NovelToon NovelToon
Kamar Jenazah

Kamar Jenazah

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / spiritual / hantu / Roh Supernatural
Popularitas:74.4k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Kamar jenazah, bagian dari rumah sakit yang agak dihindari. Misteri dan kisah mistis apa yang dialami oleh Radit Krisna yang bekerja sebagai petugas Kamar Jenazah. Tangisan yang kerap terdengar ketika menjalani shift malam, membuat nyalinya terkadang ciut.

Berhasilkah Radit melewati gangguan yang terjadi dan mengungkap misteri tangisan tersebut?

===

Hanya untuk penggemar kisah horror. Harap tidak membaca dengan menabung bab ya.

Follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

4 ~ Tolong Aku

Meskipun benaknya dipenuhi pertanyaan tentang siapa perempuan yang dilihat tetangganya, Radit mencoba mengabaikan hal itu. Yang penting dia tidak membawa siapapun apalagi seorang perempuan. Malam ini ia harus istirahat karena besok harus siap fisik dan mental dengan aktivitasnya yang baru. Bukan hanya berhadapan dengan manusia saja, tapi orang mati.

“Hah, gerah amat sih,” keluhnya lalu membuka kaos dan melempar sembarangan.

Padahal kipas angin di kamarnya berputar dengan angka paling kencang. Mungkin membuka jendela agar ada angin masuk, gegas ia turun dari ranjang lalu menyibak sebagian hordeng dan membuka jendela.

“Lumayan ada angin,” ujarnya dan kembali ke ranjang. Semilir dari kipas dan hembusan angin dari jendela yang terbuka membuatnya mulai mengantuk.

Brak.

Brak.

Entah berapa lama Radit terlelap, ia terjaga karena suara kaca jendela yang berkali-kali menghantam dinding karena angin.

“Ya ampun, ketiduran,” ujarnya bergegas ke jendela hendak menutup kembali. Di luar angin cukup kencang, bahkan sudah mulai gerimis dan ada petir.

Tangan Radit masih menahan jendela yang hendak ia kunci, pandangannya tertuju ke arah pagar. Bahkan ia pastikan dengan mengucek matanya melihat seseorang berdiri di sana, apalagi hujan turun mulai deras.

“Itu siapa sih, malam-malam begini bertamu.”

Klek.

Setelah mengunci jendela kamar dan menutup kembali hordengnya, Radit berniat keluar untuk melihat siapa yang datang. Kaos yang semalam ia lempar sudah dikenakan lagi. Suasana ruang tamu tampak gelap, mungkin Ibu yang mematikan lampunya. Wajar saja, karena sudah larut bahkan sudah lewat tengah malam.

Tanpa melihat lagi melalui jendela depan, ia langsung membuka pintu. Hujan cukup deras dan lampu depan ternyata padam. Berkali-kali ia menekan saklar tetap padam, sepertinya ia harus mengganti bohlamnya. Pandangannya masih melihat seseorang berdiri di depan pagar dalam kondisi … kehujanan.

“Woi, cari siapa?” tanya Radit sambil berteriak di tengah deras hujan.

“Tolong!” sayup-sayup terdengar suara lirih.

“Siapa sih,” gumam Radit lalu kembali ke dalam mencari payung dan kunci gembok yang tergantung tidak jauh dari pintu depan.

Meskipun menggunakan payung, ternyata cipratan dari hujan karena angin tetap membuatnya basah. Sibuk membuka gembok sambil memegang payung membuatnya agak kesulitan.

“Mbak cari siapa, malam-malam begini?” tanya Radit karena terlihat dari rambutnya. “Mana hujan begini.”

Setelah melepas gemboknya dan menggeser tuas pengunci, pintu pun dibuka dan … tidak ada siapapun di balik pagar. Ia bahkan sampai melangkah keluar memastikan kalau orang tadi tidak kabur atau menjauh.

“Ck, perasaan tadi masih di sini.”

Masih dalam keadaan penuh tanya dan menatap ke jalan bahkan menengok kiri dan kanan. Tengah malam dan di bawah hujan lebat, bahkan tidak ada yang terlihat berkeliaran untuk sekedar jaga malam.

“Radit.”

Ia menoleh ke arah dalam, Ibunya berdiri di beranda.

“Ngapain kamu, cepat masuk.”

“Kalau ketemu yang ngerjain gue begini, awas aja,” gumamnya sambil kembali menutup pagar dan mengunci serta memang gembok.

“Ngapain kamu keluar malam-malam, mana hujan?” tanya Ibu sambil menerima payung dan melipatnya kemudian diletakkan tidak jauh dari pintu. Sedangkan Radit bergegas masuk lalu menuju kamar mandi diikuti oleh ibunya.

