Ganti judul: Bunda Rein-Menikah dengan Ayah sahabat ku
"Rein, pliss jadi bunda gue ya!!" Rengek Ami pada Rein sang sahabat.
"Gue nggak mau!" jawab Rein.
"Ayolah Rein, lo tega banget sama gue!"
"Bodo amat. Pokok nya, gue nggak mau!!" tukas Rein, lalu pergi meninggalkan Ami yang mencebik kesal.
"Pokoknya Lo harus jadi bunda gue, dan jadi istri daddy gue. Titik nggak pake koma!" ujarnya lalu menyusul Rein.
Ayo bacaa dan dukung karya iniii....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mey(◕દ◕), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Rein menatap Ami dan Davin tak enak. Kenapa jadi seperti ini pikirnya.
"Kok lo nggak cerita sama gue?" tanya Ami setelah mereka terdiam cukup lama.
"Lo nggak anggap gue apa sih? Gue masih sahabat lo kan? Kenapa nggak cerita kalau lo lagi butuh uang?" Rein memijat keningnya pelan, mendengar pertanyaan yang di layangkan Ami pada nya.
"Maaf, gue udah sering ngerepotin lo. Jadi gue pengen nyelesaiin masalah gue sendiri, tapi malah jadi gini," ujar nya pelan.
Ami memang belum tahu kalau Rein sudah berhenti, eh lebih tepat nya di berhentikan kerja dari kafe.
"Kita udah sahabatan dari SMA Rein. Apapun masalah yang lo alami lo harus cerita sama gue, siapa tau gue bisa bantu nyelesaiin nya." Rein mengangguk, ia kemudian membalas pelukan Ami.
"Makasih Mi, udah terima gue jadi sahabat lo. Gue bersyukur banget punya sahabat sebaik lo."
Ami tertawa kecil lalu membalas. "Hehe kan daddy gue yang bantu lo, bukan gue." ujar nya sambil menatap Davin yang sedari tadi memperhatikan mereka.
"Makasih om, sudah bantu saya tadi. Saya janji uang nya nanti saya balikin kalau sudah dapat kerja, eh!"
"Lah, bukan nya lo udah kerja di kafe?" tanya Ami bingung.
Rein mengutuk dirinya, bagaimana ia bisa keceplosan. "Sebenarnya gue udah berhenti dari 1 minggu yang lalu," jelas nya. Terpaksa Rein jujur pada Ami, jika tidak sahabat nya ini akan marah.
"Kok lo baru cerita? Untung aja gue kesini, kalau nggak entah sampai kapan lo nyembunyiin semua ini dari gue." gerutu nya.
"Sorry, seperti kata gue tadi. Gue udah nggak mau ngerepotin lo lagi, jadi ya gue nggak bilang."
"Terus sekarang rencana lo gimana?" tanya Ami. "Atau lo tinggal sama kami," lanjut nya dengan berbinar.
Davin mengangguk setuju. "Iya benar kata Ami, kamu sementara tinggal dulu sama kami."
Seakan tahu jika Rein ingin memprotes, Ami langsung berucap. "Nggak ada penolakan. Anggap aja itu sebagai bentuk lo gantiin uang daddy gue tadi, dengan tinggal bareng kami." setelah mengatakan itu Ami tertawa jahat dalam hati.
Rein terpaksa mengangguk, jika ia menolak juga ia akan tinggal dimana nanti nya.
***
"Ini kamar lo, yang betah ya tinggal di sini," ujar Ami dengan senyuman yang tidak luntur.
"Gue yang harus nya makasih sama lo dan om Davin, karena udah mau nampung gue di disini."
Ami menggeleng, ia kan memang ingin menjadikan Rein sebagai bunda nya, jadi bagi nya ini bukan masalah besar. Ia malah bersyukur akhirnya daddy nya dan Rein akan semakin sering bertemu, jadi ada peluang untuk mendekatkan mereka berdua.
"Santai aja, gue senang kok lo tinggal disini, gue jadi ada temannya. Terutama daddy gue hehe." ujar nya sambil memeluk Rein, dan tentu saja ucapan terakhir nya itu dalam hati, bisa di amuk nanti jika ia mengatakan itu.
"Lo susun aja baju-baju lo, gue mau ke kamar gue dulu. Sorry ya nggak bisa bantu," ujar Ami sambil cengengesan.
"Nggak papa gue bisa sendiri, btw makasih sekali lagi."
Ami mengangkat jempol nya lalu berlalu menaiki tangga menuju kamar nya.
Sesampainya di kamar Ami berseru senang. "Yes! Rencana pertama berhasil, yaitu buat daddy dan Rein tinggal di kamar yang sebelahan."
Ami memang sengaja menempatkan Rein di kamar yang bersebelahan dengan daddy nya, agar mereka semakin dekat, meskipun ia menggunakan sedikit paksaan.
"Hm rencananya selanjutnya apa yaa?" ujar nya sambil merebahkan tubuhnya di kasur.
Sibuk memikirkan rencana ingin mendekatkan Rein dengan sang daddy, membuat Ami perlahan menutup mata saat kantuk perlahan menghampiri nya.
***
"Eh om Davin," ucap Rein saat berpas-pasan keluar kamar dengan Davin.
"Iya saya. Kamu mau kemana?" tanya Davin melihat Rein yang sudah rapi dengan kemeja putih dan rok span pendek di bawah lutut.
"Saya mau cari kerja om, saya nggak bisa terus-terusan numpang di sini," jelas nya.
Davin mengangguk kemudian tersenyum kecil. "Saya punya penawaran buat kamu," ujar nya.
"Penawaran! Penawaran apa om?"
"Saya tahu kamu mau kerja untuk gantiin uang yang tadi kan, gimana kalau kamu kerja di rumah ini saja?" ujar Davin sambil menyenderkan tubuh nya di ambang pintu, membuat Rein langsung mengalihkan pandangan nya, kenapa orang di depannya ini terlihat keren seketika.
"Kerja di rumah ini, saya jadi pembantu om?" tanya Rein polos, membuat Davin langsung tertawa.
"Nggak-nggak, kamu hanya perlu masak buat saya dan Ami ah termasuk kamu juga. Terus kamu juga harus menyiapkan segala keperluan saya, seperti baju untuk ke kantor dan segala macam nya. Gimana?"
Sebenarnya ini penawar yang menarik menurut Rein, tapi masalah nya menyiapkan baju dan yang lain nya itu sudah seperti tugas seorang istri.
"Gimana, kamu mau nggak? Tentang saja, kamu saya gaji kok," tambah Davin.
"Mau om, saya janji saya akan kerja dengan giat." ucap nya, ia juga ingat belum membayar uang spp.
"Baguslah. Terserah kamu mau mulai kerja kapan sekarang juga boleh sih." Rein mengangguk sambil tersenyum manis, membuat Davin terpana seketika.
***
15.30 pm
Rein sedang sibuk membuat kue bolu di dapur. Jari lentik nya dengan cekatan menuangkan adonan yang sudah jadi di dalam loyang berbentuk persegi.
Setelah itu Rein memasukan Loyang yang sudah berisi adonan itu ke dalam oven. Rein mengatur suhu yang pas untuk memanggang kue bolu, suhu nya sekitar 162-175 Celcius.
Karena untuk menghasilkan kue bolu dibutuhkan proses yang pelan dengan suhu yang tidak terlalu tinggi agar bolu dapat mengembang dan matang secara merata di bagian dalam.
Setelah itu Rein membersihkan peralatan yang ia gunakan tadi. Terlalu fokus di dapur, Rein tidak menyadari bahwa ia sedari tadi di pandang oleh dua orang yang kini duduk di meja makan sambil menatap nya.
"Dad, Rein cocok kan jadi bunda Ami. Liat tuh selain pintar masak dia juga pintar buat kue, Ami yakin deh kalau Rein jadi istri daddy, pasti daddy makmur deh hidup nya."
Davin mengangguk membetulkan, Rein memang di lihat dari segi manapun terlihat sempurna. Dia termasuk kriteria istri idaman sih, sudah cantik, baik, pintar masak, entah lah kau di ranjang, kita lihat saja nanti.
"Jadi gimana? Daddy udah suka belum sama Rein?" tanya Ami.
Davin mengangguk lagi, membuat Ami melotot kaget. "Beneran dad, seriusan?" tanya nya keras.
"Hah? Kamu kenapa sih teriak-teriak?" ujar Davin yang tersentak kaget saat Ami teriak di samping nya.
"Daddy udah suka sama Rein? What sejak kapan dad? Kok nggak kasih tau aku sih!" Davin mengernyit heran menatap anak gadis nya yang mencak-mencak di sebelah nya.
"Kalian dua kenapa?" tanya Rein yang kini sudah berdiri di hadapan keduanya.
TBC...
alay bgt
Menurut Davin tetlalu lelet utk nikahin Rein,Kenapa juga harus nunggu wisuda dulu,Bisa aja kan nikah dulu,Resepsinya baru nunggu Rein wisuda..yg penting udah di halalin Biar Fitriana gak bisa recokin lagi hubungan kalian..