seorang gadis dari zaman modern, yang melakukan touring di salah satu gunung tertinggi yang ada di Indonesia. dan menyebabkan dirinya meninggal setelah berhasil menaklukkan gunung tertinggi itu.
namun, arwah yang ditarik itu, bukannya pergi kealam baka, malah melakukan perjalanan waktu ke dunia yang lampau, yang mungkin hanya ada dalam sejarah.
ia, sang gadis bernama Aryani mayora merasuki tubuh seorang ibu yang kejam, yang tega menyiksa anak kandung sendiri tanpa ampun. nama wanita itu adalah Anarawati.
lalu, bagaimana kah Kisah Aryani setelah mengambil alih jasad ibu kejam itu.?? yuk.. disimak..🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa saumatgerat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. baju baru untuk Nakula dan Sadewa
"Baik bu." Nakula dan Sadewa pun secepatnya berlalu dari hadapan sang Ibu dan pergi ke tempat di mana mereka biasanya mandi dan mencuci wajah.
Mereka tak banyak tingkah, walaupun mereka tahu bahwa air di sana perlu ditimbah terlebih dahulu. Tapi karena mereka telah terbiasa menimba air sendiri untuk mereka, jadi tidak terlalu mau merepotkan sang ibu.
Namun, sesampainya mereka di kamar mandi darurat itu, mereka mendapati air dalam gentong besar yang sudah diisi penuh. Sepertinya sang Ibu telah menimba air tersebut untuk mereka.
"Lihat Kak, sepertinya Ibu telah menimba air untuk kita. Bahkan Ibu juga menutup permukaan sumur." Ujar Sadewa sambil menunjuk permukaan sumur yang sudah ditutup oleh anara.
Anara pun sengaja menutup permukaan sumur tersebut karena ia tidak ingin terjadi sesuatu kepada anak-anaknya. Di zaman modern banyak sekali anak-anak meninggal karena tercebur ke dalam sumur akibat kelalaian orang tua. Jadi anara tidak ingin terjadi apa-apa dengan anak kembarnya ini. Sehingga Ia memutuskan membuat hal tersebut.
Nakula dan Sadewa pun tersenyum senang. Kapan lagi kan Ibu mereka akan memperhatikan mereka seperti saat ini. Dengan senang hati dan riang gembira, mereka berdua langsung membersihkan tubuh mereka secara langsung. Walaupun airnya dingin namun tak terasa dingin di badan mereka. Setelah selesai keduanya pun langsung kembali bertemu dengan sang ibu dengan masih menggunakan baju yang sama.
"Ibu kami sudah selesai mandi... Terima kasih Ibu telah menimbahkan air untuk kami..." Ujar Nakula dan Sadewa sambil tersenyum.
Anara yang sudah menyelesaikan pekerjaannya dan kini sedang menata makanan untuk mereka Langsung mengarahkan pandangannya ke arah anak-anaknya. Ia tersenyum melihat betapa manisnya senyum kedua anak ini.
Bahkan anara sempat berpikir bahwa bapak dari anak-anak tersebut pastilah sangat tampan. Tapi bayangan mengenai siapa ayah kedua anak-anak ini masih tak terlihat jelas di dalam bayang-bayang yang ditinggalkan oleh pemilik tubuh.
"Loh kok langsung mandi sih nak.. ibu kan tadi cuman nyuruh cuci muka, memangnya air itu nggak dingin ya...??" Tanya anara kepada kedua anaknya. Nakula dan Sadewa pun cengengesan dan kemudian menggelengkan kepala mereka.
"Tidak Bu, Kami sudah biasa dengan air dingin.. jadi tidak dingin lagi.." ujar keduanya.
Anara pun tersenyum melihat respon kedua anak gambar itu. Padahal niat hati dirinya ingin memasakkan air panas terlebih dahulu untuk mandi mereka. Namun nyatanya kedua anak ini cukup kebal terhadap suhu dingin yang diberikan oleh air tersebut. namun tiba-tiba anara teringat pada dua setel pakaian yang ia bawa dari ruang dimensi.
"oh iya, Ibu hampir lupa. karena Nakula dan Sadewa sudah mandi, ibu ada hadiah untuk Nakula dan Sadewa. segera kembali ke kamar dan ambil baju yang masih terbungkus dengan plastik putih dan kenakanlah. Ibu menyimpan itu untuk Nakula dan Sadewa sudah sangat lama. tapi karena Ibu merasa gengsi jadi ibu tidak memberikannya." ujarnya dengan kalimat yang penuh dengan kebohongan. mendengar penuturan Ibu mereka, keduanya pun langsung saling pandang satu sama lain.
