NovelToon NovelToon
Lebih Dari Dia

Lebih Dari Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kravei

Leo Evano mencintai Bianca Anulika di hari pertama dia menatapnya. Namun, Bianca memiliki pria yang dia cintai bernama Gavin.
Padahal Gavin tidak mencintai Bianca sebaik yang dia harapkan, tapi Bianca bersikeras ingin setia terhadapnya.
“Sampai dia membuatmu menangis, aku bersumpah aku akan merebutmu darinya. Saat itu, aku tidak akan takut kau benci. Aku akan melakukan apa pun untuk menyeretmu keluar dari rumahnya.” Itu adalah apa yang Leo tanamkan dalam hati dan hari itu pun datang. Leo memantapkan diri, membuktikan dia bisa memperlakukan Bianca lebih dari pria yang dia cintai. Berharap bahwa Bianca akan segera mencintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kravei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terlalu Dekat

Hp! Tentu saja. Bianca menepuk-nepuk saku celana hingga badan tapi malah menyadari hpnya hilang entah sejak kapan. Sekali lagi! "Keren, Bianca!" Selesai menggerutu, Bianca terdiam memikirkan berapa persen kemungkinan Leo mengambil hpnya lagi? "Sudah pasti dia, tidak mungkin ada yang lain." Bianca berpikir demkian karena sebelumnya, Leo pun melakukan hal yang sama.

Mengomel membuat Bianca lelah. Dia mengambil duduk di pinggir ranjang guna menenangkan diri. Seketika saja suasana menjadi hening. Dia berbaring untuk mengistirahatkan diri, tapi malah berakhir ketiduran.

Sementara itu, Leo masih di posisi awalnya, duduk menyilang kaki sembari menopang pipi. Tangannya yang lain memainkan hp Bianca yang dia ambil tanpa sepengetahuan sang pemilik. Perhatiannya pecah dikala hp dalam saku celananya berdering. Nama Ian terpampang ketika dia melihatnya. Leo menekan tombol hijau dan sang penelepon langsung berbicara, "kau tidak akan datang?"

Ian tidak usah menyebut lokasi karena Leo tahu persis di mana Ian berada dari suara hentakkan bass yang kuat. "Tidak, kenapa?"

"Tadi Gavin mengamuk dan membanting barang. Aku perlu seseorang untuk ganti rugi." Dan Ian tidak bisa memikirkan orang lain kecuali Leo, pelaku utama yang membuat Gavin mengamuk dan dirinya ditahan.

"Apa yang terjadi?"

"Tidak ada. Kami hanya sedang berbincang dan aku memberitahunya aku tak sengaja bertemu Bianca dua bulan lalu di rumahmu pagi-pagi. Gavin mengamuk, membanting gelas dan barang dan pergi begitu saja. Aku sudah dua jam ditahan, bisa kau segera datang?"

Leo tak bisa pergi karena tak bisa meninggalkan Bianca sendiri. Jadi, dia mematikan panggilan setelah berkata, "aku akan melakukan panggilan telepon.”

Hanya satu panggilan dan Ian diizinkan pergi, masalah selesai. Ah, Leo punya satu pekerjaan lagi. Dia menelepon Gavin menggunakan hp Bianca tapi tidak ada yang mengangkat.

Itu dikarenakan Gavin telah terlelap setelah mengamuk dan menghancurkan seisi kamar.

Pukul empat pagi saat kesadaran Gavin perlahan kembali. Dia merubah posisi menjadi duduk dan menyentuh kepala yang berat dan sakit. Butuh beberapa menit untuk Gavin mengumpulkan nyawa dan menyadari apa yang telah terjadi sebelumnya hingga membuat kamarnya berantakkan.

"Bianca...," gumamnya. Spontan Gavin menyambar hp dari atas ranjang, dia terdiam dikala menyadari Bianca dan Leo meneleponnya masing-masing dua kali. "Untuk apa mereka menelepon aku?" pikir Gavin. Mengingat mereka berdua membuat Gavin marah tapi di sisi lain, rasa penasarannya membesar.

Gavin memutuskan untuk menekan nama Leo dan meneleponnya. Tidak dibutuhkan waktu lama, Leo dari seberang sana mengangkat. "Kau sudah sadar?" tanya Leo, berbicara dan bersikap seolah-olah tidak ada yang salah. "Aku dengar kau mengamuk di club."

