Annisa,seorang perempuan yang bekerja sebagai pelayan restoran dan tinggal di lingkungan pesantren dan diam2 mengagumi gusnya.Dia tinggal bersama ibu dan adik perempuannya yang bernama syifa.Hingga suatu ketika ibunya meninggal dan keadaan menjadikan Annisa di suruh tinggal di kediaman gus tersebut, karna sangat adik juga sedang mengenyam pendidikan di pondok pesantren itu.Hari-hari Annisa pun berubah, dia di hadapkan dengan persoalan dan orang-orang yg belum pernah di temui sebelumnya. Kira-kira akan seperti apa Annisa akan melewati perjalanan hidupnya kali ini? Apakah kekaguman nya terhadap gus nya akan bersambut...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak imey mey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERTEMU SALAMAH 3
BAB 18
"Mas Rasya gak ada mbak Salamah"
"Jangan bohong kamu,nanti kalau kamu bohong terus aku sedih gimana?"
"Mbak saya gak bohong, buat apa Risa bohongin mbak,"
"Kalau mas mu beneran gak ada, terus dia kemana?"
"Emmm... jadi gini"
Ning Risa melihat kearah ummi yang mengisyaratkan agar jangan memberi tahu di mana keberadaan masnya.
"Jadi sebenernya mas Rasya dari kemarin belum pulang,dia pergi sama temennya, dan sudah 3 hari ini mas Rasya belum menghubungi kami,"
"Kok bisa, terus kalian diam saja?"
"Gak diem saja kok,karena waktu mas Rasya pergi dia bilang supaya kami jangan terlalu banyak mengganggunya, akhirnya ya sampe sekarang kalau mas Rasya sendiri yang kasih kabar kita juga gak berani, tahu sendiri kan mas Rasya itu gimana?"
"Emmm.... terus dia, Annisa, apa bener dia calon menanti di rumah ini?"
"Iya... bener sekali"
"Apa apaan ini Risa, nggak,, nggak boleh, kamu liat deh siapa yang paling pantes buat mas mu"
"Ya mbak Annisa siapa lagi?"
"Risaaaaaa..... "
"Gini aja deh mbak, mendingan mbak pulang, gak baik di sini lama-lama, ntar di kira orang gila yang lari dari rumah sakit jiwa lagi, kita yang repot"
"Gak mau sebelum mbak tahu di mana mas mu"
"Atau gini aja aku ada ide,mbak mau gak aku rekam,terus nanti kalau mas Rasta telfon aku bisa tunjukin rekaman mbak sama mas Rasya gimana,karena kalau sekarang mbak tetep maksa dan masih disini ya percuma juga, mas Rasya belum pulang, gimana?"
"Emm.. boleh deh"
"Tapi pakai gaya ya ngomongnya, terus yang kayak tadi sambil muter-muter biar keliatan kalau mbak Salamah sudah berubah ok?"
"Ok.. siapa takut, kamu liat Annisa, sebentar lagi Rasya akan memilihku"
Salamah dengan percaya dirinya yakin seratus persen kalau Gus Rasya akan terpesona karena perubahannya. Annisa yang mendapat ancaman seperti itu hanya diam sambil geleng-geleng kepala.
"Ummi kayaknya emang bener kata Ning Risa kalau dia sakit"
Annisa yang sedang disamping ummi Fatimah berbicara sambil berbisik pelan.
"Ya itulah yang namannya obsesi,kalau di biarkan terus menerus maka akan jadi seperti ini"
"Apa nanti akan terjadi sesuatu ummi?jujur Annisa khawatir"
"Apa yang kamu khawatirkan hem?tidak akan terjadi apapun,percaya sama ummi, kita liat mereka saja"
Ummi Fatimah mencoba menenangkan calon menantunya tersebut, sambil berpikir kira-kira apa yang telah di janjikan Gus Rasya hingga anak gadis orang jadi seperti ini.Dan ya.. yang terjadi di ruang keluarga ndalem sekarang adalah Ning Risa sedang sibuk merekam aksi Salamah yang terus-terusan meminta agar Gus Rasya memilihnya, karena dia sudah berubah, dan dia juga memutar tubuh nya seakan memperlihatkan pakaian yang di kenalannya, dan terakhir dia mengatakan bahwa, jika nanti Gus Rasya pulang dia menyuruhnya untuk menghubungi nomer yang sudah dia kasih ke Ning Risa.Dia berjanji, jika saat itu Gus Rasya menghubunginya, maka Salamah akan segera datang sekalian membawa kedua orang tuanya untuk melamar Gus Rasya,.Ning Risa yang merekam merasa merinding ngeri dengan sikap yang Salamah tunjukan.
