Bintang yang mengalami kebangkrutan terpaksa harus menjual semua asetnya dan juga pindah dari kota tempat dia tinggal
beruntung dia masih punya warisan sebuah rumah dari sang Kakek Bagaskara
Tapi rumah itu tidak berani di dekati penduduk karena terkenal Angker dan tidak bisa di masuki siapapun kecuali oleh sang pemilik
mampukah Bintang dan keluarganya bertahan disana? dengan banyak gangguan dan juga musuh sang kakek yang mengincarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adinda Maharani
Bintang sampai di puskesmas dan meminta bidan di Sana untuk memeriksa Silvia, bidan sempat terkejut karena biasanya warga kampung disana lebih percaya pada dukun beranak di banding bidan, tapi Bintang justru berbeda, dia memilih memeriksa Silvia pada bidan di puskesmas
"Selamat pak Bintang, istri anda positif hamil, usia kandungannya sekitar tujuh Minggu" ucap Bidan tersebut
"Alhamdulillah.. ma, kita akhirnya di percayakan seorang anak lagi" ungkap Bintang memeluk Silvia
"Iya pa, setelah enam belas tahun menunggu" ungkap Silvia terharu
"Jarak rumah sakit disini memang cukup jauh pak, tapi Jika anda bisa percaya pada dokter dan bidan disini, alat alat di puskesmas ini juga sudah komplit, ada mesin USG juga" ucap sang bidan
"Iya bu, saya akan periksakan istri saya disini saja supaya jaraknya tidak terlalu jauh dan juga istri saya tidak akan kelelahan" jawab Bintang
"Ayo ma, kamu harus istirahat di rumah mulai sekarang, biar aku yang belanja ke pasar atau bi Sumi dan kang Herman saja" ajak Bintang
"Terima kasih Bu bidan, kami akan datang lagi bulan depan untuk periksa rutin" ungkap Silvia
"Sama sama Bu, sekali lagi selamat atas kehamilannya" jawab bidan tersebut
Di Mall tempat Dimas dan Sahara menghabiskan waktu berdua
"Iihh kenapa hantunya seram sekali, seperti anak buah di Hala itu" gerutu Sahara menutup matanya
Dimas hanya bisa menahan tawanya karena sikap Sahara yang random itu, hanya Sahara saja yang merupakan hantu tapi takut hantu juga
"Habis ini kita mau ke mana?" Tanya Dimas
"Mau beli sepatu dan baju putih" jawab Sahara
"Ayo kita cari, tapi nanti aku akan kasih siapa baju dan sepatunya?" Tanya Dimas
"Kasih Silvia saja, dia kan badannya kecil juga seperti Sahara" jawab Sahara
"Iya deh, ayo" ajak Dimas kembali berjalan ke toko pakaian dan sepatu
Saat sudah mendapatkan apa yang di pilih Dimas, tiba tiba seorang perempuan juga ikut menarik baju dress selutut berwarna putih yang di tarik Dimas
"Ini sudah saya ambil duluan" ucap Dimas
"Tapi aku juga sudah pegang duluan" protes perempuan itu
"Kamu suka gaun ini?" Tanya Dimas dan perempuan itu mengangguk
"Baiklah aku belikan untukmu, tapi sepatunya aku juga yang beli warna putih itu, gimana?" Tanya Dimas menunjuk flatshoes berwarna putih dengan pita hitam di tengahnya
"Kenapa harus putih juga?" Tanya perempuan itu
"Karena pacarku suka warna putih" jawab Dimas membuat Sahara tersipu malu
"Punya pacar tapi kamu berikan pada perempuan lain" ketus perempuan itu kesal
"Dia sudah meninggal dan aku ingin memberikan baju dan sepatu itu atas namanya kalau kamu tidak keberatan, tinggi dan ukuran tubuhnya sama dengan kamu, kecil tapi berisi" jawab Dimas membuat perempuan itu sedikit merasa malu di bilang kecil berisi, berarti Dimas memperhatikan penampilan perempuan itu
"Gimana ? Kamu mau kan?" Tanya Dimas
"Emhh... Boleh deh, lumayan irit uang dari papa" jawab perempuan itu tersenyum manis
"Nama kamu siapa?" Tanya Dimas
"Adinda Maharani" jawab perempuan itu
"Aku Dimas, ayo bayar dulu bajunya supaya aku bisa pergi ke tempat lain lagi" ajak Dimas sopan dan perempuan itu mengangguk
"Kamu orang asli sini?" Tanya Dimas
"Bukan, kami baru pindah ke kampung Curug tiga hari yang lalu, kami tinggal di dekat rumah pak RT" jawab Adinda
"Oh, rumah yang cat biru Langit itu ya, yang ada pohon jeruk di depan rumahnya?" Tanya Dimas
"Iya, ko kamu tahu?" Tanya Adinda
