Aziya Yunita Wijaya dia terpaksa masuk pesantren karena sikap Aziya yang nakal karena pergaulan dengan teman temannya, apa lagi saat itu Aziya merasa sakit hati karena di tinggal pacarnya menikah.
karena sikap Aziya semakin tak terkendali orang tua nya pun memutuskan memasukan Aziya ke pesantren.
namun apa Aziya bisa berubah saat sudah masuk pesantren? apa lagi banyak hinaan dan cacian pada Aziya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 10
"Ning aku ingin melamar mu, apa kau mau menjadi istriku" sebuah kata kata yang Adam lontarkan pada Marwah di hadapan para santri yang sekarang sedang istirahat.
"Ciee terima" teriak para santri serempak.
Zia hanya menatap adegan itu dengan senyum tipis,
"Ukhti mau kan kau menikah dengan ku" tanya Fauzi pada Zia dengan berbisik.
"Memangnya kau mau menikah denganku" tanya Zia.
"Tentu saja" ucap Fauzi.
"Tapi sayang aku gak mau" ucap Zia yang langsung pergi dari sana meninggalkan kerumunan yang sedang menonton Adam dan Marwah.
"Ck Ukhti Zia harus dengan kata kata apa lagi aku melamar mu" ucap Fauzi.
"Gus aku mau menikah dengan mu" ucap Rosa yang datang kesana.
"Aku gak mau, maunya Ukhti Zia" ucap Fauzi.
"Kau akan menyesal menolak ku" ucap Rosa.
Sedangkan Husna yang melihat adegan itu langsung marah dan mengepalkan tangannya.
"Zia sudah aku singkirkan dan sekarang Ning Marwah menjadi saingan ku" gumam Husna.
"Sabar Ning kita sudah kalah saing" ucap Rosa berbisik pada Husna.
"Berani sekali kau berkata kalau kita kalah, aku gak akan kalah" ucap Husna.
Kembali pada pasangan yang menjadi tontonan itu, Adam malah semakin takut dan bahkan menyesal karena mengatakannya depan para santri.
Satu hal yang Adam takutkan adalah Marwah menolaknya.
"Datang saja ke rumah Gus" ucap Marwah.
"Apa itu tandanya aku di terima" tanya Adam.
Marwah hanya pergi dari sana meninggalkan kerumunan yang sedang menontonnya.
"Alhamdulilah" gumam Adam.
Zia menatap pada Marwah yang baru saja keluar dari pesantren.
"Bukannya Gus Adam sedang melamar Ning Marwah lalu kenapa dia pergi, dasar wanita aneh" gumam Zia.
Karena hari juga sudah Sore Zia memutuskan untuk menjait jemuran, dan dengan waktu yang bersamaan Adam juga datang kesana ingin melihat siapa orang yang akan menjahit selimut itu.
Adam terus memperhatikan selimut itu belum ada yang menjaitnya.
Namun mata Adam memicing saat melihat Zia lah yang menjait selimut itu.
"Apa itu punya Zia" gumam Adam.
"Kenapa harus di cuci, padahal ini baru saja aku cuci" gumam Zia sambil membawa selimut itu ke dalam kamarnya.
Malam harinya seperti biasa Zia akan berada di taman pesantren untuk mengeluarkan semua kesedihannya, kesedihan masa lalu nya kesedihan percintaanya.
Sekarang para santri sudah kembali ke kamarnya hanya ada satu dua santri yang berlalu lalang disana.
Zia menangis meratapi nasibnya, hembusan nafas terdengar jelas kalau sekarang Zia sedang mengontrol emosinya.
"Ya alloh kapan aku akan bahagia bahkan luka yang dulu saja belum sembuh dan sekarang di tambah lagi luka baru, aku merasa di penjara di sini bahkan aku tak bisa lakukan apa apa di sini" gumam Zia menyeka air matanya yang hendak turun.
"Ya alloh, kuat ku ini bohong, senyum ku ini palsu, bisa kah aku bahagia seperti orang lain" ucap Zia berdoa.
Mata Zia menatap pada gadis yang sangat dia kenal, Marwah satu satunya wanita yang memakai cadar di pesantren itu.
"Mau kemana dia" gumam Zia melihat Marwah membuka gerbang pesantren.
Zia diam diam mengendap endap menuju gerbang, jarak Zia dan Marwah hanya di batasi dengan tempok yang menjulang tinggi saja.
