Mencintai atau dicintai?
Tapi kenyataannya memang tidak seindah dalam khayalan.
Antara mementingkan perasaan atau ego yang didahulukan.
Tapi cinta memang tidak pernah salah. Karena cinta bisa hadir di hati siapapun , kapanpun , dan di manapun.
Entah itu di sengaja atau tidak disengaja , cinta akan bersemi walaupun terpaksa.
Tapi , bagaimana dengan cinta yang terpendam?
Ego yang tinggi itu apakah bisa terhempas oleh kekuatan cinta?
Let's go , follow my story...
Dan kamu akan tau , betapa rumitnya kisahku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErvhySuci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 010
Malam di musim kemarau memang membuat udara sedingin itu. Angin yang tampak sepoi-sepoi itu terasa kencang menggoyahkan tirai jendela kamar.
"Sumpah sih , emang secantik ini gak bisa bikin seorang pria terpesona ? Kalau ada , fixs! Itu pria gak normal Ra !" ucap Viona yang tampak mengagumi kecantikan Aera yang kini di balut gaun hijau tosca itu.
"Lo ngomong apa Vio , jangan gitu lah." ucap Aera dengan tenang.
"Tapi lo ini kan pilihan bos lo Ra , jadi ya bisa jadi sih." ucap Viona.
"Jadi apa ? Udah ah , ini gimana rambut gue udah rapi kan?" ucap Aera dengan berdiri di depan cermin besar.
"Udah cakep Ra , udah perfect banget." ucap Viona sembari menatap Aera dari cermin.
"Make up gue nggak terlalu tebal kan?" ucap Aera bertanya.
"Enggak Ra , muka lo udah pas , make up lo nggak terlalu tebal nggak terlalu tipis. Udah lo percaya sama gue , lo udah cantik. Gue yakin banget bos lo bakal natap lo tanpa kedip." ucap Viona dengan senyum-senyum .
"Udah cukup Vio , gue bukan selera dia. Jadi please deh jangan berekspektasi yang berlebihan." ucap Aera dengan senyumnya yang masam.
"Gue akan selalu berdoa buat kebahagiaan Ra." ucapan Viona membuat Aera tersenyum senang , ia bersyukur memiliki sahabat seperti Viona.
Deru mesin mobil berhenti di depan rumah memecahkan ritual Aera yang tengah asik di depan cermin.
"Eh , ada yang datang kan itu. Jangan-jangan bos lo Ra! Gue cek dulu ya." ucap Viona yang kemudian keluar dari kamar Aera.
"Kenapa gue deg-degan gini ya? Gue ketemu dia tiap hari loh. Harusnya gue biasa aja dong." ucap Aera dengan menekan dadanya.
"Ra , bener. Bos lo udah datang. Keluar gih." ucap Viona yang berada di ambang pintu.
"Iya iya. Dia turun dari mobil ?" tanya Aera.
"Belum deh tadi. Mungkin sekarang turun." ucap Viona dengan mengiringi langkah Aera.
Di depan pintu , tampak lelaki tampan itu hendak mengetuk. Namun , dua gadis itu rupanya sudah membuka pintu lebih dahulu.
Dapat di lihat dengan jelas , lelaki itu memandang Aera dengan teliti dari ujung kaki sampai ujung kepala. Lalu ia pun tersenyum.
"Sudah selesai ? Bisa kita berangkat sekarang ?" ucap Derry dengan sopan.
"Iya , udah selesai pak." ucap Aera dengan kaku.
"Ehm! Maaf pak , tolong dijaga dengan baik sahabat saya yang cantik ini." ucap Viona dengan tersenyum.
"Iya saya tau , saya pinjam dulu sahabatmu ya. Permisi. Aera , ayo." ucap Derry dengan tenang lalu berjalan menuju mobilnya.
Dipinjam ? Apa dia pikir sahabatnya itu adalah sebuah barang ? pikir Viona.
"Vio , lo hati-hati dirumah ya. Gue berangkat dulu." ucap Aera berpamitan kepada Viona.
"Iya Ra , lo juga harus hati-hati. Telepon gue kalo ada sesuatu yang membahayakan." ucap Viona berpesan.
"Oke siap. " ucap Aera yang kemudian melangkah dengan flat shoes nya menyusul Derry yang sudah tampak membuka pintu mobil untuk Aera.