Gavin tidak langsung menanggapi tapi menyentuh kepalanya yang kembali berdenyut. Dia duduk di pinggir ranjang sebelum bergumam, "biasanya kau adalah orang yang akan aku hubungi di saat-saat seperti ini." Gavin sangat marah tanpa tahu bagaimana cara menunjukkannya. Temannya yang selalu mendengarkan keluh kesahnya baru saja berbalik menjadi seorang penikam yang mengartikan hubungan pertemanan mereka telah berakhir. Mulai dari detik ini hingga hari berikutnya, mereka tidak akan pernah bisa lagi duduk dan berbicara selayaknya seorang teman.

Leo tidak merespon tapi mengalihkan pembicaraan, "aku meninggalkan sesuatu di depan pintu. Pergi dan lihatlah."

Gavin pergi ke bagian depan rumah seperti mau Leo. Dia menarik knob pintu dan melihat barang yang Leo singgung adalah sebuah amplop coklat persegi di lantai.

"Apa ini?" Gavin menyambar amplop itu dan membuka tutupnya, betapa terkejut dia di saat mengetahui bahwa ternyata isinya merupakan surat perceraian. Gavin melonggo. Pertama, dia tidak pernah menyangka Bianca akan berselingkuh dengan Leo dan kini, memberikan surat cerai yang entah sejak kapan sudah disiapkan? Apa Bianca memang sudah mempertimbangkan untuk meninggalkannya? Pikir Gavin.

Leo berbicara, membuyarkan lamuan Gavin. "Kau hanya perlu melukis tanda tangan dan tinggalkan saja di sana, seseorang akan mengambilnya nanti."

Ketenangan Leo dalam berbicara membuat rahang Gavin mengeras. Dia mengepal tangan hingga amlop dan kertas di tangannya ikut teremas. "Kau ... kalian benar-benar berpikir aku akan membiarkan kalian begitu saja setelah apa yang kalian lakukan? Aku bisa menuntut kalian asal kau tahu itu!"

"Kau boleh melakukan apa pun yang kau mau, aku tidak melarang."

Amarah Gavin meletup-letup dibuat respon santai Leo. Ingin hati dia membanting hp tapi mengingat dia hanya punya satu, niat itu pun diurungkan. "Aku akan memberitahu orangtua Bianca atas apa yang telah dia lakukan. Mereka tidak akan membiarkannya begitu saja." Hanya itu yang bisa Gavin katakan untuk mengancam, berharap mertuanya akan merasa malu dan marah pada sikap Bianca, tapi Leo malah menantangnya.

"Beritahu semua orang. Aku akan berterima kasih karena aku tidak harus melakukannya." Setelahnya, Leo mematikan panggilan.

"Halo, Leo?! Leo" Gavin meremas hp seolah-olah ingin menghancurkannya, kemudian amarah itu dia lampiaskan dengan cara menyobek-nyobek surat di tangannya hingga hancur lebur. "Keparat!"

Sementara itu, akhirnya Leo beranjak dari posisinya. Dia menguap lebar sembari meregangkan otot-otot kaki yang terasa kaku. Dia diam-diam memasuki kamar di depannya, meletakkan hp Bianca di atas meja naskas.

Bianca tertidur tanpa mematikan lampu, jadi Leo bisa melihatnya dengan jelas. Wajah manis Bianca menghilangkan kejengkelannya dalam sekejap mata, tak sengaja senyuman pun hadir.

Perlahan-lahan Leo berpindah duduk di pinggir ranjang tanpa mengalihkan pandangan dari wajah Bianca. Dia menyingkirkan helaian rambut yang menutup wajahnya dan menyentuh keningnya perlahan menggunakan jari telunjuk.

Rasanya sangat menyiksa karena Leo tidak bisa menatap Bianca tanpa memiliki niat untuk menciumnya. Karena itu, dia berdiri.

Alis Bianca bergerak tak nyaman. Dia merubah posisi menjadi menyamping dan matanya terbuka. Pandangannya terarah lurus ke jendela yang ditutup tirai putih, kemudian dia menyadari langit malam telah berubah terang. Suara-suara siul burung membuat Bianca melebarkan mata dan buru-buru beranjak meninggalkan kasur.

"Oh, sial. Aku ketiduran!" Tentu itu bukan rencana Bianca. Dengan segera Bianca meninggalkan kamar dan menyadari Leo tidak lagi menghalangi pintu. Bianca turun menyusuri tangga tapi acara berlarinya berhenti dikala dia menemukan Leo di ruang tamu, telah berpakaian rapi, celana jeans hitam dipadukan tshirt merah. Ada koper bewarna hitam di sampingnya.

"Kau sudah bangun," sapa Leo dengan senyuman manis. "Kita harus pergi sekarang atau kita akan terlambat," tambahnya setelah melirik jam di pergelangan tangan kiri, pukul 07.23.

