NovelToon NovelToon
Satu Malam Panas Bersama Mu

Satu Malam Panas Bersama Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / CEO / One Night Stand / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ain Izza

Daffa bertemu lagi dengan wanita yang meninggalkannya setelah menghabiskan malam panas bersama lima tahun yang lalu dan sedang menggandeng seorang anak laki-laki yang mirip dirinya!
Selama itu pula, Daffa berusaha mencari dia dan diliputi rasa bersalah atas apa yang menyebabkan wanita itu pergi, dan kini Daffa bertekad untuk tidak melepaskannya lagi. Namun, ternyata wanita itu tidak menginginkannya.
Daffa harus berjuang untuk menyakinkan Desi akan cintanya dan juga mencari restu dari orangtuanya yang telah merencanakan perjodohan untuk dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ain Izza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Trush me, I'm yours

Desi POV.

Senin pagi aku kembali berkutat dengan setumpuk pekerjaan yang selalu saja menungguku.

Setelah tadi pagi Kak Daffa memaksaku untuk diantar oleh dia, padahal jelas-jelas mobil Pak Raka sudah standby di depan rumahku. Tentu saja aku menuruti apa keinginan Kak Daffa  karena dia orangnya selalu memaksa.

Dengan sangat sungkan aku meminta maaf tidak bisa bareng dengannya.

Ya walaupun jujur dalam hati aku lebih senang diantarkan oleh Kak Dafa daripada Pak Raka, karena memang perasaanku kepadanya tidak berubah sedikitpun dari dulu hingga sekarang.

Jadilah Pak Raka akhirnya mengantar ibu dan Gala pergi ke sekolah.

"Aku gak mau pulang kalau pagi ini kamu gak mau aku antar !"

Kira kira begitulah kata-kata kak Daffa tadi pagi yang merengek seperti anak kecil.

Aku sendiri sebenarnya merasa tak enak dengan Pak Raka, apalagi saat ini dia tengah menatapku di balik tirai kaca yang memang menjadi sekat antara ruangan staff dan direktur.

Sedari tadi dia masuk ke kantor hingga saat ini sudah jam setelah istirahat, beliau masih saja menatapku dengan tatapan yang mungkin bisa diartikan tatapan kekecewaan atas kejadian tadi pagi.

Aku berusaha mengabaikan tatapannya itu hingga akhirnya earphone di mejaku berdering dan Pak Raka menyuruhku untuk ke ruangannya.

Aku pun menghela nafas dan menghembuskannya pelan dengan langkah yang agak malas aku melangkahkan kakiku ke ruangannya. Ku ketuk pintu yang bertuliskan ruang direktur kemudian terdengar sahutan suara berat seorang laki-laki dari dalam menyuruhku untuk masuk.

Aku membuka pintunya dan segera lah terpampang suasana yang begitu indah estetik dan suasana menenangkan dari wangi aromaterapi yang menguar di ruangan ini.

"Permisi Pak, bapak manggil saya?" ucapku sambil aku menatapnya sekilas kemudian kutundukkan lagi pandanganku.

"Duduk dulu des, ada yang perlu saya bicarakan."

Aku pun duduk di kursi yang bersebrangan dengannya.

"Sekitar dua hari lagi saya akan meeting dengan klien baru yang ada di Jakarta dan saya harap kamu bisa menemani aku untuk menggantikan Linda yang sedang cuti."

Aku termangu mendengar kata-katanya. Sebenarnya masih ada asisten manajer yang cocok untuk menggantikan sekretarisnya yang sedang cuti itu, tapi aku tahu itu hanya alasan Pak Raka saja, karena dia suka sama aku.

Aku menghela nafas  pelan. Bagaimanapun juga aku tidak bisa memaksakan perasaan ini, apalagi sekarang aku sudah bertemu kembali dengan Kak Dafa. Rasa cintaku padanya semakin menjadi jadi, dan mengikis ruang di relung hatiku yang sebenarnya mulai terbuka sedikit untuk Pak Raka.