*Wah.. parah sih ini sakitnya,udah level akhir kayaknya,ini malaikat Izrail lewat sini gak ya,kalau lewat sekalian nih orang aku suruh bawa, mas Rasya.. mas Rasya.. kamu apain sih ni anak orang bisa jadi kaya gini*
"Udah mbak, cukup, udah ya.. ini udah bagus"
"Benarkah?menurutmu apa Rasya akan kagum sama mbak?"
*Kagum dari mananya,yang ada mas Rasya bisa sawan kalau liat beginian*
"Emmm... entah mbak mana saya tahu"
"Kalau menurut kamu gimana tadi pas kamu rekam, bagus gak kira-kira?"
*Ini kalau aku jawab jujur dia bakalan jadi gila gak ya,orang sekarang aja udah kayak gini*
"Emm... bagus kok bagus"
*Huff mudah-mudahan malaikat Raqib dan Atid moodnya lagi bagus deh,kan aku niatnya baik*
"Tuh.. orang kamu bilangnya bagus ya pasti Rasya juga bakal bilang bagus, haaa... aku gak sabar liat reaksi dia ngeliat aku kaya gini"
"Sudah selesai kan.. sebaiknya sekarang kamu pulang"
Ummi yang sudah mulai bosan dengan perilaku Salamah pun menyuruh nya untuk pulang.
"Kok ummi ngusir aku"
"Emangnya kamu mau ngapain lagi disini?kamu mau nunggu sampai abbahnya anak-anak pulang?"
"Mbak Salamah, mending mbak pulang, nanti kalau abbah tahu, dia bakal marah,mas Rasya kan pernah bilang kalau abbah itu orang galak"
Ning Risa mencoba membantu ummi bernegosiasi, supaya Salamah bisa cepat pulang.
"Emmm.. baiklah aku akan pulang, tapi kamu harus janji dulu, kamu harus ngabari mbak kalau Rasya udah pulang"
"Iya mbak... iya.. pasti aku kabari, tenang aja ok"
"Ya udah aku pulang dulu semuanya, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam"
Semuanya yang ada di ndalem akhirnya bernafas lega.
"Ummi.. Annisa juga pamit pulang ya, maaf udah buat kekacauan"
"Eits... tunggu kamu gak usah nganterin saya, saya bisa sendiri, lagian saya lebih dari segalanya dari kamu"
Salamah pun setelah mengatakan hal itu kepada Annisa, dia melenggang pergi dengan angkuhnya.
"Astagfirullahalazim... kenapa ada orang yang sombong di dunia ini?"
"Namanya juga manusia ummi,kalau mbak kunti ya bisanya ketawa sama nangis"
Jawab Ning Risa asal.Ummi yang mendengar nya hanya bisa geleng-geleng kepala liat kelakuan anak perempuannya itu.
"Apa kamu akan mengirimkan rekaman itu pada mas mu Risa?"
"Liat nanti aja mi,pusing liat orang kayak gitu, dulu mas Rasya dapet dia dari mana ya mi,kok bisa gitu?"
"Mungkin dulu dia gak begitu,dan sekarang karena obsesi berlebihan, jadi seperti sekarang,"
"Emm.. mbak Annisa gak cemburu kan?"
"Insya Allah nggak Ning,padahal waktu dirumah dia gak kayak gitu"
"Syukur deh kalau gitu,Hah.. apa mbak Salamah nginep di rumah mbak Annisa?"
"Iya.. jadi kemarin itu ceritanya dompet dia ketinggalan di restoran,aku yang nemuin,sama dia udah diambil dompetnya, dia pergi, ehh pas aku pulang ketemu dia di lampu merah lagi duduk di depan apotek, jadinya aku samperin dan aku tanya dia mau kemana, dia jawab mau ke pesantren ini, ya udah aku ajak pulang dan nginep,eehhh gak tahunya malah buat kekacauan disini, maaf ya"
"Ooohh... jadi nemu di pinggir jalan, pantes"
"Pantes kenapa?"
Ummi yang udah gemez sama kelakuan anak perempuannya bertanya sambil menjewer telinga nya.