"sudah sana, ambil baju itu dan kenakan. setelah itu kembali lagi ke sini karena kita akan mulai sarapan pagi." ujar anara lagi.
"baik bu." ujar keduanya. dan tanpa dikomandoi, keduanya pun langsung berlalu dari dapur dan kembali ke kamar. ternyata benar ada dua baju yang masih dibungkus dengan plastik putih bening. Nakula mendekati dan mengambilnya.
"Apakah baju ini yang dimaksud oleh ibu.." ujar Nakula kepada sang adik. Sadewa pun langsung mengganggu kan kepalanya dan mengambil baju lainnya. dan dengan penuh hati yang berbunga-bunga ia langsung merobek plastik tersebut dan kemudian memakaikannya. tapi ternyata mereka agak bingung karena desain dari baju tersebut berasal dari zaman modern.
"eh kakak. Bagaimana cara menggunakan baju ini , dewa bingung.." ujar Sadewa dengan ekspresi yang begitu lucu. Nakula pun langsung terbahak-bahak melihat ekspresi sang adik.
"Ya sudah kalau begitu. kita temui Ibu saja." namun sebelum mereka keluar dari tempat itu, anara sudah lebih dulu menyusul mereka.
"eh ibu. baru saja Nakula dan Sadewa ingin bertemu dengan ibu. kami bingung bagaimana cara memasang baju ini." ujar Nakula sambil memperlihatkan baju tersebut. anara pun tersenyum dan menyentuh hidung keduanya. kemudian tanpa mengatakan apapun langsung mengambil alih memasangkan baju-baju itu ke badan anak-anaknya. ternyata kedua baju itu sangat cocok untuk mereka dan juga pas di badan mereka.
"Ternyata anak-anak Ibu ganteng ya..." ujar anara memuji kedua anaknya.
"Ya sudah kalau begitu. Ayo kita kembali ke dapur sayang dan makan dulu." Ujar anara kepada anak-anaknya. Nakula dan Sadewa pun mengganggu kan kepala mereka dengan antusias. sesampainya mereka di dapur, anara langsung mempersilakan kedua anaknya untuk duduk.
Mereka berdua pun menurut dan langsung mengambil posisi duduk masing-masing. Sementara anara langsung mengambilkan makanan untuk anak-anaknya. Saat itu Nakula memandangi wajah ibunya begitu lekat. Sifat ibu mereka yang tiba-tiba berubah menjadi baik ini membuat Nakula begitu senang.
Dalam hatinya juga sering berdoa agar hati ibu mereka tetap lembut seperti ini dan memperhatikan mereka. Ia juga menginginkan sang Ibu tidak lagi membentak keduanya dan menghukum mereka secara berlebihan.
"Ayo sayang makan makanannya Jangan termenung terus.. Ibu tahu kalau Ibu cantik hehehe..." Ujar anara menggoda anak pertamanya itu. Nakula yang mendengarkan gurauan sang Ibu mendadak menjadi malu karena ketangkap basah sedang memandangi wajah sang ibu.
"Maaf Bu. Nakula tak bermaksud bersikap kurang ajar kepada ibu. Nakula hanya ingin melihat wajah Ibu dari dekat tanpa rasa takut." Ujar Nakula dengan pelan sambil menundukkan wajahnya karena malu.
Anara pun tersenyum dan membelai lembut kepala sang anak yang masih basah itu.
"Tidak apa-apa sayang.. Ibu cukup senang melihat Nakula dan Sadewa mau menerima ibu dan memberikan Ibu kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita. Nah, untuk kedua anak kembar ibu yang paling ganteng jangan merasa takut lagi ya nak.. jika Ibu salah, Ibu minta maaf. Oh ya, Ibu juga sekalian ingin mengatakan kepada Nakula dan Sadewa, nanti setelah kita makan, kita bawakan makanan itu untuk para warga yang lain ya. Sekaligus Ibu juga akan berangkat ke hutan bersama dengan para warga untuk mencari bahan makanan. Kasihan saudara-saudara kita di sini kelaparan.." ujar anara langsung mengatakan tujuannya kepada anak-anaknya.
Bukan apa-apa, anara hanya berniat membangun hubungan baik dengan anak-anaknya itu. Nakula dan Sadewa langsung mengangkat kepala mereka dan melihat ke arah sang ibu.
"Apakah ibu akan lama pergi ke hutan..??" Tanya Sadewa yang dahulunya memilih fokus untuk menyantap makanannya. Anara tersenyum menanggapi pertanyaan sang anak.