NovelToon NovelToon
Gadis Magang Milik Presdir

Gadis Magang Milik Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Black moonlight

Demi melanjutkan pendidikannya, Anna memilih menjadi magang di sebuah perusahaan besar yang akhirnya mempertemukannya dengan Liam, Presiden Direktur perusahaan tempatnya magang. Tak ada cinta, bahkan Liam tidak tertarik dengan gadis biasa ini. Namun, suatu kejadian membuat jalan takdir mereka saling terikat. Apakah yang terjadi ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black moonlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembuktian

Senja baru saja turun ketika Anna membuka pintu kontrakan kecil yang ia sewa bersama Lusi. Lampu ruang tengah masih menyala, aromanya familiar: campuran kopi lama dan parfum ruangan yang sedikit memudar. Begitu pintu terbuka, Lusi yang sedang duduk di sofa langsung menoleh.

“…Lo kenapa pucet banget, Na?” tanyanya sambil mematikan film di TV.

Anna menutup pintu dan menghembuskan napas panjang—napas yang sejak pagi tertahan seperti batu di dada. Tasnya diletakkan begitu saja di lantai. Ia berjalan pelan dan membiarkan tubuhnya jatuh ke sofa di samping Lusi.

“Gue… sial banget hari ini.”

Lusi menaikkan alis. “Se-seberapa sialnya? Kayak ketinggalan bus? Atau—”

“Gue numpahin teh panas ke presdir,” ujar Anna lirih.

Lusi membeku selama lima detik penuh. “Lo…”

Ia berkedip cepat.

“…numpahin teh panas… ke siapa?”

“Presdir.”

“Presdir lo? Liam?”

Nada suaranya naik satu oktaf.

Anna mengangguk pasrah. “Iya.”

Lusi berdiri, lalu duduk lagi, lalu berdiri lagi. Reaksinya persis orang yang mencoba menerima kenyataan yang tidak ingin dipercayai. “Na, itu bos besar yang semua orang takut itu, kan? Yang kalau jalan semua buru-buru nunduk seakan dia polisi pajak?”

“Yang itu.”

“Yang katanya ketus, dingin, dan suka bikin orang resign cuma gara-gara presentasinya berantakan?”

“Iya.”

Lusi menatap Anna seperti menatap seseorang yang baru kabur dari mulut harimau. “Na… lo masih hidup? Dia gak pecat lo?”

Anna memejamkan mata. “Nggak. Tapi dia marah. Marah banget. Satu kantor kena efeknya.”

Lusi ternganga. “Astagaaaa… jadi bad mood nasional perusahaan gara-gara lo? Gila Na, itu prestasi tersendiri, sumpah.”

Tapi nadanya bukan mengejek—lebih ke terkejut sekaligus iba.

Anna menarik kedua lututnya hingga menempel ke dada.

“Semuanya nyalahin gue, Lus. Semua. Kayak gue bikin bom meledak. Mereka bisik-bisik, bilang gue penyebab kekacauan hari ini. Bahkan manajer gue bilang gue harus sadar diri… bayangin. Sadar diri.”

Nada Anna pecah di akhir kalimat. Lusi memandang temannya itu penuh empati.

“Lo nangis di kantor?” tanya Lusi lembut.

Anna mengangguk pelan, tidak berani menatap.

Lusi menghela napas panjang lalu duduk lebih dekat. Ia menepuk bahu Anna beberapa kali.

“Ya ampun Na… kenapa bisa separah itu sih? Itu kan cuma teh. TEH, bukan minyak panas. Salah satu kerjaan manusiawi paling umum di dunia: jatuhin minuman.”

Anna menutup wajahnya dengan kedua tangan. “Liam itu… dia keliatan kecewa banget sama gue. Tatapannya bener-bener kayak ‘Oh jadi ini si anak magang hebat itu?’”

Anna menirukan ekspresi sinis itu dengan dramatik, tapi matanya masih sembab.

“Rasanya semua reputasi gue hilang dalam tiga detik.”

Lusi langsung mendesis.

“Yah wajar aja. Orang kalau sudah terlalu tinggi kedudukannya, suka lupa kalau kita ini manusia. Liam itu pasti naik bukan karena kompetensi, Na. Bos-bos yang model begitu biasanya cuma anak tunggal keluarga kaya yang dikasih jabatan biar perusahaan keluarga tetep aman.”

Anna tersenyum kecil mendengar itu—senyum lelah.

“Lo yakin?”

“Ya iyalah! Mana ada orang kompeten tapi temperamennya bocor gitu cuma gara-gara teh. Atasan yang benar tuh punya kontrol diri yang bagus. Lah dia? Cuma ketumpahan dikit ngamuk satu kantor?”

Lusi berkacak pinggang.

“Berlebihan abis.”

Anna menatap temannya itu lama, sebelum akhirnya berkata pelan, “Lus… gue malu banget.”

“Gak usah lah! Lo bukan kriminal. Yang bikin masalah itu reaksi dia, bukan kejadian awalnya.”

“Tapi semua orang nyalahin gue.”

Lusi mendengus. “Itu karena semua orang takut sama dia. Bukan karena lo salah.”

Lalu ia mencondongkan tubuh ke depan, nadanya turun menjadi serius.