"Anak pak RT itu temanku, rumahku ada di ujung jalan kampung Curug, rumah Kakek Bagaskara, semua orang mengenalnya" jawab Dimas
"Berarti kita tetangga ya, aku pindah karena papa pindah kerja ke kampung itu" ucap Adinda
"Oh ya, Papa kamu kerja apa?" Tanya Dimas
"Dia seorang dokter, dan akan bekerja di puskesmas Curug" jawab Adinda
Mereka terus mengobrol bahkan Sahara juga ikut mendengarkan pembicaraan mereka sambil di gendong Dimas dengan alasan cape
Hingga sore tiba, mereka berpisah karena Adinda akan pergi ke tempat peralatan sekolah sedangkan Dimas harus pulang karena hari akan masuk waktu ashar
Sampai di rumah
"Banyak sekali belanjaan kamu" ucap Bintang
"Iya ini keperluan Dimas selama sekolah pa, dan untuk kalian juga" jawab Dimas
"Cah bagus!" Panggil Sahara memamerkan baju dan sepatu barunya
"Wah.. cantiknya Sahara, kamu jadi terlihat lebih muda sekarang meski rambut kamu itu sangat menggangu" ungkap Bintang
Dia meminta Sahara untuk duduk agar dia bisa mengikat rambut Sahara, setelah itu Bintang meminta Dimas menjilat setitik darah dari telunjuk milik Silvia yang sengaja di tusuk jarum agar darahnya keluar
"Ini untuk apa pa?" Tanya Dimas
"Untuk pertolongan pertama kalau sampai jari Sahara tertusuk duri" jawab Bintang asal
"Hihihi.... Yang ada durinya patah karena tangan Sahara" ucap Sahara
"Iya tangan kamu kan kuat sekuat baja" ledek Bintang
"Ish.. cah Bagus belum pegang tangan Sahara ya, tangan Sahara itu lembut seperti pantat di Otong" gerutu Sahara membuat semuanya tertawa
"Si Otong itu siapa lagi?" Tanya Bintang dan Dimas
"Dia itu anaknya Surti si sundel bolong"
"Surti di teluh orang sampai dia melahirkan di punggung, kasihan si Surti nangis terus di atas pohon karena suaminya di paksa menikah lagi sama emaknya, padahal suaminya nggak mau" jawab Sahara
"Ko aku baru dengar berita itu?" Tanya Bintang
"Itu di kampung sebelah, Gandra yang kasih tahu Kemarin" jawab Sahara
"Innalilahi.. pantas saja kemarin pak RT sempat bolak balik ke kampung sebelah, mungkin untuk membantu mengurus masalah ini" ungkap Bintang
"Ko tega sekali ya pa, yang teluh perempuan itu" ucap Silvia
"Iya ma, papa jadi kasihan dengan anak bayi yang tidak bersalah itu, dia harus kehilangan ibu tepat disaat dia di lahirkan" ucap Bintang
"Kemarin waktu Sumi ikut kang Herman ke sawah, ada orang yang mengatakan masalah itu juga non, tapi katanya yang kirim teluh itu adalah pacar perempuan itu non" ucap Sumi
"Mungkin mantan pacar bi, kan dia sudah menikah" ucap Silvia
"Katanya sih mereka pasangan selingkuh non, makanya si laki laki nggak suka waktu perempuan itu hamil anak suaminya, dan berniat membunuh janin yang di kandung perempuan itu, tapi malah buat perempuan itu melahirkan lewat punggung" jawab Sumi
"Jadi merinding" gumam Herman
"Aman, disini aman Herman" ucap Sahara
"Iya tahu, tapi tetap saja dengar itu menjadi merinding" jawab Herman
"Cah Bagus, tadi Dimas ketemu tetangga saingan Sahara, wajahnya imut dan menyebalkan" adu Sahara
"Hahaha... Kamu cemburu? Padahal kamu saja akan jadi pacar Gandra" ledek Dimas
"Siapa memangnya apa secantik itu sampai Sahara cemburu?" Tanya Silvia
"Sama cantiknya dengan Sahara" jawab Dimas tambah membuat Sahara cemberut
"Biarkan nak Dimas bersama dengan bangsanya Sahara, dan kamu dengan bangsamu" ucap Rukmini.
"Hiks.. hiks.. tapi Sahara nggak mau Dimas sama orang lain" rengek Sahara
"Kamu tetap pacarku Sahara, pacar gaib, tapi boleh kan aku punya pacar dari bangsa manusia juga?" Tanya Dimas
"Nggak!"
"Boleh ya" bujuk Dimas
"Nggak boleh!"
"Beneran nggak boleh?" Tanya Dimas menyodorkan siomay dengan isian bakso didalamnya di depan Sahara
"Boleh deh boleh" jawab Sahara mengangguk polos
"Hahaha... Dasar labil" ucap Dimas mengusap rambut Sahara dan memberikan siomay itu padanya
"Adinda" gumam Dimas
Bersambung
padahal ceritanya bagus.
gw demen.
lancar ampe tamat ye