Suamiku Adalah Musuhku

Hakim sudah menyusun strategi sedemikian rupa untuk membuat Summer dan Axel berpisah. Dia bahkan bersikeras mewujudkan hal itu lantaran ia terlanjur tidak menyukai sikap Axel terhadap dirinya. Bagi Hakim, Axel adalah pria sombong arogan yang sangat angkuh sehingga hal itu menjadi nilai terburuk untuk menjadi pendamping adik perempuannya satu-satunya.  Hakim merasa bahwa ia harus segera merealisasikan rencananya tersebut.

Hakim mulai memikirkan awal dari rencananya yakni dengan membuat Varel segera dekat dengan adiknya. Hakim meminta Varel untuk memacari adiknya agar adiknya segera menceraikan suaminya. Hakim merasa tidak rela jika Summer terus menjalin hubungan dengan Axel. 

Hakim memang sengaja tidak datang ke resepsi pernikahan Summer. Dia merasa belum bisa merestui hubungan mereka sehingga pada hari itu, Hakim memilih untuk bermalas-malasan di rumah, saat kedua orang tuanya menghubunginya, Hakim terlihat cuek dan mengabaikannya begitu saja. Alhasil foto pernikahan Summer tidak lengkap karena ketidakhadiran Hakim di acara tersebut. Summer pun kecewa namun enggan menunjukkannya di khalayak umum.

Summer sendiri merasa sedih karena kakak laki-laki satu-satunya begitu menentang pernikahannya. Padahal sudah dari jauh-jauh hari ia mengatakan lewat pesan singkat bahwa dia akan segera menikah namun Hakim tidak pernah membalas nya. Sampai pada akhirnya membuat Hakim tidak hadir dalam pernikahan tersebut. 

Kedua orang tua mereka tidak terlalu mengkhawatirkannya terutama ibu mereka. Ibu mereka kini senang karena akhirnya putri satu-satunya mereka telah menikah dengan pria yang cukup hebat menurut pandangan mereka. Bahkan mereka berkata bahwa mungkin Hakim iri sebab ia belum memiliki pasangan sampai saat ini. Padahal Hakim sebenarnya sudah memiliki kekasih namun ia berada di luar negeri. 

Hakim membuat rencana untuk membuat adiknya itu berpisah dengan suaminya. Awalnya ia meminta bantuan kepada Varel supaya Varel pergi mendekati Summer. Varel sempat ragu namun akhirnya ia menyetujuinya lantaran memandang Hakim sebagai sahabatnya.

Sebelumnya ia sempat melihat betapa terlihat kasarnya Axel kepada Summer. Dan juga bagaimana mungkin seorang pacar meninggalkan pacarnya luntang lantung di jalanan dan tidak mencoba untuk mencarinya sama sekali. tidak dapat dipungkiri bahwa Varel sedikit memiliki ketertarikan kepada Summer. 

Terlebih dahulu Varel mencoba mencari nomor Summer dalam ponselnya. Setelah mendapatkannya, Varel mencoba mengirimkan pesan terlebih dahulu. Varel mulai mengetik pesan lalu menghapusnya, terus terang saja ia sendiri kebingungan bagaimana untuk memulai percakapan dengan Summer. Varel merasa bahwa sepertinya kejadian tempo hari di apartemennya membuat situasi mereka terasa canggung. 

“ Bagaimana aku memulainya? Apakah aku mengajaknya minum kopi saja? Tapi jika dia bertanya untuk apa mengajaknya? Apa yang akan ku katakan?" Varel berbicara dengan dirinya sendiri sambil mengetik dan menghapus pesan yang akan ia kirim kepada Summer. 

Setelah berpikir cukup panjang, akhirnya Varel memiliki alasan yang mungkin akan membuat Summer mau menemuinya. Ternyata ada sebuah anting milik Summer yang tertinggal di apartemennya. Sepertinya terjatuh pada saat kejadian sebelumnya dimana ia secara tidak sengaja terpeleset dan menjatuhkan tubuhnya di atas Summer. 

Summer yang sedang bekerja, tiba-tiba mendapati sebuah pesan. Awalnya Summer melihat dari nomor yang tidak ia kenal, sehingga ia mengabaikannya begitu saja karena sedang bekerja dan pekerjaannya sangat menumpuk. Melihat Summer yang tak kunjung membalas, membuat Varel merasa di acuhkan. Varel berpikir apakah mungkin ia tidak tertarik bertemu dengannya? Ataukah pesannya memang belum terbaca?

“ Apakah Aku telepon saja? Ah, tidak perlu. Sepertinya terlalu berlebihan.“ Varel bergumam sendiri.

Tak lama berselang, Varel mendapati sebuah pesan. Ia kira mungkin Summer telah membalas pesannya, namun ternyata itu Hakim. Hakim bertanya padanya sudah sampai dimana progress pendekatan ia dengan adiknya. Varel kemudian membalas dan  mengatakan bahwa sepertinya Summer tidak akan mudah tergoda olehnya. Dan Varel juga mengatakan bahwa first impression  Summer terhadapnya kurang baik. 

