NovelToon NovelToon
Cinta Sang RV

Cinta Sang RV

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Marlita Marlita

Sejak Menolong pria bernama Reyvan, nasib Annira berubah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marlita Marlita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ke Rs disuruh Reyvan

Anira baru saja tiba di sekolah, namun smartphonenya segera berdering, dan nama Reyvan lah yang tertera disana.

“Apaan sih ini orang, baru aja istirahat merusak mood aja.” Gerutu Anira baru saja melangkah ke luar kelas untuk menghirup udara lebih leluasa, belajar selama empat jam di dalam kelas membuatnya seakan kekurangan oksigen.

“Hallo?” Anira dengan cepat membuka pembicaraan, tidak ada jawaban dari Reyvan tetapi Reyvan meminta untuk video call, Anira mengira laki-laki itu sengaja mengganggunya saja.

“Matiin, aku sibuk. Jangan main-main.” Anira kesal.

“Sibuk? Aku membutuhkanmu, cepat jawab vidcall aku kamu harus tahu keadaanku.” Anira mencebikkan bibir melihat layar smartphone.

“Aku baru aja istirahat, malas matiin aja.” Anira mematikan smartphonenya secara sepihak.

‘Tut tut tut’

“Baru aja tenang keluar kelas, tapi segera serasa dikejar anjing.” Umpat Anira sambil melangkah menuruni anak tangga lagi-lagi smartphonenya berdering, notifikasi whatsapp masuk.

Anira membuka pesan yang ternyata dari Reyvan, lelaki itu mengirimkan fotonya yang sedang berada di rumah sakit dengan kondisi babak belur, kepala di perban, tangan di infus bahkan bibirnya terlihat dower dan merekah karena penuh luka.

“Astaga, apakah ini pertanda buruk dia akan mati?” Anira mendelik dan tambah panik, sekarang baru saja jam sepuluh lewat tujuh, dan jam sepuluh lewat lima belas ia akan segera masuk.

Bagaimana ini? Ia sejujurnya tidak tega melihat keadaan Reyvan yang memprihatinkan itu. Bagaimana caranya ia pulang untuk menjenguk Reyvan sementara jam pulang sekolahnya pukul tiga sore. Anira panik mondar-mandir di depan kelas memikirkan Reyvan, padahal mereka tidak ada ikatan apa-apa, hayo! Apa ada perasaan yang muncul antara mereka?

“Anira kenapa mondar-mandir.” Rich membawa dua gelas es lalu menyodorkan yang satunya untuk Anira.

“Enggak apa-apa.” Jawab Anira berusaha menutupi raut mukanya, namun tidak segera menyambut segelas teh es yang dibawa Rich.

“Ini, ambillah? Hari yang panas pasti kamu haus.” Kata Rich mau tidak mau Anira yang tidak berniat minum es teh harus menghargai pemberian Rich.

“Terima kasih.” Anira mengambil gelas dari tangan Rich lalu meminum teh es dengan sedotan, rasa segar es teh tidak mampu menetralkan hatinya yang sedang panas memikirkan keadaan Reyvan.

‘DRRTT’

Smartphone Anira berdering lagi, Reyvan meneleponnya.

“Halo.” Kali ini Anira menyahut dengan nada panik.

“Ya, halo. Ijin sekarang juga, grab udah nunggu di depan!” suara lelaki itu terdengar serak, apakah sakitnya parah?

“Iya iya.” Anira segera berlari ke kantor untuk meminta ijin kepada wali kelasnya.

“Ijin, Nir? Tadi Bu Wini minta kamu diijinkan pulang.”

Ketika Anira bertemu ibu Ayana, Ibu Ayana sudah melontarkan kalimat tersebut, tentu membingungkan kenapa semuanya harus bersangkutan dengan ibu Wini, apa Reyvan dan Ibu Wini sekongkol? Pikir Anira.

“Baik Bu, saya ijin pulang ya?” Anira segera bersalaman lalu pergi menuju gerbang, grab sudah menunggunya disana.

_”Sebenarnya dia siapa sampai aku sepeduli ini?”^ batin Anira saat grab sudah melaju, ia baru sadar dirinya dan Reyvan tidak ada hubungan apa-apa tetapi dirinya peduli pada Reyvan.

‘DEG’

Jantung Anira deg deg-an saat pikirannya kalut bertanya siapa dirinya dan sepenting apa Reyvan di hidupnya.

“Tidak ...!” teriak Anira bahkan bapak sopir dibuatnya terkejut, beruntung sudah sampai di depan RS.

“Mbak permisi, udah sampai mbak.” Kata pak Sopir, Anira melongo sebentar karena kebingungan masih sibuk dengan pikirannya.

“Mbak sudah sampai, mbak.” Ulang pak sopir akhirnya membuat Anira sadar total.