Zia menempelkan telinganya di tembok itu, walau pun samar samar tapi Zia masih bisa mendengar dengan jelas percakapan mereka.
"Lihat ini hasil dari Dokter" ucap Marwah pada laki laki yang Marwah temui malam hari.
"Kau hamil" tanya laki laki itu.
"Yes".
" What kenapa bisa? Apa kau tak memakan obat Kb" ucap laki laki itu.
"Kau tak perlu khawatir, anak ini akan mendapat Ayah yang baik dari pada kau" ucap Marwah.
"Who" tanya laki laki itu.
"Gus Adam pemilik pesantren ini, baguskan anak ini jadi punya gelar nantinya bukan bergelar Mafia seperti mu" ucap Marwah.
"Beraninya kau, kau pikir dengan bicara begitu hutang mu lunas Hah? Tidak Marwah kau salah kau sangat salah aku meminta janji mu carikan bud*k ranjang ku secepatnya" ucap Laki laki itu.
"Mana ada seorang wanita yang mau menjadi bud*k ranjang" ucap Marwah.
"Lalu kau siapa, lac*r, atau wanita psk" tanya laki laki itu.
"Berani kau bicara begitu" ucap Marwah.
Zia tersentak kaget karena mendengar ucapan Marwah dan laki laki itu,
"Tak bisa di biarkan, aku harus membongkar rahasia mereka" gumam Zia.
Zia keluar dari pesantren dengan membawa senter dan menyorotkan nya pada kedua sejoli itu,
"Zia" ucap Marwah.
"Kalian sedang apa" tanya Zia.
"Kami hanya sedang berbincang, Zia kenalkan ini kakak ku namanya Glend" ucap Marwah.
"Wah kakak ya" ucap Zia menyalami laki laki itu.
"Aziya" ucap Zia.
"Glend Antonio Mahesta" ucapnya.
"Nama yang bagus senang berkenalan dengan mu" ucap Zia tersenyum.
"Ayo Ning sudah malam, tak baik bukan berlama lama berduaan dengan laki laki" ucap Zia menyindir.
"Ya aku akan menyusul" ucap Marwah.
"Aku mau wanita itu" ucap laki laki yang bernama Glend itu.
"Ambil saja kalau kau mau" ucap Marwah yang langsung pergi dari sana meninggalkan Glend.
"Bagaimana cara aku membongkarnya Ning Marwah sangat pintar berakting" gumam Zia.
Dini hari Zia sudah mandi sekarang dia akan Adus karena sudah selesai datang bulan, setelah selesai mandi Zia keluar dengan hanya mengunakan handuk dan rambut yang dia pakaikan handuk.
Pikir Zia karena masih sangat pagi mana mungkin ada orang yang datang kesana.
Namun Zia salah saat dia keluar dari kamar mandi dia melihat ada Adam dan Fauzi yang sedang berdiri disana.
"Uuuhh" ucap Fauzi yang langsung berbalik memunggungi Zia.
Sedangkan Adam hanya menutup matanya saja karena tak mau melihat aurat Zia.
"Kalian sedang apa di sini" tanya Zia.
"Kami akan ke kamar mandi" jawab Adam.
Zia langsung masuk lagi ke dalam kamar mandi.
"Tolong bawakan pakian aku di luar" titah Zia memohon pada Adam.
"Aku akan bawakan" ucap Adam.
"Ini" ucap Adam menyodorkan pakaian Zia namun Zia hanya membukanya sedikit karena malu.
Setelah memakai pakaian lengkap Zia keluar dari kamar mandi.
"Maafkan aku" ucap Zia.
"Ukhti, saya sarankan kalau mandi pakiannya bawa ke dalam karena kamu gak tau kan kalau laki laki itu gak semuanya sama" ucap Fauzi.
"Ya maafkan aku Gus, kau sangat baik" ucap Zia.
"Ya sama sama" ucap Fauzi.
Zia hanya menatap sekilas pada Adam dan meninggalkan mereka begitu saja.
Bersambung...
ngeriah kalo ngidam gitu
mudan cepat terbongkar si rosa itu geregetan aku loh thor
aku juga jurusan bhs inggris
dan aku sekarang mengikuti pengajian tasaup jadi aku rasa thor juga sama dengan ku
kalo gk salah tebak 🥰
aku juga pernah mengalami itu jika dengan tidak ada cobaan kita tidak tau seberapa kuatnya kita menghadapi masalah
tuhan tidak tidur saro