“Na, lo harus buktiin kalau lo emang hebat. Lo gak boleh tenggelam cuma gara-gara satu insiden.”

Anna mengusap wajahnya. “Mau gitu sih, tapi gimana? Gue bahkan nggak mungkin satu ruangan sama big boss. Dia aja ngeliat gue tadi kayak gue penyakit.”

“Ya cari kesempatan itu,” jawab Lusi mantap.

Anna terkejut. “Apaan?”

“Kesempatan buat nunjukkin kemampuan lo. Buat bales dia… bukan dengan marah, tapi dengan prestasi. Lo bikin dia nyesel sudah meremehin lo.”

Anna tercengang beberapa detik. Ide itu… gila. Tapi juga memuaskan.

“Lus… gue magang. Dia presdir. Mana mungkin ada momen gue bisa nunjukin apa-apa?”

“Na, lo lupa?”

Lusi menatapnya sambil menekankan setiap kata.

“Dalam satu bulan aja Jordan, manager muda favorit itu, udah ngeliat kemampuan lo. Divisi lo mulai bergantung sama koordinasi lo. Dan lo itu cepat belajar. Bukan mustahil Liam bakal lihat juga.”

Anna menunduk, mencerna itu.

“Kalau pun Liam lihat gue, itu cuma ngeliat gue ceroboh.”

“Ya tugas lo adalah bikin dia ngeliat hal lain.”

Anna terdiam lama. Sungguh lama. Sampai akhirnya ia bersandar ke sofa, menatap langit-langit ruangan.

Ada rasa marah, tapi bukan pada Liam semata. Pada keadaan. Pada dirinya sendiri. Pada semua orang yang merasa berhak menilai tanpa tahu apa yang terjadi.

“Gue… kesel, Lus,” katanya lirih.

“Kesel banget.”

“Bagus.”

Lusi tersenyum miring.

“Lawan pakai energi itu.”

Anna memandang Lusi. Ada percikan api kecil muncul di matanya—api yang sebelumnya padam ketika dia menangis di kamar mandi tadi siang.

“Menurut lo… gue bisa bales dia dengan cara profesional?”

“Bisa. Bukan buat bikin dia suka sama lo atau apa ya—tapi buat bikin dia sadar bahwa dia salah nilai lo. Dan lo layak dapet posisi bagus di kantor itu.”

Lusi menepuk dada Anna.

“Karena lo emang pantes.”

Anna menghela napas panjang, kali ini lebih stabil.

“Kalau gitu… apa rencananya?”

Lusi langsung bersemangat. “Oke. Pertama, lo harus bikin portofolio internal yang gila-gilaan. Semua task lo kerjain dengan performa di atas rata-rata. Jangan cuma cukup, tapi tampil.”

“Terus?”

“Kedua, lo ambil tugas-tugas yang arahnya ke divisi strategis. Jordan bisa bantu lo. Dia suka sama kinerja lo kan?”

Anna memerah sedikit. “Bukan suka gitu, Lus…”

“Ya whatever.” Lusi melambai. “Yang penting dia bisa buka akses.”

“Terus langkah ketiga?”

“Lo harus dapet satu momen emas.”

Lusi menatap Anna serius sekali.

“Momen dimana lo nunjukin kalau otak lo jalan seribu langkah lebih cepat daripada orang lain. Biar Liam lihat. Biar dia sadar bahwa yang dia liat kemarin cuma kesialan, bukan lo yang sebenarnya.”

Anna tertawa lelah. “Kedengarannya kayak rencana balas dendam ala CEO drama.”

“Emang. Dan siapa tahu lo next CEO-nya nanti.”

Anna menatap Lusi lama, lalu mengangguk kecil.

“Baik. Gue ikut.”

Di dalam hatinya, rasa takut masih tersisa.

Tapi di bawahnya, sebuah tekad pelan-pelan tumbuh:

Ia tidak akan membiarkan satu insiden membuatnya runtuh.

Bahkan tidak oleh seorang Liam.

1
Noer Edha
karya ini membuat kita masuk dalm arus ceritqnya...setiap kalimatx tersusun..dan memuaskan bagi sqya yang membacanya..
Evi Lusiana
sial bner nasib ana thor punya boss ky gk puny hati
Evi Lusiana
dasar boss aneh,msih mencari² titik lemah ny seseorang yg bnr² cerdas
Evi Lusiana
kesempatan datang bwt ana
Drezzlle
udah jatuh tertimpa tangga ya rasanya pasti
Evi Lusiana
betul kt lusi,ceo kok gk profesional
Evi Lusiana
egois gk sih si liam,jd bos besar hrsny profesional kko pun mo memberi hukuman sm ana y gpp tp jgn smp smua org jd mengucilkany krn kmarahan liam sm smuany
Evi Lusiana
bagus critany thor,perusahaan yg tdk hny mnilai fisik lbih k kmampuan calon karyawan ny
Evi Lusiana
percayalah ana tiada perjuangan gg sia2
Evi Lusiana
mewek bacany thor,bayangin hdp merantau sndr menanggung beban sndri
Evi Lusiana
semangat ana kebahagiaan menantimu
Valen Angelina
makanya Liam jgn jahat2 ..nnti jatuh cinta gmn wkwkwkw🤣
Valen Angelina
bagus ceritanya...moga lancar ya 💪💪💪
Valen Angelina
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!