NovelToon NovelToon
Di Antara Gema Rindu

Di Antara Gema Rindu

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Enemy to Lovers
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Subber Ngawur

Rindu pernah bermimpi. Mimpi yang begitu tinggi hingga ia tak sanggup bangkit ketika terjatuh. Saat itu, Gema datang dengan dua sayap malaikat, bersama sinaran senja yang membawa harap.
Senja selalu menyimpan banyak kenangan, termasuk tentang Gema. Warna jingga itu seperti senyumnya yang menghangatkan. Selalu mencairkan hati Rindu yang beku. Ada atau tiada di sisi, senja akan selalu menjadi saksi bahwa nama Gema akan selalu tergurat dalam memori.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Subber Ngawur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keping Kesepuluh

Pagi itu, Anjani tidak melihat Rindu di beranda rumah. Wanita itu sempat heran, dan mencari-cari putri bungsunya. Dan ia tersenyum lega saat menemukan Rindu di halaman belakang, menghadap ke arah kolam renang. Yang berbeda adalah, buku gambar di tangannya.

“Lho… kenapa di sini?” tanya Anjani. Ia menyentuh bahu Rindu. Gadis itu menoleh, “Ma…”

“Kenapa?”

Rindu menyodorkan buku gambarnya. “Apa gambarku bagus?”

Anjani mengamati buku gambarnya, sebuah persegi yang diarsir, gambar itu memang hanya sebuah kolam renang, tapi harus Anjani akui kalau gambar Rindu sangat mirip dengan aslinya. “Bagus banget, Sayang.” Yang Anjani tahu Rindu memang jago menggambar sejak dulu.

“Mama jujur, kan?” tanya Rindu yang langsung dijawab anggukan mantap oleh Mamanya.

“Tentu saja.”

Rindu tersenyum ia meraih kembali buku gambarnya lantas meminta bantuan Mama untuk mendorong kursi rodanya ke dalam rumah. Dan hal ini sama sekali tidak terbayangkan oleh Anjani. Rindu bersikap lunak, bahkan memintanya mendorongkan kursi roda.

“Hari ini sarapan di ruang makan, mau?” tanya Anjani. Hari ini mood Rindu terlihat bagus, jadi kemungkinan besar permintaannya tidak akan ditolak. Dan benar saja, Rindu mengangguk bersedia saat Anjani membawa kursi rodanya menuju ruang makan. Di sana, sudah ada Papa dan Kasih. Duduk tenang sembari menunggu Bi Salmah menyiapkan sarapan mereka.

Saat Rindu bergabung dengan yang lain, sontak saja gadis itu menjadi pusat perhatian Papa, Kasih juga Bi Salmah. Mama buru-buru berdeham, isyarat agar yang lain bersikap seperti biasanya. Rindu pun tak banyak bicara. Ia duduk dan menerima piring dari Bi Salmah. Setelah menu lengkap, mereka makan dalam diam. Hari ini Rindu makan dengan lahap, ia tidak menyisakan nasi sedikit pun di piring. Bi Salmah sampai heran.

“Aku selesai.” Rindu mengusap bibirnya dengan tisu. Yang lain juga telah selesai, tapi mereka masih terpaku di ruang makan. Sementara Rindu sudah meninggalkan ruang makan dan pergi ke kamarnya.

***

Bi Salmah baru mengemasi piring kotor dan meletakkannya di wastafel ketika Nyonya Anjani membuat kopi untuk suaminya. Saat melihat pembantunya itu tersenyum-senyum sambil mencuci piring, Anjani mengernyit. Ia meletakkan sendok kotor bekas mengaduk kopi di wastafel, dan menyempatkan diri mencolek pembantunya. “Kenapa, Bi?” tanya Anjani.

Bi Salmah menoleh, masih sempat menyelesaikan usapan terakhir pada piring dan meletakkannya di rak piring.

“Seneng saja liat Non Rindu sekarang sudah berubah.”

“Berubah?” Anjani terlihat heran, meski sebenarnya ia cukup menyadari jika Rindu memang lebih baik. Tak ada suara pecahan barang atau teriakan histeris. Bahkan tadi Rindu juga menghabiskan makanannya.

“Non Rindu jatuh cinta…” Bi Salmah berbisik pada Bi Salmah. Anjani tersedak ludah, lalu terbatuk. “Serius, Bi?”

