"Jordan, sebaiknya kita bercerai saja. Aku bukan wanita yang sempurna untukmu, aku mandul dan tidak bisa memberimu keturunan. Mama, telah mencarikan jodoh yang terbaik untukmu, yang bisa memberimu keturunan, bukan wanita sepertiku yang tidak sempurna." (Celine)
"Bodoh!! Aku tidak peduli dengan opini orang lain tentang dirimu. Memiliki anak dalam rumah tangga memang penting, tapi bagiku tidak ada yang lebih penting daripada dirimu. Jangan menilai sendiri dirimu dengan kalimat-kalimat bodoh seperti itu, kau tidak mandul, hanya saja Tuhan belum mempercayai kita untuk menjaga titipannya. Celine, dengarkan aku, sampai kapanpun aku tidak akan pernah meninggalkanmu!!" (Jordan)
Celine merasakan dunianya runtuh ketika dokter mendiagnosa jika dirinya tidak akan pernah bisa hamil dan melahirkan. Hati wanita mana yang tidak hancur mendengar kabar tersebut. Dengan air mata yang bercucuran, dia meminta Jordan untuk menikah lagi, namun dengan tegas Jordan menolaknya karena dia sangat mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10: Jangan Menghinanya
Setiap tahun, elit bisnis global berkumpul dalam acara tahunan yang prestisius. Di antara mereka, Jordan, seorang pemimpin bisnis yang dikenal dengan sikap dinginnya. Di tengah kerumunan, dia lebih suka berdiam diri, mengamati dengan cermat daripada harus berbasa-basi.
Tatapannya tajam dan serius, mencerminkan kepribadian yang tegas dan efisien. Meskipun jarang bicara, kehadirannya selalu menarik perhatian, menunjukkan posisinya dan otoritas yang melekat padanya sebagai pemimpin yang dihormati di dunia bisnis internasional.
Saat sedang berada di tengah kerumunan, Jordan tiba-tiba dihampiri oleh seorang wanita cantik yang membawa gelas berisi minuman beralkohol. "Tuan Lu, aku perhatikan kau sendirian saja, bagaimana kalau aku menemanimu minum?" tawar wanita itu sambil mengangkat gelas di tangannya. Dia adalah Adelia, salah satu tamu kehormatan di acara tersebut.
Jordan dengan kasar menyentak tangan wanita itu dari bahunya. "Jangan berani-beraninya kau menyentuhku, jika tidak ingin aku patahkan lenganmu!!" ucapnya dengan sinis. Sikap tegasnya menunjukkan bahwa dia tidak suka disentuh oleh wanita lain selain Celine.
Jordan kemudian mengambil langkah menjauh, meninggalkan Adelia yang terkejut dan tersinggung dengan sikapnya. Belum ada sejarahnya jika seorang Adelia ditolak mentah-mentah oleh lawan jenisnya. Dan Jordan adalah pria pertama dan satu-satunya yang berani menolak dirinya.
"Jordan Lu, kau benar-benar sangat menarik."
🌺🌺🌺
Celine melirik jam di dinding kamarnya. Sudah pukul 21.00 malam, namun tidak ada tanda-tanda kepulangan Jordan. Jordan sebelumnya telah memberitahunya bahwa dia akan pulang terlambat malam ini karena menghadiri acara tahunan, sebuah agenda rutin yang tidak bisa dihindari setiap tahunnya.
Celine pergi ke balkon kamarnya. Malam ini langit tampak cerah dan bintang berhamburan memenuhi langit malam. Bulan berada di singgasananya yang gemilang, menerangi bumi dengan lembutnya.
Disisi lain...
Jordan sedikit terganggu oleh obrolan tidak penting dari dua rekan bisnisnya. Dia merasa jengah dengan situasi semacam ini, di mana waktu berharga terbuang percuma dalam percakapan yang tak berarti. Rasanya dia ingin segara pulang dan menghabiskan malamnya bersama dengan Celine.
"Oya Tuan Lu, saya dengar istri Anda belum hamil sampai sekarang, bukankah kalian berdua sudah menikah selama 3 tahun, atau mungkin jangan-jangan dia mandul?" ujar salah satu rekan bisnis Jordan dengan nada enteng.
Jordan merasakan amarah meluap di dadanya. Kata-kata itu menusuknya seperti pedang. "Kenapa kau berani mengatakan sesuatu yang tidak berhubungan denganmu?" jawab Jordan, suaranya penuh dengan ketus.
Rekan bisnisnya hanya tersenyum sinis. "Saya hanya bertanya, tidak perlu marah. Tapi bagaimana pun juga, sebagai pria tentu Anda ingin memiliki keturunan untuk meneruskan garis keturunan, bukan?" tambahnya dengan nada meremehkan.
Jordan merasa semakin geram. Dia mencoba mengendalikan diri agar tidak meledak. "Ini urusan pribadiku dan tidak ada hubungannya denganmu. Dan aku tidak akan membiarkanmu atau siapapun membicarakannya!" ucap Jordan dengan tegas, tatapannya menusuk tajam ke arah rekan bisnisnya tersebut.
Atmosfer ruangan menjadi tegang setelah pertanyaan itu dilemparkan dengan begitu enteng. Semua orang bisa merasakan amarah dan emosi yang memuncak di dalam Jordan. Matanya memerah, tangannya terkepal kuat.
"Tuan Lu, tenanglah," bisik salah satu rekan bisnis Jordan dengan nada penuh perhatian. Dia mencoba menenangkan Jordan yang sedang diliputi amarah.
"Sialan, siapa yang memberi hak pada mereka untuk bertanya tentang hal itu?" Jordan menghela napas, mencoba menenangkan diri.