Aera masuk ke dalam mobil. Ia meletakkan tasnya yang kecil itu di pangkuannya. Sementara Derry , ia berjalan mengitari depan mobil untuk masuk juga pada kursi kemudi. Setelah duduk sempurna , tak lupa ia pun memasang sabuk pengaman.
Aera pun juga tampak sibuk memasang sabuk pengaman pada tubuhnya. Gaun tanpa lengan itu tampak menunjukkan bahwa kulitnya memang cerah dan putih bersih. Rambut panjang yang di hiasi pita itu tampak tertata rapi dengan poni tirainya.
"Nggak ada yang ketinggalan kan ?" ucap Derry memastikan dahulu sebelum benar-benar menjalankan mobilnya.
"Nggak ada pak. Sudah siap semuanya." ucap Aera dengan tenang.
"Oke kita jalan sekarang." ucap Derry yang kemudian mengemudikan mobilnya perlahan.
Viona melihat mobil yang di tumpangi Aera kian menjauh dari rumah.
"Tuhan , please tolong dengar doaku. Mereka harus jadian. Mereka cocok banget." ucap Viona yang kemudian masuk ke dalam kamar.
Aera membuka ponselnya. Ia bingung harus bagaimana dan harus mengucapkan kata-kata apa.
"Pak..." ucap Aera memecah keheningan sembari menoleh ke arah lelaki itu.
"Iya?" ucap Derry dengan tenang.
"Acaranya di mana pak? Jauh nggak ?" ucap Aera.
"Nggak jauh , perjalanan mungkin satu jam aja." ucap Derry dengan fokus menyetir.
Aera kembali diam. Ia benar-benar merasa bahwa perasaannya terlalu besar pada sosok lelaki itu. Kenyataan pahit harus siap ia terima , jika memang ia bukanlah seseorang yang spesial untuk lelaki itu.
Lelaki di sampingnya itu memilih fokus menyetir , tanpa sekalipun melirik gadis yang duduk terdiam membisu itu. Entahlah rasanya campur aduk sekali.
Sampai akhirnya , Derry fokus membawa mobilnya memasuki area gedung dan hotel bintang lima yang begitu megah itu. Mobil terparkir dengan baik. Banyak sekali mobil yang sudah terparkir rapi. Sepertinya tamu undangan pernikahan ini banyak sekali.
"Aera..." ucap Derry sambil menatap Aera.
"Ya pak?" ucap Aera setelah melepas sabuk pengaman pada tubuhnya.
"Jangan panggil saya pak ya." ucap Derry dengan tenang.
"Kenapa pak ? Terus saya harus panggil gimana ?" ucap Aera yang tampak kebingungan.
"Maksud saya , jangan terlalu formal. Panggilnya biasa aja. Disini nggak ada yang tau kalo kamu adalah sekretaris saya. Jadi panggil aja aku kamu. Paham kan?" ucap Derry dengan santainya tanpa memikirkan bagaimana perasaan Aera saat ini.
"Aku kamu?" ucap Aera lagi.
"Cukup panggil namaku. Nggak usah pakai pak." ucap Derry dengan tenang sembari mengambil ponsel beserta dompet kecilnya. "Kamu bawa tas kan? Bisa nitip ini nggak?" ucap Derry dengan memberikan dompet beserta ponselnya kepada Aera.
"Iya bisa. Tapi pak , saya masih gak bisa deh panggil bapak namanya doang. Susah!" ucap Aera sembari menerima barang milik bosnya itu untuk dimasukkan kedalam tasnya.
Tas kecil itu ternyata muat dua dompet dan dua ponsel. Apa-apaan kenapa malam ini dipenuhi banyak keanehan ? pikir Aera.
"Susahnya dimana? Kamu biasa aja , malam ini kamu anggap aku bukan sebagai bos kamu Aera. Kamu boleh menganggapku sebagai teman ataupun pacarmu sekalipun." ucap Derry dengan santainya sembari menatap Aera yang tampak masih ragu-ragu dengan kemauannya.
"Ah ada-ada aja sih!" ucap Aera dengan kesal tapi entah kenapa di dalam hati perasaannya berkata lain.