Dan jika Kak Daffa tahu aku pergi bersama Pak Raka, entah apa yang akan terjadi padaku selanjutnya. Dia pasti akan marah atau bahkan kecewa berat.

Aku mendongakkan kepala dan melihat Pak Raka yang sedari masih menatapku.

"Bagaimana kalau misalkan Bu Sinta saja pak yang menemani Bapak bertemu klien di Jakarta? Soalnya saya tidak bisa meninggalkan Gala Pak." Aku menyarankan agar Asisten Manager ku itu yang menemaninya pergi ke Jakarta, Apalagi asisten mengajarku yang bernama Bu Sinta itu memang masih lajang juga. Jadi kupikir Beliau juga pasti mau untuk menemani Pak Raka pergi ke Jakarta.

Tentu saja tidak akan ada yang menolak dengan pesona Pak Raka. Dia berwajah blasteran dengan tinggi badan yang proporsional, wajahnya yang putih bersih, serta alisnya yang tebal yang seolah menambah kesan tegas dari dalam dirinya.

Tapi entah kenapa itu semua tidak berlaku untukku. Hatiku sudah terkunci oleh satu kata yaitu Kak Dafa. Dari dulu, sekarang, dan mungkin selamanya.

Pak Raka terlihat menghela nafas dan tatapannya sendu menatap ke arahku.

"Bukankah kamu pernah menemani saya dinas ke luar kota juga sebelumnya Des? Kenapa kali ini kamu menolak? Apa karena laki-laki yang kemarin datang ke rumah kamu itu?"

"Mohon maaf Pak saya tidak bisa menceritakan hal pribadi saya di tempat kerja."

"Tolong Des, kali ini saja, saya butuh kamu yang menemani." Wajah Pak Raka yang meminta penuh harap.

Dilema rasanya mendengar kata-katanya. Tidak aku pungkiri, banyak sekali kebaikan-kebaikannya yang sudah dia berikan kepadaku.

Di saat dulu aku tidak punya pekerjaan, dia menawarkanku menjadi salah seorang staff di perusahaannya. Itu sungguh-sungguh keajaiban untukku bisa bekerja di perusahaan sebagus ini, apalagi dulu aku hanya kuliah di universitas terbuka karena terkendala biaya.

Dan dia juga yang waktu itu meminjamkan uangnya agar aku bisa men down payment sebuah rumah yang saat ini aku tinggali bersama ibu dan Gala.

Karena dulu kami hanya tinggal di sebuah kontrakan kecil dan itu tempatnya kurang nyaman. Dengan baik hatinya aku yang masih karyawan baru entah kenapa Pak Raka sangat percaya kepadaku hingga meminjamkan uang puluhan juta untukku.

Dia bilang dia ingin membantuku atas dasar atasan dan bawahan, namun itu semua ternyata hanya alibinya.

Lama-kelamaan dia lebih berani menampakan rasa sukanya padaku hingga dia seringkali menjemput atau mengantar aku kerja juga Gala dan Ibu yang sering sekali diantarkan ke tempat sekolah.

Sebenarnya aku sudah menolak semua itu, namun beliau besi kukuh melakukannya dengan sangat tulus. Dan sudah berkali-kali beliau mengungkapkan rasa cintanya padaku, tapi  berkali-kali juga aku menolak nya dengan alasan aku belum ingin membina sebuah hubungan karena trauma di masa lalu, dan dia juga memahami itu.

Dia bilang dia akan menungguku. Aku berusaha membuka hatiku untuknya karena perintah dari ibu juga, Ibu ingin melihat aku bahagia dengan memiliki suami dan Gala memiliki seorang ayah.

Menurut ibu, Pak Raka itu sudah lebih dari cukup untuk ku. Beliau sudah mapan secara finansial, wajahnya juga tampan, dan paling penting dia mencintaiku dengan tulus.

Dan saat aku mulai berusaha membuka hati ku untuk Pak Raka, disaat itu pula aku bertemu kembali dengan Kak Daffa. Itu yang membuat aku kembali tidak bisa membuka hatiku untuk pria lain.