Yang lainnya turut menganggukkan kepala. "Benar sekali, itu adalah masalah pribadi, dan pertanyaan semacam itu tentu tidak pantas dilontarkan ditengah acara seperti itu. Tidak ada yang perlu ikut campur."
Jordan diam, wajahnya masih memancarkan kemarahan. "Kita bicara soal bisnis, jangan campuri urusan pribadi orang lain," ucapnya tegas, suaranya bergetar oleh emosi yang masih melanda.
Dengan emosi yang masih menyelimuti dirinya, kemudian Jordan meninggalkan ruangan tanpa berkata sepatah kata pun. Baginya, tak masalah apa yang orang lain bicarakan tentang dirinya, tapi dia tidak akan mentolerir jika ada yang sampai membicarakan Celine, apalagi menghinanya.
🌺🌺🌺
Celine iseng membuka setiap laci di kamarnya. Tanpa sengaja, matanya tertuju pada sebuah benda yang membuatnya bergetar hebat. Benda itu mengingatkannya pada masa lalu Jordan yang sudah lama dia tinggalkan.
"Ini, kenapa dia masih menyimpannya?" gumam Celine dengan suara gemetar.
Deru suara mobil yang memasuki halaman sedikit mengejutkannya. Buru-buru Celine mengembalikan benda tersebut ke tempat semula lalu bergegas keluar kamar untuk menyambut kepulangan suami tercintanya.
"Ge..." Seru Celine sambil berlari menuruni tangga, tanpa basa-basi dia langsung melompat ke dalam pelukan suaminya. Kedua kakinya melingkari pinggang Jordan. Celine mulai bersikap manja padanya.
"Maaf, aku pulang terlambat," ucap Jordan sambil membalas pelukan Celine, penyesalan terlihat di kedua matanya. Matanya lembut menatap istrinya yang tampak begitu bahagia melihatnya pulang.
"Celine, apa yang terjadi?" Tanya Jordan, memperhatikan ekspresi cemas di wajah istrinya. Yang tersembunyi dibalik sikap cerianya.
Celine menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, Ge. Aku hanya rindu padamu," ujarnya sambil memeluk leher Jordan dengan erat.
Jordan memeluk Celine lebih erat lagi. "Aku juga merindukanmu, sayang," bisiknya lembut.
Tanpa merubah posisinya, Jordan membawa Celine menuju ruang keluarga lalu mereka duduk di sana. Tangan Celine masih memeluk lehernya. "Kau minum lagi?" tanya Celine, mencium aroma alkohol yang cukup menyengat dari tubuh Jordan.
"Tidak terlalu banyak. Kenapa belum tidur?" Jordan mengalihkan perbincangan.
Celine menatap Jordan dengan ekspresi cemas. "Aku tidak bisa tidur karena khawatir padamu. Apa yang terjadi padamu tadi malam?" ujarnya dengan nada penuh perhatian.
Jordan menggeleng. "Tidak ada apa-apa. Hanya sedikit pusing karena masalah pekerjaan yang menumpuk dan tidak ada habisnya. Bagaimana kalau malam ini kita habiskan bersama?" usul Jordan. Malam begitu dingin, dan dia ingin menghabiskannya dengan Celine.
Celine tersenyum lembut, melihat ke mata Jordan. "Itu ide yang bagus. Aku juga sangat menginginkannya. Tapi sebelum itu sebaiknya kita makan malam dulu, aku melewatkan makan malamku dan menunggumu," ujarnya sambil berdiri dan mulai menyiapkan makanan.
Jordan mengamati Celine saat dia sibuk di dapur. Ada kehangatan dalam dirinya saat melihat istrinya sibuk mengurus segala sesuatu. Sejenak, dunia terasa sempurna. Namun, di balik senyum lembutnya, Jordan bisa melihat kesedihan terpancar dari matanya.
"Celine, apa yang terjadi?" Tanyanya dengan nada lembut.
Celine menghentikan kegiatannya sejenak, mencoba tersenyum. "Ah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Ge. Aku hanya sedikit lelah," jawabnya dengan cobaan menutupi perasaannya.
Jordan mendekatinya dan menggenggam tangan Celine dengan lembut. "Kau tahu, kita bisa berbagi beban bersama. Aku selalu di sini untukmu," ucapnya dengan penuh kelembutan.
Air mata mulai mengalir dari mata Celine. "Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untukmu, Ge. Tapi aku gagal, aku benar-benar tidak berguna sebagai istri" ucapnya sambil terisak.
Jordan menarik Celine ke dalam pelukannya. "Kau tidak pernah gagal bagiku, sayang. Bagiku, kau tetaplah yang terbaik. Aku mohon jangan menangis lagi, Aku paling benci melihat air matamu," katanya sambil mengusap lembut punggung Celine.
Jordan membawa Celine dalam pelukannya. "Kau tidak pernah gagal bagiku, sayang. Bagiku, kau tetaplah yang terbaik. Aku paling benci melihat air matamu," katanya dengan lembut sambil mengusap punggung Celine.
Celine memeluk Jordan erat. "Terima kasih, Ge. Terima kasih karena selalu menjadi tempat perlindunganku," ucapnya sambil mengusap air matanya. Jordan mencium puncak kepalanya dengan penuh kasih. Mereka berdua saling memeluk, menemukan ketenangan dalam kehangatan pelukan satu sama lain.
🌺🌺🌺
BERSAMBUNG
...biar otak'y gk macet,sgl berbuatsn ads konsekuennya
kurang ajar rossa, juga ibunya kakaknya, biar dirasakan pembalasan dr celine 😡😡