Bi Salmah mengangguk, mantap. Apalagi kenyataan yang bisa membuat seseorang berubah dalam waktu singkat? Tentu saja cinta. Dan Bi Salmah yakin kalau Rindu tidak salah jika jatuh cinta pada si pengantar bronis itu. Pemuda itu memang terlihat serampangan, tapi begitu santun dan baik.

“Siapa orangnya?” tanya Anjani.

“Namanya Gema, pengantar bronis itu. Dia anaknya Bu Niar.”

Dari apa yang Anjani lihat, perubahan Rindu memang tidak sewajarnya. Maka dari itu, pada siapa pun orang yang bisa membuat Rindu berubah, Anjani ingin mengucapkan terima kasih.

“Bawa dia ke sini. Saya ingin ketemu.”

Bi Salmah tersenyum menyanggupi.

***

“Makan malam?” Gema mengernyit, menatap Bi Salmah yang mendadak mengundangnya untuk makan malam. “Emang ada acara apa? Kamu ulang tahun, Rin?” tatapan Gema beralih pada Rindu yang baru menerima kotak kue pesanan, lalu membukanya seketika. “Ah, hari ini Mama nggak pesan bronis, ya?”

“Hei, pertanyaanku belum kamu jawab.” Gema kesal sendiri. Ia sampai menarik kembali kotak kue darinya, dan bersumpah tidak akan menyerahkan kue itu sebelum Rindu menghargainya sebagai lawan bicara.

“Kamu tanya apa, sih?” Rindu kesal, mencoba meraih kembali kotak kue itu. Tapi posisinya yang duduk di kursi roda itu membuatnya kesulitan untuk merebut kembali haknya.

“Kamu ulang tahun, ya? Kok pakai acara undang makan malam?”

Itu adalah pertanyaan paling tidak jelas menurut Rindu. Ulang tahun apa? Dan undangan apa? Rindu sama sekali tidak tahu menahu ketika Bi Salmah mendadak mengundang Gema ke rumah untuk makan malam.

“Mana aku tahu, kan yang ngundang bukan aku, tapi Bi Salmah.” Rindu mengangkat bahu. “Omong-omong, kue ini sudah dibayar, kan?” Rindu melirik Bi Salmah. Wanita tengah baya itu hanya tersenyum geli.

“Tapi kan ini rumahmu.” Gema mengetuk-ngetukkan sebelah kakinya ke lantai. Mulai tidak sabar dengan obrolan yang berbelit-belit ini.

“Tapi bukan aku yang ngundang kamu makan malam.” Dan Rindu masih tidak mengerti kenapa Gema masih yakin kalau Rindu adalah otak di balik rencana ini.

“Lalu?” Sebelah alis Gema terangkat.

“Bi Salmah, kan?” jawaban Rindu yang tanpa ekspresi itu membuat Gema makin gemas. Gema menghela napas panjang. Ia paham posisi Bi Salmah di rumah ini dan Gema yakin bukan Bi Salmah yang memberi wewenang untung mengundangnya makan malam.

“Ah, sudah-sudah.” Bi Salmah mengangkat tangan. Dan Rindu merasa lega saat Bi Salmah menengahi perdebatan tak berujung itu. “Sebenarnya bukan Non Rindu yang mengundang, tapi Nyonya Anjani.”

“Mama? Kenapa Mama bikin acara beginian?” Kali ini giliran Rindu yang terheran.

Bi Salmah angkat bahu, sambil senyum kecil. Gema terbengong. Masih memikirkan apa yang membuat Nyonya Anjani sampai mengundangnya makan malam. Tapi dipikir sampai lelah pun Gema tidak menemukan jawabannya. Ia menghela napas panjang dan melirik jam tangannya. Ah, sudah siang rupanya.

“Aku masih harus nganter pesenan lain nih, aku pergi dulu, ya…”

Rindu menatap Gema, sebenarnya menyayangkan kenapa Gema harus pergi secepat itu. Tapi menahannya di sini juga tidak bisa. Rindu tidak punya alasan kuat dan itu pasti sangat memalukan jika dilakukan.

Sebelum Gema pergi, Rindu membuatnya tercengang saat mengatakan, “Kamu harus datang.” Dan membalik posisi kursi rodanya untuk masuk ke dalam. Gema hanya mengangguk, meski Rindu tidak melihat ke arahnya.

1
Melati Putri
novelnya bagus thor, banyak bawang nya..
Subber Ngawur: Terima kasih sudah mampir baca 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!