Angga merupakan penipu ulung. Dia juga bekerja sebagai dubbing. Suatu hari adiknya Angga meninggal secara tidak wajar di sekolahnya. Angga lantas ingin membuktikan bahwa sang adik tidak bunuh diri.
Alhasil Angga turun tangan sendiri. Ia masuk ke sekolah adiknya dengan penyamaran sempurna. Dengan keahlian merubah suaranya, Angga bisa sangat mudah mengelabui semua orang. Bahkan para guru di sekolah khusus perempuan dimana adiknya bersekolah. Angga akan mencari siapa saja orang-orang yang bertanggung jawab atas kematian adiknya.
Namun siapa yang menduga? Angga harus terjebak dengan beberapa gadis. Bahkan salah satu gadis yang terlibat dengan kasus kematian adiknya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9 - Berdebar
Angga baru saja masuk ke kelas. Dia langsung duduk ke kursinya. Saat itu atensi Angga langsung tertuju pada Acha yang tampak gelisah.
"Gimana dong, Ya? Nanti aku pasti dihukum," keluh Acha. Dia tampak ingin menangis.
"Kau kenapa, Cha?" Angga yang penasaran, lantas bertanya.
"Ini, Gi. Baju olahragaku sobek. Benar-benar nggak bisa dipakai lagi. Nanti pasti Bu Fira menghukumku. Dia salah satu guru killer di sini," sahut Acha.
"Coba pinjam ke temanmu yang ada di kelas lain," usul Angga.
"Gi, di sini tuh setiap kelas warna bajunya beda-beda kali!" balas Yaya.
"Benarkah?" Angga menaikkan kedua alisnya. Dia melanjutkan, "emang biasanya hukuman seperti apa yang dikasih sama Bu Fira?"
"Kalau nggak pakai baju olahraga biasanya disuruh lari keliling lapangan," jawab Yaya.
"Aduh... Gimana dong? Aku bakalan sakit pasti..." Acha semakin gelisah. Dia menjatuhkan wajahnya ke meja.
"Sakit? Apa kau punya penyakit?" tanya Angga.
"Nggak, Gi. Acha tuh emang begitu. Dia biasanya akan sakit kalau kecapekan," tanggap Yaya.
"Terus bilang aja sama Bu Fira. Pasti diberi keringanan," saran Angga.
"Nggak bisa. Kau nggak tahu Bu Fira itu bagaimana," balas Yaya.
Angga lantas terpikirkan ide bagus agar bisa mengulik informasi mengenai kematian Silvia. Ia membuka tas ransel dan mengambil baju olahraganya.
"Nih! Pakai punyaku saja deh," ujar Angga.
Pupil mata Acha membesar. Dia tentu kaget dengan tawaran Angga tersebut.
"Nggak usah, Gi. Nanti kau yang kena hukum. Aku nggak mau--"
"Sudah! Pakai saja. Lari keliling lapangan bukan masalah buatku," potong Angga memaksa. "Ayo ambil!" desaknya.
"Ya sudah kalau begitu." Acha perlahan mengambil baju olahraga yang disodorkan Angga.
Saat jam olahraga, Angga harus rela dihukum keliling lapangan tujuh kali. Bagi seorang cowok, tentu itu tak masalah. Apalagi jika di sekolahnya Angga biasanya disuruh keliling lapangan dua puluh kali.
Dari kejauhan, Acha terus mengalihkan pandangannya ke arah Angga. Entah kenapa jantungnya berdebar saat menatap cowok yang dirinya tahu adalah cewek itu.
Acha memegangi dadanya. Dia langsung menggeleng. "Apa yang kupikirkan?" gumamnya yang merasa kalau perasaannya tidak normal.
"Kau kenapa?" tanya Yaya.
"Enggak. Aku nggak apa-apa," sahut Acha.
"Kasihan Anggi. Dia ternyata setia kawan. Kau harus mentraktirnya makan saat istirahat pertama nanti. Oh iya, belikan dia minuman gih! Lagian jam olahraga kita sudah selesai," kata Yaya mengusulkan.
"Kau benar." Acha segera beranjak ke kantin untuk membeli minuman. Namun langkahnya terhenti karena Yaya ternyata tidak mengikutinya.
"Ya! Kau tidak ikut?" tanya Acha.
"Aku kebelet. Kau sendiri aja ya," sahut Yaya yang langsung berlari pergi.
Acha mendengus kasar. Dia lantas membeli minuman seorang diri. Selanjutnya, dia menemui Angga ke lapangan. Cowok itu tampak sudah selesai dengan hukumannya. Angga langsung terduduk ke tanah dengan nafas tersengal-sengal.
Acha menatap Angga dari kejauhan. Awalnya dia merasa kasihan. Akan tetapi debaran jantungnya perlahan kembali muncul.
"Enggak! Enggak! Kau normal, Cha! Dia melakukannya karena menganggapku sebagai teman baik. Ini bukan debaran apapun." Acha mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Dia segera mendekati Angga.
"Kau pasti haus. Maaf dan makasih banyak ya," ungkap Acha sembari memberikan sebotol minuman segar.
"Sama-sama..." Angga menjawab dengan nafas yang ngos-ngosan. Keringat tampak membasahi seluruh tubuhnya.
Jantung Acha kembali berdegup kencang. Dia benar-benar tak bisa menghentikan reaksi alami tersebut.
"Kau keren sekali." Tanpa sadar Acha berucap begitu. Buru-buru dia menutup mulutnya dengan tangan. "Tidak! Maksudku kau teman yang baik," ralatnya.
"Tapi apa yang kulakukan padamu ini tidak gratis," ucap Angga.
"Tidak gratis?" Acha cukup terkejut.
"Aku ingin kau membayarnya dengan informasi," balas Angga.
"Informasi apa?" tanya Acha.
Angga lantas berdiri. Dia berjalan menghampiri Acha. Perlahan Angga dekatkan mulutnya ke telinga gadis itu. Maka semakin dibuat guguplah Acha.
'Dia benar-benar tomboy. Bau badannya aja kayak bau badan abangku. Kayak bau cowok. Maskulin sih,' batin Acha.
Aries da kerjaan utkmu, menjinakkan singa betina 😅
lah jangan diserahkan ke aries... entar aries digoda sama Luna dan dilepaskan deh...😅
Andin yg kalem, kira2 menghanyutkan gak ya???
semua ikut edaann... 😂😂😂