ISTRIKU BUKAN WANITA MANDUL
Celine memejamkan matanya sejenak, fokus pada layar laptop yang dipenuhi dengan palet warna dan sketsa desain. Dengan jemari yang lincah, dia menyusun elemen-elemen terakhir dari proyek desain terbarunya untuk klien bergengsi. Di sampingnya, Jordan sibuk berbicara melalui telepon, menangani masalah bisnis dengan sikap yang tenang seperti biasanya.
Setelah beberapa saat, Jordan akhirnya menutup teleponnya dan memalingkan perhatiannya ke arah Celine. Sorot matanya penuh kekaguman saat melihat istrinya yang sedang bekerja dengan sungguh-sungguh.
"Bagaimana dengan proyek barumu, sayang?" tanyanya dengan lembut, suaranya penuh dengan kehangatan dan perhatian.
Celine tersenyum lembut, memalingkan pandangannya sejenak dari layar laptop. "Hampir selesai," ujarnya dengan nada ringan. "Aku hanya perlu memberikan sedikit sentuhan akhir."
"Tentu saja, kau pasti akan membuatnya sempurna seperti biasanya," kata Jordan sambil mendekat dan mencium kening Celine dengan penuh kasih.
Celine tersenyum lebih lebar, merasakan kehangatan dari sentuhan Jordan. Meskipun mereka berdua sibuk dengan pekerjaan masing-masing, momen-momen kecil seperti ini selalu mengingatkan mereka betapa beruntungnya mereka memiliki satu sama lain.
Kemudian Celine melirik ke arah jam di dinding dan menyadari bahwa waktu sudah larut. Dengan gerakan ringan, ia bangkit dari kursinya, meletakkan ponselnya di samping laptop.
"Sepertinya aku harus mulai menyiapkan makan malam," ujarnya, suaranya terdengar ringan namun penuh dengan keputusan
Jordan menatapnya dengan pengertian. "Aku bisa membantumu jika kau mau," katanya sambil berdiri dan mengarahkan pandangannya ke arah dapur.
Celine tersenyum mendengar tawaran itu. "Terima kasih, tapi aku bisa melakukannya sendiri. Kau hanya perlu menunggu, sebaiknya istirahat saja."
Jordan mengangguk. "Baiklah, kalau begitu panggil aku jika kau butuh bantuan."
"Aku tau," Dengan senyum, Celine mulai melangkah ke dapur, dia mulai bersiap menyiapkan hidangan yang lezat bagi mereka berdua.
Celine merasakan sentuhan hangat Jordan di pundaknya saat dia melangkah menuju dapur. Langit di luar jendela mulai memerah, menandakan datangnya senja. Meskipun lelah setelah seharian bekerja, dia merasa bahagia dengan kehadiran Jordan yang selalu memberikan dukungan dan pengertian dalam setiap momen yang mereka bagi.
🌺🌺🌺
"Tamara, kapan kira-kira Jordan dan Celine akan memberimu cucu. Mereka sudah menikah selama tiga tahun, masa iya menantumu belum hamil juga, atau jangan-jangan dia..." Wanita itu tidak melanjutkan ucapannya, seringai penuh kesombongan terlihat di sudut bibirnya.
Dia mengambil cangkir berisi teh yang ada di atas meja dan menyeruputnya sedikit. "...Mandul," sebuah kata keji terlontar dari bibirnya ketika jari-jarinya meletakkan cangkir itu di atas tatakan.
Gyuttt...
Nyonya Tamara merasakan amarah mulai terkumpul di tangannya yang mulai terkepal kuat. Dia selalu tersenyum setiap kali ada yang membahas tentang cucu, tapi kali ini, itu terasa pahit. Keraguan mulai merayapi pikirannya tentang Celine. Apakah dia benar-benar wanita normal? Sudah tiga tahun pernikahannya dan dia belum juga hamil. Itu tidak masuk akal baginya.
"Aku sendiri tidak tau. Mereka selalu menghindar setiap kali aku membahas tentang cucu," jawab Nyonya Tamara setenang mungkin, mencoba menyembunyikan emosi dan perasaannya.
"Sebaiknya kau harus bersikap lebih tegas pada putra dan menantumu. Jika mereka tidak bisa punya anak, untuk apa mempertahankan pernikahannya. Seperti anakku, istrinya mandul dan aku memintanya untuk menceraikannya saja. Setelah dia menikah lagi, sekarang aku memiliki cucu," ujar Nyonya Sarah.
Tamara menelan ludah, terdiam sejenak oleh pernyataan tajam dari Nyonya Sarah. Dia merasa terdorong untuk memberikan respons, tetapi kata-kata terasa terjepit di tenggorokannya.