"Des !" panggil Pak Raka yang membuyarkan lamunanku.

"Kamu boleh pikirkan dulu permintaan saya, karena saya juga tidak akan memaksa kamu kalau memang kamu keberatan." ucap Pak Raka kemudian.

"Ah iya pak... Biar saya pikirkan dulu, permisi." ucapku dan segera ku langkahkan kakiku keluar dari ruangan Pak Raka.

Aku mendudukkan diriku dengan agak kasar. Lantas aku melihat ponselku yang sejak tadi aku abaikan dan ku mode silent.

Sudah ada puluhan Chat dan panggilan tak terjawab dari Kak Daffa. Aku pun menekan nomornya dan melakukan video call sambil jemariku yang menari nari di atas keyboard.

Di dering ketiga, barulah Kak Daffa menerima panggilan nya.

"Dari mana aja sih yang"

"Desi banyak kerjaan Kak. Tadi hp nya lupa mode silent."

"Aku tuh kangen sama kamu." ucap Kak Daffa dengan wajah gusar nya.

Aku pun terkekeh. "Baru juga tadi pagi kita ketemu kak."

"Iya pengennya kan selalu deket sama kamu."

"Bertahun tahun jauh dari Desi, nyatanya juga bisa kan.?" ucapku pelan.

"Ck... itu beda." jawabnya membuat aku terkekeh. Tiba-tiba aku teringat dengan permintaan Pak Raka tadi.

"Kak... Desi mau minta pendapat kakak."

"Apa sayang?"

"Desi di suruh ikut ketemu klien baru di Jakarta, menurut kakak Desi ikut atau gak ya tawaran itu."

"Apa?? Ke jakarta? Ya ikut lah sayang... Nanti kita kan bisa ketemuan disana." jawaban Kak Daffa sama sekali tidak terfikirkan olehku.

Benar juga ya, nanti aku bisa bertemu dengannya. Aku pun tersenyum.

"Oke deh... Nanti Desi bilang ke atasan Desi." ucapku bersemangat.

"Wait wait... Atasan? maksud kamu Si Raka itu?"

"Iya atasan Desi kan dia kak."

"Berarti kamu pergi berdua sama dia?" tanya Kak Daffa seperti tak terima.

Aku menghentikan tanganku yang sedang mengetik di keyboard.

"Kak... Kakak percaya kan sama Desi? Desi kan udah berkali kali bilang kalau Desi mau sama Pak Raka, udah dari dulu Desi nikah sama dia. Nyatanya enggak kan?" jawab ku memberi penjelasan kepadanya.

Kak Daffa pun akhirnya tersenyum manis sembari menatapku.

"Maaf jika aku terlalu overprotective sama kamu."

"It's okay kak, just trust me. I'm yours." balasku membuat dia semakin melebarkan senyumnya.

Setelah Kak Daffa mematikan teleponnya, gegas aku menuliskan pesan kepada Pak Raka perihal aku yang menerima ajakan nya.

Aku menekan kirim, dan saat itu juga pesanku langsung ceklis dua biru. Pak Raka benar- benar sedang menunggu pesan dariku.

Aku melirik ke tirai kaca dan bisa melihat wajahnya yang tersenyum manis ke arahku.

Aku menundukkan kembali pandanganku dan ku lanjutkan lagi pekerjaanku yang hampir selesai ini.

1
muna aprilia
lnjut
Tasbih cinta: Ditunggu ya🥰
total 1 replies
Putra Putri
gmna lanjutin nya dia ke buru hilang crta nya
udh di cri² nggak ketemu crta yg tdi
Tasbih cinta: Di ketik aja di pencarian kak, Satu malam panas bersama mu... Terus ceritanya di tambahin ke rak kak.
total 1 replies
Joko Castro
Ceritanya memukau, jangan berhenti menulis ya author!
Yukishiro Enishi
Nggak bisa bayangkan hidup tanpa cerita dan karakter dalam karya ini!
Samsul Huda
cerita ini sangat menarik, semangat kak, lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!