Pesona Majikan BuleKu

Di kantor Richard masih berada di ruang rapat, bersama staff kantor dan jajarannya. Membahas rencana projek barunya yang terbagi di beberapa wilayah. Melimpahkan sebagian tanggung jawabnya pada asisten pribadinya.

Jimmy, adalah orang yang paling Richard percaya dalam mengelola bisnisnya mendampingi Richard kapanpun, dan dimanapun Richard mendapatkan peluang bisnis itu.

Sandra sekertaris barunya yang berhasil lolos interview, dari 68 peserta yang melamar pekerjaan di tempatnya. Karena memiliki kemampuan di tiga bahasa yaitu inggris, mandarin dan Jerman. Karena sebagian kliennya berasal dari negri tirai bambu setelah negatanya. Jadi dia membutuhkan sekertaris yamg bisa dia andalkan.

Setelah lelah dengan lembaran-lembaran kertas di mejanya. Richard melakukan panggilan pada sekertarisnya melalui panggilan interkom.

"Sandra, bawakan saya data lengkap. Orang yang akan membeli sebagian properti kita!" perintah Richard pada sekertarisnya.

"Oke, secepatnya Saya akan datang ke ruangan Anda, Tuan." jawab Sandra dengan suara manjanya yang genit. Tanpa memberikan respon, Richard memutus sambungan panggilan secara sepihak.

Sebelum masuk ke ruangan direktur utama. Sandra bercermin, menyapukan riasan wajahnya agar terlihat glow up di depan bosnya. Tidak lupa menebalkan warna bibirnya biar tampak menyala. Menyulut hasrat bosnya yang dikira gay itu. Menurut gosip yang beredar bosnya itu tidak tertarik dengan lawan jenis.

Untuk itu Sandra ingin menarik perhatian Richard. Sekaligus membuktikan apa benar rumor yang dia dengar dari karyawan lain.

Tokk...Tokkk....!

"Masuk!" Sandra masuk kedalam setelah mendapat jawaban dari dalam. Berjalan seanggun mungkin menyunggingkan senyum paling manis.

Richard menerima map dari tangan sekertarisnya. Sandra meraih jemari Richard dengan berani. Sepasang mata biru itu, melihat tangan lancang sekertarisnya dengan tatapan acuh.

"Lakukan, pekerjaanmu layaknya wanita terhormat!" ucap Richard mengangkat wajahnya angkuh. Tatapan matanya menusuk begitu dalam. Tanpa basa-basi Richard mengusir Sandra keluar dari ruangannya. Hanya dengan satu kalimat mematikan. Bisa membuat sekertaris barunya kena mental.

"Dasar pria gay, jadi dia tidak terpantik sama sekali dengan caraku menggodanya." umpat Sandra kesal.

Richard membuka berkas data satu persatu. Ada satu data klien yang menarik perhatiannya. Sebuah identitas atas nama Elianna, warga negara Australia. Yang tertarik ingin membeli satu unit apartemennya di Bali.

Richard segera menghubungi Jimmy. Meminta penjelasan darinya mengenai data pribadi wanita bernama Ellianna.

"Mirip sekali dengan Agatha.'' gumam Richard melihat, dan membaca data itu berulang kali. Memastikan apa yang dia lihat itu benar.

"Tuan, memanggil Saya?" tanya Jimmy menutup pintu ruangan.

"Lihat ini! Apa dia orang yang sama dengan dua nama?" Jimmy memicingkan kedua matanya. Mempertajam penglihatannya yang sama herannya dengan atasannya.

"Apa Anda percaya? Jika Agatha merubah identitasnya?" tebak Jimmy yang mungkin saja dugaannya benar.

"Itu artinya dia tahu, jika Tuan ada di Bali. Atau ini hanya sebuah kebetulan saja" pikir Jimmy.

