Aziya Untuk Ustadz
Di sebuah diskotik yang terkenal di kota itu, dua orang gadis cantik sedang minum minuman bahkan mereka sudah menghabiskan satu botol.
Mata keduanya merah, wajahnya pucat, kepalanya pusing dan mulutnya tak bisa diam selalu saja bicara namun entah bicara apa karena sekarang mereka dalam keadaan mabuk parah.
Kedua gadis itu tak lain dan tak bukan adalah Aziya Yunita Wijaya dan Alena Hilmaya Argantara, mereka melampiaskan sakit hati mereka dengan minum dan mabuk.
Yang ada dalam pikiran mereka sekarang adalah melupakan masalah dalam hidupnya dan bersenang senang dengan teman temannya.
Namun mereka tak berpikir panjang, karena masalah tak akan selesai jika hanya bermabuk mabukan saja, saat ini seseorang sedang memantau kedua gadis itu.
"Len aku pikir Akash akan setia padaku tapi, ck laki laki itu malah memilih wanita yang kaya dari pada aku" ucap Aziya meracau tak jelas.
"Hahahah apa lagi Kakak mu dia lebih memilih bocah itu dari pada aku" ucap Alena yang sekarang sudah tepar di sofa diskotik itu.
Seorang laki laki yang tak lain adalah anak buah kakaknya Zia yang bernama Rayhan, mereka semua melihat aksi Zia dan melaporkannya pada tuanya itu.
{ Tuan Nona Zia mabuk berat } pesan dari anak buah Rayhan.
Brakk..
Pria berusia 25 tahun itu menggebrak meja yang berada di ruangannya.
"Zia aku tak sangka kau akan melakukan ini" ucap Rayhan yang sekarang berada di ruangannya itu.
{ bawa Zia pulang ke rumah } titah Rayhan pada anak buahnya.
Karena perkataan Rayhan adalah sebuah pekerjaan anak buah itu langsung membawa Zia dan Alena pulang ke rumah Rayhan.
Anak buah Rayhan mengantar dahulu Alena pulang ke rumahnya, setelah mengantar ke hotel kepunyaan Alena anak buah itu langsung membawa Zia pulang.
"Kau jahat Akash, rasakan ini" racau Zia sambil memukul kursi mobil.
Zia di seret masuk kedalam rumah Rayhan, sedangkan Rayhan sudah menunggu Zia di rumahnya.
"Ray buatkan jus lemon untuk Zia" titah Rayhan pada istrinya Raya.
Raya langsung membuatkan jus Lemon untuk Zia, dengan cepat Raya memberikan itu pada Rayhan.
Zia saat ini duduk tepar di sofa rumah Rayhan.
Rayhan memaksa Zia untuk meminum jus Lemon itu walau pun Zia sempat berontak tapi Zia meminum jus itu sampai habis.
Ohekk..
Zia memuntahkan semua isi di dalam perutnya, sampai semuanya keluar dan membuat Zia sedikit membaik tak seperti tadi.
Rayhan saat ini sudah kepalang marah dengan cepat dia membawa air satu ember dan mengguyurkan air satu ember itu tepat di wajah Zia.
Byurr.
"Hahhh" Zia kehabisan nafas karena air itu bahkan matanya terbuka dan menatap pada Rayhan yang sedang marah di hadapannya.
Kepala Zia masih sangat pusing bahkan matanya sangat mengantuk sekarang dan ingin rasanya Zia berbaring di ranjang kamarnya.
Zia bangkit dan langsung menuju kamarnya, dengan langkah yang masih sempoyongan Zia masuk kedalam kamarnya yang berada di lantai dua.
Dengan cepat Rayhan menghubungi orang tuanya yang ada di kampung, dan memberi taukan pada mereka kelakuan Zia yang sekarang sedang mabuk parah.
Rayhan hanya duduk di Sofa itu menunggu Zia sepenuhnya sadar setelah tidur.
Sedangkan Zia dia tertidur pulas di kamarnya karena seharian kecapean.