" Aaaa.... um... ummi.. aaa ummi sakit, iya.. iya.. nggak.. aduuhh ummi lepasin.."
"Jawab dulu, pantes kenapa, baru ummi lepasin"
"Iya... pantes kelakuannya kayak gitu, "
"kayak gitu gimana, ngomong yang jelas"
"Ihh... ummi lepasin dulu"
Akhirnya ummi melepaskan jewerannya.
"Aaaa... issshhh.. ummi nih tega sama anaknya,"
"Makanya kamu kalau ngomong yang bener"
"Lah.. Risa ngomongnya udah bener mi"
"Emang kamu mau ngomong apa cepet"
"Risa itu mau ngomong kalau mbak Salamah itu seperti orang gak waras"
"Hufff... gak tahu deh.. ummi nyerah... udah Annisa kalau kamu masih mau disini silahkan ya, ummi mau ke dalam dulu, ummi pusing"
"Iya mi hati-hati jalannya"
"Ummi jangan lupa minum obat"
Ning Risa seperti yang tak paham akan maksud ummi nya hanya bisa tersenyum jahil.
"Mbak Annisa,aku mau tanya kira-kira kalau aku kirim rekaman ini ke mas Rasya, dia bakalan langsung pulang ke Indonesia gak ya?"
"lebih baik jangan Ning,kasihan Gus Rasya, dia kan di sana sedang belajar,nanti kalau kamu kirim rekaman itu, bisa jadi dia tidak fokus belajarnya"
"Iya juga, terus rekaman ini harus aku apain?"
"Hapus aja Ning,gak penting ini"
"Mbak Annisa cemburu ya"
"Siapa yang cemburu?tapi wajar gak sih saya cemburu?"
"Kalau menurutku mbak Annisa gak pantes cemburu sama kelakuan mbak Salamah tadi"
"Iyakah?.. Lalu apa yang harus saya lakuin sekarang?"
"Kita makan bakso depan sana yuk mbak, kayaknya enak"
Annisa tepuk jidad melihat kelakuan Ning nya itu,orang di tanya apa, jawabnya malah ngajak jajan bakso.
"Ayo mbak jangan galau terus,nikmati aja prosesnya, toh mas Rasya akan tetap jadi milik mbak Annisa, ayo kita jajan"
Akhirnya mereka pun makan bakso bersama,sambil mengobrol ngalor ngidul.Tanpa Annisa tahu, Ning Risa sebenarnya sudah mengirimkan rekaman itu pada seseorang.
Sore pun menjelang,Annisa sedang bersiap-siap untuk berangkat bekerja.
"Annisa boleh ibu bertanya?"
"Mau bertanya apa bu?"
"Tentang temanmu itu,Salamah"
Ya sudah Annisa duga,saat dia pulang tadi, dia sudah tidak melihat Salamah, dia sudah pergi entah kemana.
"I.. ibu sudah di beri tahu olehnya?"
"Ya.. dia mengatakan supaya kita jangan terlalu banyak berharap pada sesuatu yang tidak mungkin,ibu tidak mengerti apa yang dia katakan, tapi setelah ibu berpikir, ibu tahu itu ada hubungannya denganmu. Haaahhh... ibu tidak tahu ada apa di masa depan nanti, begitu banyak wanita yang menyukai Gus Rasya, begitu pun dirimu,jangan di kira ibumu ini tidak tahu apapun.Mereka terlalu sempurna untuk di lihat, belum lagi sekarang Gus Rasya sedang berada di Kairo, bukan tidak mungkin dia juga akan bertemu dengan seorang gadis yang lebih dari kamu.Annisa... ibu berharap apapun yang akan terjadi nanti, jadi ataupun tidaknya pernikahanmu nantinya, kamu akan siap menerima semuanya dengan ikhlas, karena status sosial kita berbeda, dan kita harus sadari ini dari awal."
Annisa tidak menyangka,ibunya sesungguhnya merasa ragu-ragu selama ini,dan mengatakan seluruh uneg-unegnya, ya sesungguhnya Annisa sangat paham apa yang sedang di rasakan ibunya.Annisa hanya bisa mengangguk sedih.