Tanpa ada kata, Richard meraih jas yang tersampir dikursinya. Tangannya menyambar kunci mobil di atas meja kerjanya. Jimmy hanya menatap punggung atasannya. Bergerak perlahan menghilang dari balik pintu.

Agatha Russel, perempuan perta yang mampu membuat hatinya terpatri dengan segala perasaan yang dia miliki. Seakan seluruh cinta yang dia punya hanya untuk Agatha, milik Agatha. Tak seorang gadis pun, yang mampu menembus benteng pertahanan hatinya.

Rasa kecewa pada perempuan yang bernama Agatha. Sempat membuatnya kehilangan jati dirinya yang sebenarnya. Richard yang dulu penyayang, care, memiliki selera humoris. Kini berubah menjadi balok es yang sulit di cairkan.

***

Sementara Herman mengajak Sukma berkeliling Pulau Dewata. Setelah membawa pakaian kerja milik atasannya ke tempat laundry langganannya.

Sukma begitu terhibur dengan pemandangan indah di pantai. Deburan ombak menyentuh kakinya. Bersama buih, dan pasir yang ikut terseret arus yang bergelombang.

Sapuan angin menerpa rambut hitamnya. Membuat wajah cantiknya, terhalang oleh anak rambut karena sapuan angin laut.

"Ini indah sekali! Airnya biru dan jernih." decak Sukma mengagumi. Memainkan langkah kakinya yang tersentuh gelombang air.

"Kamu, suka?" tanya Herman menyerahkan kelapa muda dari tangannya. Sukma mengangguk, seraya menerima kelapa muda lalu meminumnya. "Kita duduk disana!" tunjuk Herman, kearah meja dengan payung besar sebagai peneduh dari panas.

"Bagaimana, apa kamu masih ingin pulang ke kampungmu?" tanyanya memastikan. Sukma terdiam nampak berpikir, menyingkirkan anak rambut yang menerpa pipinya.

"Sebenarnya Sukma butuh sekali pekerjaan. Tapi, bosnya Bang Herman saja yang tidak butuh kerjaan Saya." jawab Sukma apa adanya.

"Biasanya Tuan seperti itu. Jika sedang marah saja, tapi entah apa yang membuatnya sekesal itu," papar Herman memberitahu Sukma.

Sukma mengingat kejadian malam itu. Saat dia baru tiba, dan tertidur cukup lama akibat mabuk udara. Dia terbangun karena baru ingat kalau dia belum mandi. Dan sialnya lagi, dia harus melihat bosnya yang masih berada di dalam. Sebelum dia masuk kedalam kamar mandi.

Sukma pun menceritakan insiden malam itu. Yang berakhir dengan uring-uringan karena harus menahan malu di depan gadis itu.

Herman tertawa lepas setelah tahu kejadian yang sebenarnya. "Pantas saja sejak malam itu, sikap Tuan jadi aneh. Wajahnya datar seperti jalanan beraspal. Jadi kamu pencuri itu" ujarnya yang masih menahan tawa.

"Kok, Bang Herman malah ketawa! Ngetawain Aku ya? Ihhhh...jahat tahu nggak!" pekik Sukma memukul kecil lengan Herman dengan telapak tangannya.

"Ya, Habis kamu jadi pencuri. Pencuri perjakanya Tuan bule. Terus apa yang kamu lihat?" goda Herman sambil tertawa yang terus saja mengejek Sukma. Hingga wajahnya jadi memerah.

"Ih, Bang Herman apaan sih!" pekik Sukma tidak suka.

Di dalam mobil sepasang mata menatap nanar kerah meja. Dimana disana ada Sukma, dan Herman sedang tertawa bahagia dengan asisten rumahnya.

"Jadi seperti ini cara dia bekerja di tempatku. Bersenang-senang di luar," tuduh Richard melihat keakraban mereka tidak suka. Pria itu segera menyalakan mesin kemudinya memutar arah. Meninggalkan area pantai dengan rasa kesalnya.