Pakaiannya yang basah sudah ia lepas dan disimpan di tumpukan pakaian kotor, keluar hanya mengenakan handuk. Ibu masih menunggu penjelasannya.

“Cepat pakai baju, nanti masuk angin.”

Setelah mengenakan pakaian yang kering, ia kembali ke dapur menemui Ibunya yang duduk di salah satu kursi meja makan.

“Bu, aku lihat ada yang berdiri di depan pagar. Aku pikir tamu yang kemalaman, makanya tadi keluar untuk memastikan.”

“Jangan ngaco kamu, ini hampir jam satu pagi mana ada orang bertamu jam segini.”

“Aku juga mikirnya gitu, Bu. Sumpah, tapi dia ada di sana tadi. Bahkan minta tolong aku untuk buka pintu, kehujanan dan kedinginan gitu.”

“Perempuan?” tanya Ibu.

“Kayaknya, karena rambutnya panjang.”

“Jangan bilang itu perempuan yang sama, yang kamu ajak pulang waktu ….”

“Bu, aku tidak bawa perempuan mana pun. Ibu harusnya percaya aku dan yang tadi, aku nggak tahu dia itu orang atau bukan.”

“Maksud kamu?”

Radit menghela nafasnya.

“Sudah malam, sebaiknya ibu istirahat. Aku hanya minta Ibu percaya, kalau aku bicara jujur.”

Tidak ingin berdebat, Ibu pun beranjak meninggalkan dapur menyisakan ia yang masih duduk melamun memikirkan kejadian tadi. sepertinya juga sudah mulai reda, tapi gemuruh masih terdengar.

Brak. Brak.

Tubuhnya melonjak kaget mendengar suara pintu belakang seperti ada yang menggebrak.

Brak.

Jantungnya berdegup kencang dan nafas agak memburu karena terkejut dan takut. Siapa pula yang ada di belakang rumah, apalagi di sana tidak ada jalan ke manapun. Hanya area untuk menjemur pakaian lalu tembok tinggi dan atap rumah lain di gang belakang.

“Si-apa?”

Brak.

Pintu itu bergetar seperti terhantam sesuatu. Perlahan ia pun beranjak dari kursi dan melangkah menuju pintu, meskipun dengan rasa takut. Rasanya ingin segera berlari ke kamar dan mengunci dari dalam, mengingat ia laki-laki dan bisa saja itu orang jahat. Tidak mungkin malah mengandalkan ibunya.

“Siapa?” tanyanya lagi dengan agak berteriak, disusul suara gemuruh dan petir.

Perlahan ia memutar kunci dan menekan handle dan membuka pintu. Kedua matanya terbelalak dan detak jantungnya semakin tidak karuan bahkan ia sampai terjatuh duduk demi melihat sosok berdiri di tidak jauh dari pintu.

Sosok perempuan dengan wajah menunduk dan rambut menutupi sebagian wajahnya. Dari sorot lampu dapur bisa terlihat kalau pakaian yang dikenakan perempuan itu sangat kotor, bahkan tanpa mengenakan alas kaki. Ada darah dan luka di telapak kakinya.

“Kamu si-apa?”

Salah satu tangan perempuan itu terulur ke arah Radit.

“Tolong … aku.”

 

1
novita setya
/Joyful/ngibriit kenceng..neng lenaaa tungguin bang radiit donk
novita setya
deodoran hrs tgg jwb donk yg diteror asin bang radit nih..kasian dia krj demi cuan mlh kek uji nyali tiap hari
novita setya
ikut kemane neng..lo aja kalik.
novita setya
jobdesk petugas kamar mayat
side job detektip tiban
/Smirk/
novita setya
hantu baperan..lg jg dicariin solusi udh ngeyel aja mw ngikut. sabar napaaa
novita setya
hantu saru..wong adus koq ditutke dasaaarrr setan ga tau aturan
novita setya
nahlo pergi sendiri plgnga mnt dianterin..mandja niih hantu😭😭
novita setya
Luar biasa
novita setya
lama2 jd terbiasa lihat yg tembus pandang kan yaa
novita setya
oalaa dinunuti mba kunti atw mb poci
novita setya
eeh ini sekuel dr kisah bangsal kamboja ya..crtanya bagus ga bertele tele. smga yg ini juga satset😁fans kisah pendek padat bohay
Rumini Parto Sentono
luar biasa
Michelle Ardina
yg biasa komen pd kemana ini kbur jg kh😅
trendy muradji
deo deo bikin susah teman loh
trendy muradji
good
trendy muradji
serem
trendy muradji
uji nyali betul
trendy muradji
syukurlah ad org baik
trendy muradji
br bc sj ud merinding
Rahmat Asward
aduh...alur ceritanya bikin deg2an aja..ampe bulu di jempol kaki meronding...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!