NovelToon NovelToon
PICCOLA PERDUTA

PICCOLA PERDUTA

Status: tamat
Genre:Action / Misteri / Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Dunia Lain / Dark Romance / Tamat
Popularitas:188.4k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

‼️Harap Bijak Dalam Memilih Bacaan‼️

Series #3 dan Series #4

Maula Maximillian dan rombongan kedokterannya dibuang ke sebuah desa terpencil di pelosok Spanyol, atas rencana seseorang yang ingin melihatnya hancur.

Desa itu sunyi, terasing, dan tak tersentuh peradaban. Namun di balik keheningan, tersembunyi kengerian yang perlahan bangkit. Warganya tak biasa dan mereka hidup dengan aturan sendiri. Mereka menjamu dengan sopan, lalu mencincang dengan tenang.

Yang datang bukan tamu bagi mereka, melainkan sebuah hidangan lezat.

Bagaimana Maula dan sembilan belas orang lainnya akan bertahan di desa penuh psikopat dan kanibal itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 : Kehangatan di Balik Badai

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...•••Selamat Membaca•••...

Hujan masih menari liar di atas kanopi hutan saat rombongan Rayden akhirnya tiba di area terbuka tempat lima helikopter terparkir berjejer.

Lampu-lampu sorot menerangi tanah berlumpur dan dedaunan basah. Pilot dan awak siaga dengan jas hujan dan komunikasi radio. Deru mesin beberapa helikopter tetap menyala pelan untuk menjaga sistem tetap hangat.

Helikopter pertama, milik Ford, sudah menampung Sofia dan Reba. Keduanya kini aman, diperiksa tim medis. Reba memeluk Sofia erat, masih terguncang, namun selamat.

Mereka juga merasa lega saat mengetahui Maula aman dan selamat di tangan Rayden.

Helikopter kedua adalah unit darurat, kini menjadi tempat Rachell dan Corvin beristirahat. Keduanya dibaringkan dengan selimut dan infus menempel di tangan mereka. Tenang dalam lelah dan aman dalam kehangatan tempat itu tanpa merasa was-was kalau kanibal datang lagi.

Helikopter ketiga dan keempat adalah milik tim Rayden. Beberapa pria bertubuh tegap berdiri berjaga dengan senapan dan senter kepala. Di dalam, Advait dan para dokter sibuk menyiapkan logistik medis untuk evakuasi keesokan pagi.

Dan di ujung barisan itu, berdiri helikopter kelima, milik pribadi Rayden.

Bukan sekadar helikopter, itu adalah pesawat kecil dengan interior termewah yang bisa dibayangkan di tengah hutan.

Di helikopter inilah Maula akan beristirahat malam ini.

Namun sebelum masuk, Rayden berhenti di sisi kendaraan khusus, sebuah mobil lapis baja kecil dengan tangki air portable dan pemanas, disiapkan Ford dan tim untuk keadaan darurat. Air bersih disalurkan melalui selang ke area tertutup dengan tirai parasut militer. Sebuah ruang mandi darurat karena mereka yakin para rombongan akan membutuhkan hal itu.

Rayden membawa Maula ke sana dengan pelan dan hati-hati.

“Aku harus bersihkan tubuhmu dulu, sayang. Banyak luka dan darah beku, kamu harus merasa bersih sebelum tidur.” Maula hanya mengangguk lemah. Ia terlalu lelah untuk bicara.

Rayden benar-benar sedih melihat kondisi istrinya, tonjolan sedikit di perut Maula menandakan bahwa anaknya masih aman di dalam sana. Rayden mengusapnya pelan.

“Maafkan daddy, nak,” lirih Rayden.

Di dalam tirai, Rayden menyalakan air hangat yang langsung mengalir dari tangki. Ia membuka perban dan pakaian Maula perlahan, menyeka darah yang menggumpal di kulit. Luka-lukanya tak bisa dihitung. Tapi Rayden melakukan semua dengan tenang, penuh kelembutan.

Air hangat menyentuh kulit Maula yang lebam. Ia bergidik, tapi tidak menolak. Untungnya kepala Maula tidak cedera parah.

Rayden mengenakan sarung tangan medis tipis, lalu menggunakan handuk steril untuk mengusap tubuh istrinya. Ia tidak terburu-buru. Ia mencuci setiap luka dengan sabun antiseptik, membalut ulang pergelangan yang masih mengucurkan darah tipis.

