DANGKAL

Usai sudah ujian akhir sekolah sekolah dan pada hari ini menunggu kabar lulus atau tidaknya sekolah. Para siwa/i berserakan di kelas dengan canda tawa untuk menghilangkan rasa takut akan nilai yang menentukan mereka lulus atau tidak.

Kabar ke empat sahabat pun mulai membaik sejak beberapa minggu lalu karena terbawa perasaanya masing-masing hingga di hati timbul rasa cemburu.

Cemburu itu bermula dari Vera yang menyukai Ajie dan merambat ke pada Nayla terhadap Cris. Namun, keduanya pandai mengontrol rasa cemburu itu dengan bijak.

"Oia, setelah lulus! Kalian mau kuliah dimana?" Tanya Nayla kepada tiga sahabatnya.

Ketiga sahabat itu belum ada rencana kuliah. Karena, ke tiga Ayah mereka masih bernegosiasi dengan Istrinya untuk menentukan kejuruan yang tepat untuk anaknya itu. Tapi, sisi lain dalam diri mereka ingin berkuliah di Bandung atau Di Bogor.

Pilihan mereka itu karena cuaca yang sejuk di Kota tersebut. Apalagi Kota itu mengenang sejuta jaman penjajahan kolonial Belanda dan akan membuat mereka merasa ingin tahu lebih jauh.

"Apapun yang kalian rencanakan! Aku turut senang, asalkan kalian bisa menemukan masa depan yang lebih baik!" Cakap Nayla sambil mengunyah cemilan kesukaannya, yaitu Potato pedas.

"Benar itu ...!" Jawab Vera dengan isengnya menghabiskan sebagian Potato pedas milik Nayla.

Cris dan Ajie hanya manggut-manggut saja sambil menyimak gaya bicara kedua gadis didepannya yang tak henti menguyah makanan ringan.

"Oia, aku dengar Perusahaan milik Ayah mu sedang tidak baik ya?" Tanya Cris kepada Vera.

"Ya ....!" Singkat Vera dengan penjelasannya.

Satu tahun ke belakang, Perusahaan milik Ayah Vera yang bergerak di bidang pertambangan Emas mulai menurun. Lantaran, cuaca buruk yang bertubi-tubi hingga merusak akses jalanan untuk menuju pertambangan itu dan membuat Perusahaan Ayah Vera harus mengocek dana yang besar karena menyewa alat berat yang terbilang mahal untuk memperbaiki akses jalanan yang tertimpa bebatuan besar serta tanah yang menumpuk.

Belum lagi harga jual beli Dollar yang menurun terus secara drastis yang semakin membuat keuangan Perusahaan milik Ayah nya Vera harus berpikir keras dan mencari suntikan dana yang tak cukup sedikit.

Ketiga sahabatnya itu hanya bisa mendoakannya agar perusahaan milik Ayah Vera bangkit kembali dari keterpurukannya itu.

Setelah berbagi cerita ke empat sahabat itu, mulailah pengumuman kelulusan sekolah yang sejak tadi sudah mereka tunggu. Dengan rasa khawatir yang berlebihan! Sebagian para Siswa/i ada yang menangis dan ada pula yang terharu karena akan ada perpisahan di sekolah itu.

Satu persatu para siswa/i membuka amplop berisi surat kelulusan yang di berikan oleh guru. Dengan suasana yang menegangkan. Amplop itu di bukanya oleh mereka dan hasilnya ternyata. "Lulus" semua para siswa/i.

Dengan gembira riang para siswa/i sampai membuang seluruh tasnya ke atas sebagai tanda kebahagian bahwa mereka semuanya lulus. Diantara mereka pun ada yang saling bertukar kado dan ada pula yang meninggalkan namanya di baju sekolah yang berwarna putih.

Lalu, ke empat sahabat itu setelah pulang dari sekolah. Mereka pergi ke bandung menaiki mobil milik Vera untuk merayakan kelulusan dan perpisahan persahabatan yang tidak mungkin bertemu setiap hari.

Setiba di suatu tempat yaitu ke villa di bandung untuk menginap selama dua hari. Villa itu dilengkapi fasilitas seperti billiard, kolam renang serta taman yang indah dan tersedia tempat pembakaran di taman tersebut. Lalu, mereka pergi ke pasar terdekat dan membeli segala jenis makanan dan minuman untuk memenuhi segala kebutuhan selama dua hari.

