Bagaimana rasanya menikah dengan orang yang tidak kita kenal?
Baik Arsya maupun Afifah terpaksa harus menerima takdir yang telah di tetapkan.
Pada suatu hari, ayah Afifah di tabrak oleh seorang kakek bernama Atmajaya hingga meninggal.
Kakek tua itupun berjanji akan menjaga putri dari pria yang sudah di tabraknya dengan cara menikahkannya dengan sang cucu.
Hingga pada moment di mana Afi merasa nyawanya terancam, ia pun melakukan penyamaran dengan tujuan untuk berlindung di bawah kekuasaan Arsya (Sang suami) dari kejaran ibu mertua.
Dengan menjadi ART di rumah suaminya sendirilah dia akan aman.
Akankah Arsya mengetahui bahwa yang menjadi asisten rumah tangga serta mengurus semua kebutuhannya adalah Afi, istrinya sendiri yang mengaku bernama Rere?
"Aku berteriak memanggil nama istriku tapi kenapa kamu yang menyahut, Rere?" Salah satu alis Arsya terangkat.
"Karena aku_" Wanita itu hanya mampu berucap dalam hati. "Karena aku memang istri sahmu, pak Arsya"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9
Pagi-pagi sekali Shema sudah keluar dari apartemen, dia langsung menancapkan gas lalu melajukan mobilnya menuju KUA tempat Arsya dan Afi mengurus pernikahan resminya.
Sampai tiba di lokasi tujuan, Shema menunggu sedikit agak lama sebab kantor KUA belum buka. Berulang kali ia melihat jam di tangannya seakan beradu kecepatan dengan Prillya.
Tepat ketika waktu menunjukkan pukul 07:30, Gerbang kantor akhirnya terbuka. Wanita itu bergegas memasukkan mobilnya ke halaman kantor.
Tak peduli para pegawai sudah siap atau belum, dia ngotot ingin membicarakan hal yang penting.
Setelah bernegoisasi cukup lama, hampir satu setengah jam, para pegawai pun menyetujui maksud Shema. Mereka sepakat untuk mengatakan kepada siapapun kalau Afi sudah meminta kembali berkas persyaratan nikah. Pihak KUA juga akan mengatakan jika mereka tak tahu menahu soal pernikahan tersebut.
Selesai urusan di KUA, Shema langsung ke sekolah tempat Afi mengajar. Karena di sekolah tak seribet saat di KUA, dia hanya butuh waktu setengah jam untuk berunding, bahkan pihak sekolah turut membantu menghapus semua informasi mengenai Afi. Mengingat Afi adalah guru teladan, baik dan juga disiplin, para guru pun tidak keberatan untuk membantu.
"Done" Desis Shema, kemudian menutup laptopnya kembali. Ia lantas mengalihkan pandangan pada wanita paruh baya yang menjadi kepala sekolah. "Terimakasih bu, sudah membantu"
"Sama-sama, mbak. Kami senang bisa membantu" Balasnya di iringi seulas senyum. "Tapi bagaimana kabar bu Afi?"
"Nona Afi baik bu, beliau sudah berada di tempat yang aman"
"Syukurlah"
"Oh ya, bu! Ini saya ada sedikit dana untuk membantu memajukan sekolah ini. Mohon di terima ya bu, ini bukan suap atau sejenisnya. Ini hanya bantuan yang nona Afi berikan untuk sekolah"
"Kenapa repot-repot, kami senang bisa membantu bu Afi"
"Nggak apa-apa bu, nggak repot kok. Tolong terima ya, bu!" Bujuk Shema.
"Baik, terimakasih banyak, semoga nona Afi selalu dalam lindungan-Nya. Di mudahkan segala urusan, dan murah rezekinya"
"Aamiin" Sahut Shema . "Saya permisi dulu bu, masih ada urusan di tempat les nona Afi"
"Oh iya, silakan"
"Sekali lagi terimakasih, ya bu"
"Iya, sama-sama"
"Saya pamit dulu bu"
"Iya, hati-hati"
Masih dua tempat lagi yang harus Shema kunjungi, yaitu tempat les, dan rumah Afi yang tak jauh dari sekolah.
Karena jaraknya lebih dekat dengan rumah, Shema memilih memutar roda kemudinya ke alamat Afi.
Di sana, dia langsung menemui Ririn dimana Ririn sudah tahu maksud dan tujuan kedatangan Shema yang juga menjadi teman baru Ririn.
Ririn adalah teman semasa kecil Afi. Itu sebabnya Afi sudah percaya penuh padanya.
Sebelum Shema datang dan mengutarakan maksudnya, Ririn sudah di beri tahu oleh Afi melalui sambungan telfon.
Benar-benar Afi sudah di buat seakan lenyap dari permukaan bumi ini. Jika tak ada seorangpun yang memberikan informasi mengenai apapun itu tentang Afi, maka baik Arsya beserta keluarganya tak akan pernah tahu seperti apa rupanya.
Afi, sudah jauh melangkah di depan Arsya, Beno, dan juga ibu mertuanya.
"Alhamdulillah, akhirnya semuanya clear. KUA, sekolah, rumah nona Afi, dan juga tempat les, sudah ku datangi semua" Lirih Shema lega, kedua tangannya ia daratkan pada roda kemudi sementara kepalanya menyandar pada jok mobil.
Sekian detik berlalu, ia meraih ponselnya yang ada di dashboard mobil, ia mengetikkan pesan pada Afi bahwa urusannya sudah selesai.
Menarik napas panjang, baru saja ia meletakkan kembali ponselnya, tiba-tiba saja benda itu bergetar, sepasang matanya membelalak ketika tahu bahwa ada panggilan masuk dari seseorang.
"Bu Prilly?" Gumamnya pelan. "Dia pasti sudah ke kantor KUA. Kira-kira informasi apa yang sudah dia dapat?"
Mendesah pelan, Shema sedikit takut menggeser ikon hijau.
"Iya, bu Prilly?" Ucapnya sesaat setelah menempelkan ponsel di telinganya.
"Dimana kamu?" ketusnya tanpa basa basi.
Sebelum menjawab, Shema menelan ludahnya dengan hati-hati. "Saya sedang di jalan bu, tadi dari rumah orang tua saya untuk berpamitan"
"Urusan apa yang sudah selesai? Pesan buat siapa itu?" Dari sebrang telfon, Prillya memberondong dua pertanyaan sekaligus, Shema sendiri terhenyak mendengar pertanyaan itu.
Bersambung
di tunggu karma prily
afi pergi pasti lg dalam keadaan hamil
duuuh kasihan banget seh fi hidup kamu
awas Arsya jangan sampe kamu mau di nikah kan sama si ulet bulu Silvia,,dia pembawa virus
enak kan sil senjata makan tuan
itu mama nya Silvia bener2 bikin gedek
tapi,,,, kalo kejadian itu terjadi padaku, apa aku juga bisa ikhlas?
ih, emang gampang banget ya jadi tukang maido 😂😂😂
amit2 wooy Adam juga ga Sudi sama kamu prill
Adam udah bahagia sama Dinda
ya Allah aku ko kasihan banget sama Zidan yah
pasti sakit banget mendengar kenyataan ini
Arsya yang sabar ya