“Kamu aman sekarang. Semua sudah selesai, Piccola,” bisiknya. Maula menahan tangis, menggigit bibir.

“Maafkan aku, Ray. Aku minta maaf.” Rayden mengusap air mata Maula dengan ibu jarinya.

“Kamu tidak salah, aku yang bodoh karena terlalu mendengarkan Barbara waktu itu.”

“Semua sudah direncanakan Ray. Mereka merencanakan semua ini untuk kita.”

“Iya aku tahu, Sofia sudah cerita. Mereka akan dihukum, tidak perlu merasa bersalah, kamu harus tetap sehat demi anak kita.”

Setelah seluruh tubuh Maula kini telah bersih, Rayden memakaikan Maula piyama sutra putih lembut milik istrinya sendiri yang selalu disimpan dalam helikopter untuk perjalanan panjang. Rambut Maula dikeringkan dengan handuk tebal dan dibungkus pelan.

Saat Rayden memeluknya untuk mengangkat tubuhnya lagi, Maula berbisik pelan.

“Terima kasih… karena tidak mempermalukanku walau tubuhku seperti ini. Penuh luka dan tidak bagus lagi.”

Rayden memejamkan mata lalu menatap Maula dengan lembut. “Tubuh ini adalah rumahku, Piccola. Bahkan jika terbakar dan hancur, aku tetap akan tinggal di dalamnya. Seperti kamu yang selalu menganggap aku rumah untuk pulang, aku juga begitu, kamu rumah ternyaman bagiku, sayang.”

Maula kembali membenamkan wajahnya di ceruk leher Rayden dan dengan dipayungi oleh anak buah Rayden, mereka masuk ke dalam helikopter.

Hujan masih menderu, deras menghantam tanah basah ketika Rayden akhirnya tiba di depan helikopter pribadinya—SOVEREIGN BLACK LX, simbol paling nyata dari kekayaan dan kekuasaan yang tak perlu dipertanyakan.

Helikopter itu tampak mencolok di antara empat helikopter lainnya, bukan karena ukurannya saja, tetapi karena kilau bodinya yang hitam legam mengilap, dihiasi garis emas matte di sisinya. Logo “R.M.” terukir halus di bawah jendela dengan ukiran logam, bukan stiker, sebagai pengingat bahwa ini bukan sekadar kendaraan, ini adalah istana udara.

Rayden menuruni tangga kecil dengan Maula dalam gendongannya. Pilot membuka pintu otomatis dan menyambut dengan anggukan hormat. Begitu mereka masuk, dunia berubah.

Interiornya sunyi dan hangat, sangat kontras dengan udara dingin di luar sana. Langit-langit tinggi dengan sentuhan kulit cokelat tua. Lantai berlapis permadani Persia gelap yang empuk. Aroma sandalwood dan kayu cedar memenuhi udara, menghalau bau basah dari luar.

Lampu-lampu kuning keemasan menggantung redup, menyebar lembut di setiap sudut ruangan. Tidak ada derit mesin kasar, hanya dengung halus dari sistem pemanas dan stabilisator tekanan.

Di sisi kiri, sebuah tempat tidur penuh dengan headboard kulit zaitun gelap, seprai linen Prancis dan duvet wol kashmir tebal sudah disiapkan. Di sisi kanan, terdapat minibar kecil dengan kristal kaca Bohemian, air mineral artisan, dan termos berisi susu hamil yang sudah dipanaskan.

Rayden menurunkan Maula perlahan ke tempat tidur. Ia menggenggam handuk hangat dari laci tersembunyi di dinding panel, lalu berlutut di tepi ranjang.

Perlahan, penuh kasih, Rayden membersihkan tubuh Maula. Ia membasuh luka di pergelangan tangan dengan kain steril, lalu mengelap pipinya. Tangannya gemetar, tapi gerakannya tetap halus.

“Sakit?” bisiknya.

Maula menggeleng pelan, matanya setengah tertutup. “Tidak... karena kau yang menyentuhku.”

Rayden memeluknya erat sejenak sebelum menarik selimut tebal hingga ke dada Maula. Ia menyelipkan bantal di bawah kepala istrinya, lalu memeriksa suhu tubuh Maula dengan telapak tangan.

“Hangatkan kabin. Segera,” perintahnya lirih ke pilot melalui interkom.

“Ya, Tuan Salvatore.”