“Oh iya, pak.” Anira segera mengobrak-abrik isi tasnya untuk mencari mata rupiah disana.

“Mbak bisa langsung turun aja, pembayarannya sudah di urus sama pacarnya mbak.” Perkataan pak Sopir membuat Anira tercengang, Pacar? Sejak kapan dirinya punya pacar.

Ucapan pak sopir masih membuat Anira seperti seorang idiot, masuk ke rumah sakit hampir menabrak para pegawainya disana.

“Bapak tadi mengatakan pacarku yang mengurus semuanya? Hah?” Anira hampir menabrak seorang suster karena matanya tidak fokus memandang ke depan.

“Maaf suster.” Akhirnya Anira meminta maaf merasa ini kesalahannya walaupun tidak ada reaksi yang ditunjukkan suster, suster fokus dengan pasien yang dibawanya.

‘CEKLEK’

Anira membuka pintu ruang rawat dimana ada Reyvab, lelaki itu sudah memberinya alamat lewat pesan. Pandangan Anira jatuh pada Reyvan yang sedang berbaring lemah, kepalanya benar di perban tetapi bibirnya jelas tidak apa-apa lalu kenapa pada foto yang dikirimkannya, luka bibirnya seperti merekah?

Anira mendekat menatap wajah pucat lelaki yang memintanya ke sini sampai ia harus meninggalkan pelajaran.

“Pacar anda tidak mau makan sejak tadi pagi, tidak heran kondisinya melemah, untung anda datang supaya nanti seleranya lebih baik.” Ucap seorang perawat yang tadi mengantar Anira ke ruang rawat Reyvan. Anira hanya tersenyum canggung, ini kedua kalinya ia dikatai memiliki pacar dan Reyvan lah orangnya.

“Hm ...” Suara deheman membuat Anira beralih pandangan, awalnya ia memandang kepergian sang perawat dari ruang inap. Reyvan sudah sadar di sisinya tapi mukanya masih sangat pucat.

“Kenapa memintaku kemari?” tanya Anira sedikit kesal, namun sebenarnya ada rasa penasaran kenapa Reyvan begini.

“Karna aku lagi sakit.” Kata Reyvan lalu mendesis menekan dadanya seperti sesak nafas lantas membuat Anira panik.

“Kenapa?” Tanya Anira kuatir.

“Dadaku sakit, tolong aku tapi jangan panggilkan dokter.” Kata Reyvan lalu menarik tangan Anira dan meletakkan telapak tangan Anira di dadanya. Wah sakit apa modus ckck?

“Aku panggilkan dokter.”

“Tidak usah.”

Anira berlalu pergi, permohonan Reyvan tidak di dengarkannya sampai didepan pintu ia melihat sosok wanita paruh baya yang sedang marah kepada seorang dokter.

“Saya ibunya Reyvan, saya berhak bertemu dia sekarang.”

“Tapi Bu, Reyvan tidak menginginkan siapa pun menemuinya.” Kata dokter.

“Ibunya Reyvan? Anak seperti apa dia sampai melarang ibunya menemuinya.” Anira segera berbalik kepada Reyvan.

“Ada mama mu di luar.” Ujarnya kepada Reyvan yang masih berbaring.

“Apa?” Reyvan awalnya memejamkan mata mencari ketenangan namun kabar kedatangan ibunya membuat suasana hatinya terbilang buruk.

“Kenapa kamu melarang siapa pun menemuimu sementara aku?” Reyvan langsung menarik Anira dengan panik ketika suara hentakan kaki berjalan dari luar terdengar jelas.

“Apaan sih?” Anira marah perlakuan tiba-tiba Reyvan membuat mereka semakin dekat.

“Cepat sembunyi, aku kenal itu suara langkah kaki mama.” Reyvan membuat Anira panik, tidak ada tempat bersembunyi disana, ruang rawat Reyvan memang agak luas tetapi tidak ada tempat yang cocok untuk bersembunyi bahkan dibawah ranjang sekalipun.

“Sembunyi dimana, lagian kenapa harus sembunyi?” tanya Anira tidak panik gara-gara Reyvan.

“Ke sini, cepatan!” Reyvan membuka selimutnya agar Anira sembunyi di dalam sana bergabung dengannya beruntung ranjang cukup besar karena Reyvan sudah mengatur perawatan untuk dirinya sendiri, biasalah rada-rada sultan.

“Gila, aku harus bersembunyi disana? Pasti ketahuan.”

“Ngikut aja, percaya aja sulit.”

“Gimana aku mau percaya bukannya badanmu sakit?”

Sempat terjadi perdebatan sampai pintu di bukakan dengan lebar, Reyvan pun gemetar menghadapi apa yang akan terjadi.

1
Tiwi
Kecewa
Tiwi
Buruk
CatLiee: nasibnya Annira atau authornya nih, hehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!