"Tidak, tidak." Bianca menggelengkan kepala dan mengambil satu langkah mundur. "Aku tidak tahu ke mana kau berniat pergi tapi aku tidak ikut!" Bianca merasa seperti tengah diculik dan akan dijual ke luar negeri. Ketakutan itu membuatnya berlarian kembali ke lantai atas.

Leo menghela nafas dibuatnya. "Kemari, Bianca!" Dia segera mengejar dan berhasil menyusul dengan cepat.

"Aku tidak mau!" tegas Bianca, dia menutup pintu dengan niat mengunci tapi Leo menyelipkan sandal berbulunya terlebih dulu membuat pintu tidak bisa ditutup. "Aku tidak peduli ke mana kau akan pergi tapi aku tidak mau ikut!"

"Oke, baik, baik. Tidak usah ikut, tapi berhenti mendorong. Kakiku terjepit," dusta Leo. Ekpresi kesakitan di wajahnya membuat Bianca spontan berhenti mendorong. Pintu terbuka dikala dia mengambil dua langkah mundur.

"Kau--" Bianca terjeda, merasa bodoh setelah ditipu oleh ekpresi kesakitan Leo. Raut wajahnya berubah normal secepat kilat memberitahu bahwa dia tidak benar-benar kesakitan.

"Hm?" Leo mendekat membuat Bianca mengambil langkah mundur, mengikuti langkah kakinya. Niat Bianca menjauh tapi dia malah mendekati jalan buntu. "Aku kenapa?"

"Kau akan terlambat bila tak segera pergi," kata Bianca dengan niatan mengusir sang pemilik rumah. "Bisakah kau berhenti mendekat?" pintanya yang akhirnya terpojok di dudut kamar, tidak bisa pergi ke mana pun dan terkurung selayaknya tikus.

Leo meletak tangannya tepat di samping telinga Bianca dan menatapnya lekat. Buru-buru Bianca menunduk untuk memutus kontak mata, dia kesulitan menelan ludah dan jantungnya berdetak terlalu kencang. Takut? Panik? Bianca tidak tahu tapi jarak mereka yang terlalu dekat membuatnya bisa merasakan hembusan nafas Leo.

"Bianca ..., kau …"

1
Jennifer Alexander
thorr semangat thorr aku di sini menunggu kelanjutan ceritanya /Drool//Smirk/
Kravei: Thank uuu🥰🥰🫶
total 1 replies
Masdi Masdi
sebenarnya AQ merasa Gavin GX cinta hanya merasa terbiasa aja jdi GX mau kehilangan. kalo Leo itu cinta Krn sebegitu terluka nya pun dia berusaha keras untuk tetap bertahan dgn hati tentunya tidak baik² saja untung nya GX sampai gila. di pertahankan pun selamanya Bianca tx akan pernah bahagia.
Kravei: Hihi wajib nantikan flashback di mana Leo galau parah karena Bianca mau persiapan nikah xixi
total 1 replies
Masdi Masdi
hai,,,salam kenal kak... rajin² update ya kak,agar kita GX lupa alur ceritanya.... sampai disini cerita nya bagus banget. AQ suka.🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Kravei: Siap, Kak … bakalan ditambah babnya kalau makin ramai
Makasih karena sudah meninggalkan komentar🥰<3
total 1 replies
Jennifer Alexander
thorr lanjutin ya ceritanya..ada aku di sini yg selalu menunggu kelanjutannya.. ceritamu bagus...kalo episode nya lebih banyak pasti lebih banyak yg baca /Smirk/
Kravei: Hihi makasih banyak, Kak🥰 nanti kalau makin rame, babnya ditambah juga yaaa <3
total 1 replies
Jennifer Alexander
lanjutkan thorr aku menunggu karyamu /Applaud//Kiss/
Jennifer Alexander
lanjut Thor aku sukaaa bangettt
Jannah Sakinah
Semangat Thor nulisnya. rajin update ya. hehehe
Bening Hijau
ikut event dong cerita ini bagus banget
Bening Hijau
sama q juga pecinta second lead
Bening Hijau
bagus banget alur nya
Bening Hijau
bagus banget
Kravei
Hi, salam kenal, Kak🥰
Amelia
halo salam kenal ❤️🙏
Mưa buồn
Jujur aja, ini cerita paling baik yang pernah aku baca.
Kravei: Awww thank you, Akak🥰
total 1 replies
Fatima Rubio
Wah, cerita yang luar biasa! Semangat terus author!
Kravei: Hi, Kak
Makasih ya🥰
Jangan lupa dilika dan follow supaya tidak ketinggalan!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!