"Annisa akan mencoba bu,"
"Ibu tahu ini berat bagimu,tapi kita sebagai perempuan harus ikhlas menerima takdir,mulai sekarang belajarlah untuk tidak berharap kepada seseorang, siapapun itu, termasuk ibu, berharaplah kepada Allah, minta semua padanya, insya Allah kamu akan tenang menjalaninya, entah nantinya Gus Rasya akan jadi milikmu atau tidak, itu sudah tidak menjadi masalah,karena kita sudah tahu konsekuensi nya dari awal, mengerti?"
"Heemm.. emmm Annisa mengerti"
"Baguslah, sekarang berangkatlah, nanti telat"
Annisa pun berangkat bekerja sore itu, di perjalanan kata-kata ibunya terus terngiang di telinga dan pikirannya. Dalam hati ia mengatakan, akankah dia bisa melakukan semuanya,mengikhlaskan seseorang untuk mendapatkan yang memang untuknya,yaa.. Gus memang hanya untuk seorang Ning.Tidak seharusnya dirinya menjadi baper hanya karena Gus Rasya mengatakan bahwa akan menikahinya, ahhhh.... tidak, Annisa pusing memikirkannya,apa yang harus di lakukan sekarang.Tidak terasa Annisa sudah sampai di tempat kerja,dia melakukan kegiatan seperti biasanya, tapi hati dan pikirannya sedikit terganggu, dia tidak bisa konsentrasi.
"Hei... bisa kerja gak sih, liat bajuku jadi kotor"
Tidak sengaja Annisa menyenggol seseorang saat sedang berjalan sambil membawa nampan yang berisi minuman pesanan seseorang.
"Ma.. maaf kak, saya tidak sengaja"
"Apa!!!.. emangnya bajuku ini bisa bersih dengan kamu minta maaf? kalau kamu bekerja sambil melamun, tidak akan ad pekerjaan yang beres, mana owner mu?"
"Ah.. em.. emm beliau ada di dalam"
"Ada apa ini, maaf kak bisa saya bantu?"
Sinta datang membantu menenangkan suasana yang sedikit ricuh.
"Kamu ownernya?"
"Maaf kak bukan,tapi apa saya boleh tahu apa yang sedang terjadi?"
"Kamu buta ya, liat apa yang sudah di lakukan temanmu ini,cepat panggil owner kamu kemari, saya tidak ada waktu"
Sinta melihat baju pelanggan itu memang kotor karena ketumpahan jus tomat. Lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah Annisa yang sedang menunduk.
"Kalau kamu tidak bisa memanggil owner mu, apa kamu bisa mengganti semuanya,harga baju ini sangat mahal, gaji kamu sebulan itu tidak akan bisa membelinya"
"Baik sebentar, saya akan memanggilnya"
"Dari tadi kek,dan kamu jangan kira kamu bisa tenang, karena sebentar lagi kamu pasti akan di pecat, heran deh kenapa di dunia ini ada orang bodoh dan miskin seperti kamu"
"Maaf.. saya Miko, owner restoran ini"
"Ooohh... jadi kamu ownernya,apa kamu tidak bisa memperkerjakan orang yang lebih pintar?liat apa yang sudah dia lakukan,sebagai pelanggan tempat ini, apa kamu bisa mempertanggungjawabkan nya?"
"Berapa yang harus saya ganti"
"Uwoww.. saya sangat suka gayamu, emm.. aku hanya ingin orang ini di pecat,karena dia tidak bisa bekerja"
Annisa yang ditunjuk, merasa tertekan, dia menggeleng seolah berkat jangan lakukan itu.
"Ada lagi yang Anda inginkan, sebagai pengganti kerugian anda, apa saya harus menggratiskan semua makanan yang sudah anda makan?"
"Boleh juga tawaran mu, seolah restoran ini adalah restoran bintang 5,tapi pelayanannya sungguh jelek"
"Saya akan melakukannya jika itu menyangkut bisnis saya, tapi apakah lupa kemarin anda datang dan membuat keributan yang sama?"
"Apa maksud kamu?"
"Kemarin.. 3 hari yang lalu anda datang kemari bersama teman anda yang mengaku dompetnya ketinggalan,itu semua adalah perbuatan anda yang sengaja ingin menjebak karyawan saya, tapi karena karyawan saya yang satu ini, dia pintar maka usaha anda gagal, maaf saya tidak bisa memecatnya"
"Kamuu..."
"Kenapa,apakah anda mengira saya tidak tahu jika anda sengaja melakukannya,dasar licik!