Panel kayu di dekat tempat tidur terbuka otomatis, menampilkan monitor kecil dengan pemanas ruangan dan layar biometrik. Temperatur naik pelan, menghangatkan udara di sekitar Maula.

Di sudut kabin, lemari kecil berisi koleksi pakaian sutra dan kaus kaki wol lembut khusus untuk Maula sudah tergantung rapi. Rayden memasangkan kaus kaki untuk Maula. Matanya tak lepas dari wajah perempuan yang ia cintai.

“Tak ada yang boleh menyentuhmu lagi... aku bersumpah.”

Dari balik jendela helikopter, kilat menyambar di kejauhan. Tapi di dalam kabin ini, kehangatan, ketenangan, dan cinta mengalahkan badai.

Dokter masuk dan memeriksa kondisi Maula, semua tampak baik dan semua luka telah diobati dengan baik. Kehangatan itu telah kembali dengan Rayden yang berada di sampingnya.

Sedangkan di dalam helikopter Ford, Mavros dan Anna meringkuk kesakitan, mereka sedang diobati oleh dokter dan sangat terlihat kehancuran di wajah Mavros. Bukan karena pukulan Rayden, melainkan kehancuran obsesinya pada Maula.

...•••Bersambung•••...

1
Siti H
suka genre psikopat ya Thor. tapi keren, aku suka cara penulisanmu yang rapih.
Vebi Gusriyeni: Belum tua2 amat lah itu, masih bisa produktif kakaknya nulis ya. Aku juga udah tua, udh 29 tahun kak
Siti H: udah tiga anak akak, dan pastinya udah tuiiir, dah 40 tahun🤧
total 5 replies
Siti Yatmi
cerita tentang kisah cinta marlo dong thor....buat dia bertemu dgn wanitanya....
Vebi Gusriyeni: Aku bakalan pikirin alur yg bagus dulu kak, ntar kalo nemu aku rilis insyaallah 😌
total 1 replies
Siti Yatmi
serem amat ih..ada2 aja..ko nonton org di siksa...binatang di siksa aja aku nangis...apalagi org...
Vebi Gusriyeni: Ada loh yg begitu
total 1 replies
Siti Yatmi
crita yg indah...menguras emosi...bahkan airmata...cinta yg sarat akan makna. .tidak menuntut. ..ini love author. ..thor lanjutkan dong ....saya suka banget sama semua karakter di novel ini..meski sadis..tapi pada tempatnya. ..lanjut lah thor....
Vebi Gusriyeni: Terima kasih banyak kakak ❤
total 1 replies
Rina Meylina
Benar2 selesai kah keluarga ini kak? Aku masih ingin terus baca
Annissa Riani
Kisah yang indah untuk semua tokohnya, mereka punya konflik masing-masing yang cukup kompleks sampai mereka menemukan kebahagiaan masing2
🌹Andara Terina🌹
Saya masih tetap ingin di sini, gimana dong💔
🌺Shella BTS🌺
Saya sih berharap banget ni series ampe 10 😊
Kiaraaaa ❄❄❄
Plis kasih tau cara buat move on dari novel ini, gue masih ingin bersama maximillian❣️
Noer Hidayati
Bakal merindukan novel ini terus, belum bisa move on
Latifa Andriani
Kok gue gak ikhlas ya ini tamat 💔
Cimiwiww
Satu series lagi dong kak
Cimiwiww
Happy ending tapi bikin aku galmove
Abel Kenoca
Berharap masih ada series lanjutan
Gita Gekes
Cinta yang setara itu sangat indah ternyata ya 😘
Loroye Barbara
yg sakit itu waktu alaric gatal2 karena gk sengaja makan kacang padahal tuh anak yg diam-diam mau, eh yang kena amuk malah Beverly, mana dikurung dua hari di gudang abis dipukulin, wajar sih kalau beverly sakit begini, pun udah lama dia pendam
Loroye Barbara
Perhatian Marlo tipis tapi mengesankan
Nara Jelita
Karyamu indah kak, semua series kamu udah kelar aku baca, bodo amat mau abis duit berpa yg penting akunya happy ❤😘
Nara Jelita
Sok sok an Archer, Beverly ngilang dikit dia nyariin/Facepalm/
Moonestella Dusklyn
Archer ini sayang tapi gengsi buat bilang, dia habis nyiksa Beverly malah nangis sendiri dan kalau ketemu buang muka. Kayak gak pernah saling tukar keringat aja kalau lagi mode hyper🤣 Ngucap lo Archer
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!