Malam pun tiba di hari pertama. Mereka berempat merayakan dengan bermain billiard sambil menikmati cemilan yang ada serta saling hukum apabila kalah dalam bermain billiard.

Bagi mereka bukan masalah mahir atau tidak bermain billiard. Yang terpenting buat mereka adalah happy atau menciptakan kebahagian yang tidak akan mereka rasakan kembali di masa sekolah Dan itu adalah moment yang indah bagi mereka.

"Sodok terus, Nay ...." teriak vera sambil terbahak-bahak karena lucu melihat Nayla yang tak bisa sama sekali menyodok bola Billiard dengan benar.

"Menyebalkan ..." kata Nayla yang tidak pernah mengenai bola sembilan atau bola terakhir.

Cris, Vera serta Ajie tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal milik Nayla yang terlihat bodoh itu. Nayla pun membalas dengan, "Awas kalian saat kena giliran!" kesal Nayla dan membanting stick billiard.

"Ayo selfie dulu ..." Ucap Vera dengan camera ponsel miliknya yang sudah siap menjepret wajah ke empatnya.

Berbagai gaya mereka tunjukkan di balik camera ponsel. Bahkan Nayla dengan wajah penuh coretan hitam oleh spidol karena selalu kalah dalam bermain billiard tak menghiraukannya tanpa rasa malu. Ia tetap selfie dengan ceria dan berbagai gaya.

"Sudah-sudah..., ponsel ku lowbet" ucap Vera sambil pergi untuk mengecas ponselnya.

"Huh ...." kata Cris menyorakinya karena masih seru bergaya selfie. Tapi, ponselnya lowbet

"Nanti kita lanjutkan lagi ...! Sekarang waktunya makan mie instan yang super hot!" Jawab Vera.

Mereka pun lanjut memasak mie bersama dengan beberapa telur ayam, sayuran hijau berserta cabai dan menyiapkan saus di setiap mangkuknya.

Sambil menikmati Mie yang super hot pedas ditengah malam. Mereka pun menikmatinya sambil menonton TV film tentang persahabatan tanpa batas. Keseruan itu terjadi sampai lidah mereka meleleh karena kepedesan mie yang dibuatnya. Lalu, beberapa minuman kaleng dingin pun di bukanya untuk mengurangi rasa pedas di lidah mereka.

Usai sudah di hari pertama mereka habiskan dengan bermain billiard, nonton Tv, makan Mie instan pedas serta bercanda riang. Dan mereka mengistirahatkan tubuhnya tergeletak tak beraturan di ruang TV hingga siang hari mereka baru sadarkan diri.

Menjelang hari ke dua di malam hari yang teramat dingin. Mereka menghabiskan waktu dengan membakar beberapa ikan dan ayam. Berbagai bumbu mereka siapkan dan dijadikan satu untuk menyempurnakan rasa nikmat pada ikan dan ayam tersebut.

Setelah matang, mereka menikmatinya dengan lahap sambil bercerita kesana kemari tak karuan yang penting happy.

"Awas Jie ..., tertusuk tulang lidah mu!" Ucap Vera dengan perhatiannya karena Ajie memakan ikan bakar itu dengan lahap.

"Cie-cie ...., ada yang jatuh cinta ni ya!" Canda Nayla dan cris kepada mereka berdua.

Wajah keduanya pun terpampang malu kemerahan akibat ejekannya. Vera pun lekas membuang wajah itu sambil menguyah kepala ikan diiring membalikan tubuhnya. Kejadian itu membuat susana semakin seru dan penuh keceriaan.

"Padahal memang benar adanya!" Ucap Vera dalam hati sambil mengunyah kepala ikan. ",Tapi, sudahlah bukan waktunya soal hati. Jadi, lain waktu saja pasti ada celah untuk mendapatkannya" sambung kembali dalam hati Vera yang memang benar-benar jatuh cinta kepada Ajie sejak dulu.

Usai sudah menikmati ikan dan ayam sampai perut mereka kekenyangan dan mulai mengundang rasa ngantuk dengan cepat.