Kehidupan yang kualami semenjak kecelakaan itu sungguh berat. Aku mesti sendirian menghadapi hidup. Hingga harta kekayaanku habis. Semua kulakukan untuk penyembuhan, pengobatan, dan lain sebagainya demi keseharianku yang sudah enggan di lakukan. Bahkan orang mengira kalau aku kena depresi. Sehingga tak bahagia. Dan yang kulakukan hanya merenung. namun hari hari ke depan mesti di lalui dengan semangat dan keceriaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 3112, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9
Seperti biasa aku berjualan di jalan sembari mencari sekolah yang banyak anak kecilnya. Biasanya memang demikian. banyak anak, maka akan suka jajan. Karena anak-anak pada suka jajan, makanya tidak jarang mereka bakalan merengek sama orang tuanya untuk sekedar minta jajan. Walau tak harus uang. Tapi karena kalau mau membeli jajanan mesti pakai uang maka mamanya harus memberi uang. Sebab kalau tidak tak bakalan di kasih sama sang penjual. Makanya orang tua selalu menyimpan uang kecil untuk hal demikian. Ya kalau anak masih sedikit takut, sehingga akan di bilang kalau jajan pada banyak bakteri, nanti akan sakit perut, kalau tidak diare, maka akan sangat menyiksa. Tapi jika anak-anak pada tahu kalau orang tuanya suka bohong demi kebaikan, maka mereka justru akan nangis dan merajuk. Walau setelahnya belum tentu makanan yang di beli dengan susah payah dan harga yang sangat mahal itu, hanya di kecap sedikit, walau enak, tapi langsung bosan. Apalagi yang rasanya asam, atau pahit seperti brotowali, maka bakalan langsung di buang ke selokan yang penuh air comberan, makanya terkadang sang mama bakalan sedikit mangkel. Tapi mau bagaimana lagi, Namanya juga anak-anak, yang sudah susah payah di besarkan. Dan mereka hanya akan berpikir jika sebentar lagi juga bakalan besar dan enggan meminta yang begituan lagi, palingan minta pulsa buat beli hp yang semakin mahal saja. Demikianlah resiko mempunyai anak. Tapi meski begitu, di hari tuan anti anak bakalan mengerti akan orang tua, serta merawatnya di kala sakit, memberi makan saat tangan lumpuh, bahkan memberi perawatan yang baik. Itulah balas budi yang otomatis akan di terimanya seperti saat dulu juga masih anak-anak, maka kakek nenek yang jadi orang tua juga memberi hal yang sama. Sehingga dengan hanya membiarkan anak sedikit nakal, biar saja. Daripada orang tua yang nakal, maka akan menyusahkan. Baik ibu atau ayah.
Demikian juga di lingkup sekolah itu. Tentu akan laris manis, dan bakalan bisa pulang cepat nantinya. Soalnya jangankan jajan, mereka sendiri yang jualan semisal ada bazar, juga pada laris manis, baik di beli oleh rekan sendiri, maupun oleh tetangga sekitar di lingkungan sekolah yang di beri kebebasan untuk memborong dagangan yang tidak mesti ada pada setiap harinya. Hanya buka pada waktu khusus Dimana di beri kesempatan oleh pihak sekolah supaya mendidik anak semakin mandiri, juga ada penilaian khusus di materi khusus pula, Dimana semakin laris dagangan, maka akan mendapat poin bagus. Dibandingkan hanya mencari uang dengan cara tak halal, atau malah meminta selalu pada papi mami, bukankah akan lebih baik di beri kesempatan untuk mandiri. Juga membiarkan orang luar untuk ikut melarisi nya. Dibandingkan dengan tidak laku, maka orang yang membeli juga senang, akibat bisa mendapat makanan tanpa jauh dan repot, juga si penjual suka karena mendapat nilai baik serta tidak capek kala menawarkan dagangan. Tidak harus mendorong orang atau mendahulukan yang lagi ritual. Sebab semua serba saling membutuhkan. Jadi tidak perlu mesti menyamar dulu untuk mendapatkannya, atau melakukan penutupan biar tak di kenali, karena masing-masing sudah kenal, serta pada tahu diri akan kebutuhan masing-masing serta membayangkan jika dirinya begitu, yang lagi kelaparan tapi tidak boleh mendapatkan apa yang bakalan jadi pengisi perut, tentu bakalan tidak nyaman di pikiran.