"Ayo kita turun sekarang." ucap Derry yang kemudian beranjak keluar dari dalam mobil.
Aera menarik nafasnya dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan. Ternyata jantungnya benar-benar tidak aman. Tidak semudah itu mengikuti perintah lelaki yang diam-diam ia sukai.
Gadis itu turun dari mobil dan disambut oleh tangan lelaki tampan itu. Aera meraihnya , lalu menutup pintu mobil kembali.
"Coba panggil aku dulu." ucap Derry dengan tenang sembari menatapnya. Sontak saja hal itu membuat Aera sukses senam jantung.
"Tapi pak , saya..." ucap Aera dengan ragu sekali.
"Ayolah." ucap Derry yang terdengar tampak memaksa.
"De-Derry. Astaga! Tuh kan pak , kedengarannya aneh banget tauk!" ucap Aera seperti anak kecil yang membuat Derry tersenyum.
"Udah lah , nanti juga terbiasa. Ayo." ucap Derry mengajak Aera masuk ke dalam gedung itu.
Derry benar-benar membuat Aera semakin nervous seratus persen. Di dalam sudah banyak sekali tamu undangan yang datang dan bersulang.
"Aera , akhirnya kalian datang juga. Ibu sudah menunggu dari tadi." ucap ibu Henny dengan menghampiri Aera dan Derry yang baru datang.
"Kamu cantik sekali Aera. Ibu suka banget penampilan kamu malam ini. Pasti semua orang di sini terpesona melihat kamu." ucap ibu Henny setelah memperhatikan penampilan Aera.
"Ah ibu jangan gitu. Saya tidak secantik itu kok. Oh iya maaf ya Bu agak macet tadi di jalan jadi agak terlambat sampai sini." ucap Aera dengan tersenyum.
"Oh begitu , ya udah gapapa yang penting sekarang udah ada disini. Kalau begitu , ayo ibu ajak bertemu dengan Shania." ucap ibu Henny dengan menggandeng lengan Aera.
"Derry , ayo ikut." ucap ibu Henny lagi yang kemudian membuat lelaki itu berjalan dibelakang dua wanita itu.
Derry tersenyum melihat ibunya bersama gadis itu. Tampaknya mereka memang sefrekuensi atau apakah memang semudah itu sesama perempuan untuk berinteraksi. Namun jika dilihat , ibunya memang begitu menyukainya.
"Shania..." ucap ibu Henny memanggil perempuan itu yang juga sedang berbincang dengan temannya.
"Tante , eh Derry datang juga ternyata." ucap Shania dengan tersenyum.
"Selamat atas pernikahan kalian." ucap Derry dengan tersenyum tenang pada Shania dan juga suaminya.
"Selamat ya untuk pernikahan kalian berdua , semoga pernikahan kalian di penuhi dengan kebahagiaan." ucap Aera yang juga bersalaman dengan pengantin.
"Terimakasih banyak ya atas doanya. Makasih juga udah meluangkan waktunya buat datang ke acara kami." ucap Shania dengan tersenyum ramah.
"Oh iya , kenalin dia ini Aera. Derry datang bersama Aera. Gimana , cantik kan?" ucap ibu Henny dengan santainya memperkenalkan Aera.
"Tante tenang aja , percayakan pada putra tante yang tampan ini. Dia sudah pasti tidak akan salah memilih pasangannya." ucap Shania dengan tersenyum sembari melirik- lirik Derry yang tampak cuek saja pada perbincangan ini.
Aera hanya tersipu malu , entahlah ia bingung harus berbicara apa untuk menanggapinya.
"Kalau tante sih cuma bisa mendoakan yang terbaik. Semoga Derry secepatnya bisa menyusul kamu ya Sha." ucap ibu Henny dengan tersenyum.
"Aera , ayo kita duduk disana. Kamu mau minum apa?" ucap Derry yang kemudian menarik tangan Aera segera menjauh. Sampai-sampai , Aera tidak sempat berpamitan kepada ibu Henny dan pengantinnya.
Aera mengikuti saja kemana Derry menariknya. Aera yakin , mungkin Derry sudah tidak tahan di goda secara terang-terangan oleh saudaranya dan ibunya sendiri. Sampai akhirnya lelaki itu memutuskan untuk beranjak saja dari hadapan mereka.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Next......