“ Pesan Gue di cuekin sama dia.“ Ucap Varel lewat pesan suara yang ia kirim untuk Hakim. Hakim pun langsung menghubunginya. 

“ Gimana maksudnya? Kok bisa?" Tanya Hakim lewat telepon.

“ Barusan Gue sms, tapi belum di balas juga.“ Terang Varel. 

“ Lo sms apa emang?" Tanya Hakim penasaran.

Varel pun kemudian mengatakan bahwa ia akan mengirimkan tangkapan layar dari ponselnya isi percakapan antara dirinya dengan Summer. 

Hakim sempat melihat ada history panggilan tak terjawab dari Summer sebelum-sebelumnya. Hakim pun menghubungi Varel kembali. Ia bertanya apakah sebelumnya mereka berdua memang pernah saling menghubungi satu sama lain? 

“ Eh Rel, Lo udah pernah telpon-telponan sama adek Gue?“ Tanya Hakim.

Mendengar hal tersebut membuat Varel tersentak, ternyata ia lupa untuk menghapus history panggilan antara dirinya dengan pacar Summer pada malam itu.

“ Ooh, itu– ng– iya sih sempet waktu itu dia nanyain Loe.“ Varel merasa gugup dan mencoba mencari alasan.

Varel mencoba untuk menutupi hal tersebut. Hakim yang sangat pintar ini tidak sepenuhnya percaya pada Varel. Pasalnya ia hendak mencari tahu apa yang sebenarnya pernah terjadi di antara adiknya dan sahabatnya tersebut.

“ Oke kalau begitu, gw tutup dulu.“ Hakim mengakhiri panggilan lebih dulu.

Hakim merasa bahwa ada yang disembunyikan oleh sahabatnya itu. Entah mengapa ia merasa ada yang coba ditutup-tutupi dari dirinya. Hakim mencoba menghubungi Summer untuk mencari kebenarannya. 

Betapa terkejutnya Summer ketika ia sedang sibuk bekerja, kemudian kakaknya yang selama ini menghilang darinya begitu saja bahkan tidak hadir di acara pernikahannya, tiba-tiba saja menghubunginya. 

“ Apa? Kakak?” Sambil menatap layar teleponnya dengan penuh rasa heran. " Ada angin apa dia menghubungiku? Apakah kali ini dia akan memberikan restunya kepadaku? Atau kami hanya akan mendebatkan masalah yang sama seperti sebelumnya? Haruskah ku jawab panggilannya?“ Summer menatap layar ponselnya cukup lama sambil berpikir.

Summer merasa galau, apakah dia harus menjawab panggilan telepon dari kakaknya atau tidak. Pasalnya, terakhir kali mereka bicara, hanya ada pertengkaran di baliknya. Summer hanya merasa bahwa ia tidak perlu membuang energinya untuk bertengkar, apalagi dengan kakak sendiri. 

Summer hanya terus menatap layar ponselnya yang berdering karena panggilan telepon dari Hakim. Ia masih merasa bimbang keputusan apa yang harus ia ambil saat itu, haruskah ia menjawab atau mengabaikannya begitu saja dan membiarkannya berlalu?

Di sisi lain, Hakim merasa bingung mengapa Summer yang biasanya langsung menjawab panggilan telepon darinya, tiba-tiba saja berubah seperti ini, mengabaikan panggilan telepon darinya. 

“ Kemana anak ini? Tumben sekali panggilan ku tidak langsung di jawab. Apa dia lagi sibuk?" Ujar Hakim bertanya-tanya sendiri. 

Hakim merasa heran mengapa Summer tidak menjawab panggilan darinya. Padahal Summer tidak pernah seperti ini selama ini. Hakim langsung berpikiran negatif. Ia merasa bahwa Adiknya kini telah berubah 180 derajat lebih buruk dan yang menyebabkan hal itu adalah Axel. Hakim terus saja bergumam kesal. Ia pun kembali menghubungi Varel dan berencana untuk menemui Summer bersama dengannya. 

Summer yang dilemma hanya bisa terdiam. Ia sebenarnya tidak ingin seperti ini, namun ia tidak bisa membiarkan kakaknya seperti ini terus-menerus. Ia harus bersikap keras sedikit agar kakaknya bisa menerima keputusannya. Bahkan ayah dan ibunya mendukung dan tidak banyak bertanya apa lagi berpikir. Dan menurutnya Axel tidak seburuk apa yang dibayangkannya, meskipun ia masih belum bisa mempercayainya seratus persen.

Hakim memang masih belum bisa menerima pernikahan adiknya, namun di sisi lain, Hakim merasa bahwa adiknya kini sudah dewasa sehingga berhak untuk memilih jalan hidupnya. Akan tetapi, jika saja Axel tidak mengatakan hal yang membuatnya bimbang, mungkin ia tidak akan bersikap seperti ini terhadap adik perempuannya yang kini sudah dewasa dan berpikiran matang.