Namun, dengan tekad yang tertahan di dalam hatinya, Nyonya Tamara akhirnya menjawab, "Aku mengerti perasaanmu, Sarah. Tapi aku berharap masih ada jalan lain untuk mengatasi masalah ini, tanpa harus mengorbankan hubungan mereka berdua."
Sarah mengangguk, meskipun ekspresinya tetap tegas. "Tentu saja, setiap keluarga memiliki dinamikanya sendiri. Semoga kalian bisa menemukan solusi yang tepat untuk masalah ini," ujarnya dengan nada yang agak lebih lunak. "Sudah hampir malam. Sebaiknya aku pulang sekarang, jaga dirimu baik-baik." Ucapnya lalu pergi begitu saja.
Nyonya Tamara langsung diam setelah kepergian sahabatnya itu. Sebenarnya sudah lama dia berpikir untuk meminta Jordan menceraikan Celine, dia merasakan jika menantunya itu tidak sempurna, dan Nyonya Tamara berniat untuk menjodohkan Jordan dengan wanita lain pilihannya.
🌺🌺🌺
Aroma harum dari masakan yang disiapkan oleh Celine memenuhi dapur, menyelimuti setiap sudut dengan kelezatan. Semerbaknya bahkan merambat hingga ke kamar mereka, mencapai hidung Jordan yang sedang beristirahat di sana. Meskipun terpisah oleh beberapa ruangan, aroma itu tetap tercium olehnya.
Di tengah hembusan wangi yang menggoda, Jordan merasa lapar menggoda. Dia mencium udara dengan perasaan tergoda, tak sabar menunggu untuk menyantap hidangan istri tercinta itu. Walaupun lelah dari hari yang panjang, aroma masakan itu seperti energi tambahan yang membangkitkan semangatnya.
Baru saja Celine hendak menghampiri Jordan di kamar mereka, tapi pria itu malah datang dengan sendirinya. Jordan terlihat menuruni tangga menghampiri sang dara. Senyum lebar Celine menyambutnya.
"Makan malam sudah siap, sebaiknya kita makan malam sekarang," ucap Celine.
"Aromanya sangat lezat, perutku semakin keroncongan," ucapnya dengan senyum lebar, senyum yang membuat Celine jatuh cinta padanya.
"Tentu saja, siapa dulu yang memasaknya. Duduklah, aku ambil kopimu dulu," ucap Celine lalu beranjak dari hadapan Jordan. Namun genggaman tangannya menghentikan langkahnya. Celine menatapnya dengan penuh kebingungan.
Jordan menggeleng. "Nanti saja, sebaiknya kau duduk, kita makan dulu," ucap Jordan dan membuat senyum di bibir Celine meremah lebar. Dengan senyum yang sama, dia menganggukkan kepala.
Dengan suasana yang hangat dan akrab, Celine dan Jordan duduk bersama di meja makan, menikmati hidangan yang lezat. Mereka saling bertukar cerita tentang hari mereka, tersenyum dan tertawa ringan di antara gigitan makanan. Atmosfer penuh kasih itu mengisi ruangan, menciptakan momen yang sempurna bagi pasangan ini untuk menikmati kebersamaan mereka.
.
.
Usai makan malam dan membersihkan semua wadah yang kotor, Celine dan Jordan memutuskan untuk pergi ke kamar mereka. Celine berdiri di depan cermin, memperhatikan perutnya yang rata.
"Kira-kira kapan aku hamil ya?" ucapnya dengan nada frustasi. "Kita sudah menikah selama 3 tahun, tapi sampai sekarang aku belum hamil juga," imbuhnya.
Jordan menghampirinya dan memutar tubuh Celine, posisi mereka saling berhadapan. "Celine, aku tahu betapa sulitnya bagi kita, tapi kita harus tetap bersabar," kata Jordan dengan suara lembut, mencoba menenangkan istrinya.
Celine menatap mata Jordan dengan penuh emosi. "Aku mencintaimu, Jordan, tapi kadang rasanya begitu menyakitkan," ucapnya dengan suara gemetar.
Jordan menggenggam erat tangan Celine, mencoba memberikan dukungan. "Kita akan melalui ini bersama-sama, sayang. Kita harus tetap optimis dan mencari solusi bersama," ujarnya dengan penuh ketenangan.
Celine mengangguk, merasa sedikit lega mendengar kata-kata Jordan. Jordan membawa Celine ke dalam pelukannya dengan lembut, memeluknya erat seperti ingin melindunginya dari segala ketakutan dan kegelisahan. Celine merasa hangat dan aman dalam dekapan Jordan, seperti menemukan tempat perlindungan yang sempurna di dunia ini.
🌺🌺🌺
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments