"Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota" peribahasa ini tidak tepat bagi seorang Arini, karena baginya yang benar adalah "kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu mertua" kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Arini, yang harus hancur akibat keegoisan mertuanya.
Tidak semua mertua itu jahat, hanya saja mungkin Arini kurang beruntung, karena mendapatkan mertua yang kurang baik.
*Note: Cerita ini tidak bermaksud menyudutkan atau menjelekan siapapun. Tidak semua ibu mertua itu jahat, dan tidak semua menantu itu baik. Harap bijak menanggapi ataupun mengomentari cerita ini ya guys☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEMBILAN
Bu Ratih tampak shock melihat suaminya berada di dalam sel. Air matanya langsung menetes, kaki dan tubuhnya pun terasa lemas.
"Ya Tuhan, mengapa bisa seperti ini?." Ucapnya dengan lelehan air mata yang terus membasahi pipinya.
"Sudah....jangan menangis. Aku tidak bersalah. Do'akan saja aku agar esok atau lusa bisa keluar dari sini. Sebaiknya kamu pulang, aku baik-baik saja. Tedi, bawa ibu kamu." Titah pak Hardiman. Tedi membawa bu Ratih dari sana dan mencoba menenangkannya.
"Ada apa ini pak?. Kenapa bapak bisa ditahan?." Tanya Alfian.
"Bapak juga nggak tahu. Tapi bukan itu yang harus kita pikirkan. Yang harus kita pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya agar bapak keluar dari sini. Bapak tidak mau tinggal disini, karena bapak tidak bersalah." Ujar pak Hardiman.
Alfian meminta pak Hardiman menceritakan apa yang terjadi, karena dia hanya tahu kalau bapaknya menjadi tersangka kasus pencurian.
"Kalau yang bapak katakan benar, seharusnya warga yang mengaku suka membeli pakan dari bapak juga ikut di tahan, karena dia bisa di sebut sebagai penadah." Ujar Alfian, membuat pak Hardiman langsung menoleh.
"Kamu benar, seharusnya orang itu juga ikut ditahan, tapi kenapa mereka tidak menahannya?." Tanya pak Hardiman.
"Sudah pak. Kita pikirkan itu lain kali. Kalau memang bapak nggak bersalah, bapak harus yakin bisa keluar dari sini secepatnya. Aku dan Tedi akan berusaha sekuat tenaga mengeluarkan bapak dari sini." Ucap Alfian, lalu pergi karena jam kunjungan sudah habis.
..
Berbagai cara dilakukan Alfian dan Tedi untuk membebaskan pak Hardiman. Mereka membayar seorang pengacara untuk membantu menangani kasus ini, namun hasilnya tetap nihil, apalagi semua bukti memang memberatkan pak Hardiman. Pengacara yang mereka mampu bayar, tetap tidak bisa membuat pak Hardiman bebas. Jadi, terpaksa ia harus rela tinggal di hotel prodeo yang dingin dan lembab itu.
Siang ini, pak Wirya atau sang pemilik peternakan datang mengunjungi pak Hardiman. Setelah berbasa-basi, pak Wirya mengatakan kekecewaannya pada Hardiman yang menurutnya tega melakukan pencurian itu.
"Saya tidak menyangka sama sekali, kamu bisa melakukan semua ini, Man. Apa salah saya sama kamu?. Kurang baik apa saya selama ini sama kamu dan keluargamu?. Saya sudah sangat percaya dan menganggap kamu seperti saudara saya sendiri, tapi kamu malah menikam dari belakang."
"Tidak pak Wirya, demi Allah saya tidak melakukannya. Saya....."
"Man....Man, kamu gak usah menyangkal. Semua bukti sudah jelas."
"Tapi pak, saya......."
"Udah lah Man, saya tahu apa yang akan kamu katakan. Kamu atau siapapun awalnya pasti akan menyangkal, karena tidak ada satu orang penjahat pun yang mau di penjara, termasuk kamu. Benar kan, Man?." Tanya pak Wirya.
"Saya memang sangat kecewa sama kamu, Man, tapi mengingat semua jasa kamu pada saya dan peternakan saya selama ini, saya akan memberi sedikit toleransi sama kamu. Maksud saya, saya bisa mencabut laporan dan mengeluarkan kamu dari sini, asalkan kamu berjanji memenuhi syarat yang saya berikan." Imbuh pak Wirya memberi penawaran.
"Syarat?. Syarat apa pak?." Tanya pak Hardiman antusias.
"Syaratnya gampang. Kamu hanya harus janji tidak mengulangi semua perbuatan kamu.............dan....."
"Dan apa?." Tanya pak Hardiman penasaran.
Seringai jahat terlihat di sudut bibir pak Wirya saat itu, namun pak Hardiman tidak mempedulikannya.
"Apa pak?." Tanyanya tak sabar.
"Saya mau kamu jadi besan saya?." Jelasnya.
"Ja-ja-jadi besan?. Maksud bapak?." Tanya pak Hardiman yang masih tidak mengerti arah pembicaraan majikannya itu.
Jadi besan?. Maksudnya apa?. Dia mau anakku dan anaknya menikah?. Tapi siapa yang harus aku nikahkan dengan anaknya?. Ketiga anakku sudah menikah. Jadi Siapa yang mau dia nikahkan dengan anaknya?. Lagi pula, bukankah anak-anak pak Wirya juga sudah menikah?. Tanya pak Hardiman dalam hati.
"Apa belum jelas yang saya katakan tadi Hardiman?. Saya mau kamu jadi besan saya." Ujar pak Wirya.
"Tapi pak, ketiga anak saya sudah menikah, dan setahu saya kedua anak bapak juga sudah menikah." Balas pak Hardiman.
"Iya ....kamu benar, kedua anak saya memang sudah menikah, tapi kamu tidak tahu, kalau pernikahan anak kedua saya tidak berlangsung lama." Jelas pak Wirya, lalu mendekati pak Hardiman dan membisikan sesuatu yang membuat kedua mata pak Hardiman membola karena terkejut, mendengar ucapan majikannya itu.
"Apa??. Bapak tidak bercanda kan?." Tanya pak Hardiman memastikan.
"Apa kamu pikir saya masih punya waktu untuk bercanda, Man?." Balas pak Wirya.
"Saya kasih waktu kamu paling lama satu minggu untuk memikirkan tawaran saya ini." Ucap pak Wirya lalu pergi dari sana, meninggalkan pak Hardiman yang terlihat masih terkejut setelah mendengar tawaran yang dia berikan.
.
.
BERSAMBUNG🌻
follow me ya thx all