atas brankar, Keluarga yang lain diminta keluar.
Bidan Yola memeriksa keadaan Risma. Dia terkejut saat memeriksa area Miss V, Risma.
"Ini...! Tadi Riska bilang kalian cuma acting saja." Kata Bidan Yola pelan.
"Iya! Tapi saya benar-benar di perkosa, saya tidak mau membuat keluarga saya panik. Tolong katakan seperti yang Mbak Riska minta saja Bu Bidan." Mohon Risma.
"Tapi saya tidak mau mengambil resiko. Saya takut akan dituntut ke depannya." Kata Bidan Yola.
"Saya yang akan bertanggung jawab." Kata Risma.
Bidan Yola selesai memeriksa Risma. Dia meminta Riska dan keluarganya untuk masuk, agar dia bisa menjelaskan apa yang terjadi pada adik temannya itu.
"Gimana dengan Risma, Yola? Gak ada yang serius kan!" Kata Riska.
"Sebelumnya aku minta maaf, Riska. Adik kamu merupakan korban pemerkosaan, bagian intinya lecet mungkin karena paksaan dan kejadian yang diulang berkali-kali." Kata Bidan Yola.
Hendra yang mendengar tanpa sadar sudah mengepalkan tangannya. Sedangkan Riska menganggap temannya jago berakting.
"Aku sudah menyarankan untuk ke Rumah Sakit, tapi kayaknya adek kamu gak mau. Mungkin juga takut dan trauma." Imbuhnya.
"Kita ke Rumah Sakit saja Risma, biar kamu bisa ditangani lebih baik." Kata Hendra.
"Aku mau pulang, Mas! Kalau gak pulang mending aku B*nuh diri saja." Kata Risma, mengancam.
"Sudah...Sudah..! Kita pulang ya sayang." Kata Bu Wati.
semangat
dari awal baca sampai di bab ini aku perhatikan tulisannya tuh selalu rapih dan nikmat di baca.
nggak bikin bosan.
pertahankan thor
Hendra juga
kamunya aja yang nggak punya pendirian. cuma manut manuut aja.