Karena hari sudah malam Rayhan memutuskan untuk tidur saja sambil menunggu Zia bangun dari tidurnya di pagi hari.
Zia membuka matanya, dia melihat jam yang menggantung di dinding kamarnya tanpa Zia sadari dia sekarang sedang dalam bahaya karena sebentar lagi dia akan mendapatkan amarah dari kakaknya itu.
Kepala Zia masih sedikit pusing bahkan matanya masih merah.
"Ya ampun apa yang terjadi semalaman" gumam Zia.
Zia langsung masuk ke bath room untuk mandi karena sekarang Zia merasa badannya sangat lengket dengan keringat.
Setelah selesai mandi seperti biasa Zia akan turun dari kamarnya dan makan.
Rayhan sudah menunggu Zia di Sofa ruang tamu, bahkan saat ini Rayhan masih sangat marah pada Zia.
Bukan kali ini saja Zia mabuk tapi sudah Zia lakukan hampir empat kali tapi Rayhan baru turun tangan sekarang karena kali ini Zia sudah sangat melewati batasnya.
"Duduklah" ucap Rayhan dingin dan datar.
"Ada apa kak aku sangat lapar" ucap Zia menatap kesal pada kakaknya.
"Kita akan pulang ke kampung sekarang" ucap Rayhan.
"Bukan kah sekarang aku harus kerja" tanya Zia.
"Aku sudah menyerah mengurus mu, aku akan serahkan kau pada mamah dan papah" ucap Rayhan yang langsung pergi menuju kamarnya.
Dengan cepat Zia mencari kakak iparnya itu karena hanya Raya lah yang bisa membantu Zia agar bebas dari amukan Rayhan.
"Kakak ipar" teriak Zia.
Raya pun datang dari arah dapur.
"Ada apa Zia" tanya Raya.
"Kak tolong aku, tolong bujuk kakak supaya tak membawa aku ke kampung, kau akan kesepian jika tak ada aku di sini, ayolah kakak ipar" ucap Zia memohon.
Seperti biasa Raya akan menuruti keinginan Zia adik iparnya itu, Raya masuk ke dalam kamarnya yang di sana ada Rayhan yang sedang menelpon seseorang.
"Pak Ray" ucap Raya.
Rayhan menempelkan tangannya di bibirnya memberikan kode pada Raya agar tak bicara padanya.
"Tapi pak Ray, maaf kan Zia dia tak salah" ucap Raya.
"Ray sampai kapan kau akan di manfaatkan oleh Zia, setiap hukuman yang aku berikan selalu saja aku batalkan karena kau yang meminta, untuk sekarang aku tak bisa" ucap Rayhan ketus.
Raya pun paham, dia keluar dari kamarnya dan kembali lagi pada Zia.
"Bagaimana kakak ipar" tanya Zia.
"Maaf aku gagal, Zia dia sangat marah bahkan dia memarahi aku" ucap Raya.
"Ck seharusnya kakak ipar kau tak menikahi kak Rayhan, tinggalkan saja dia biar dia tau rasanya sakit hati" ucap Zia menggerutu.
"Tapi Zia kau akan pergi, lalu aku bagaimana" tanya Raya.
"Ahh kakak ipar aku sangat sayang padamu, aku tak ingin jauh darimu" ucap Zia.
Begitulah Zia dan Raya jika mereka sedang bersama mereka seperti anak kecil apa lagi usia Raya yang sekarang masih berusia 19 tahun, membuat Zia pun seperti anak kecil karena menyeimbangi kakak iparnya itu.
Zia memeluk kakak iparnya itu karena selama ini kakak iparnya itu yang sudah membantunya dalam segala hal.
Zia mengemas semua pakaiannya, dalam hatinya dia merutuki Rayhan dengan kata kata pedasnya.
"Aku benci kau kak" gerutu Zia.
Sedangkan Rayhan sudah menunggu di mobil bersama dengan Raya istrinya.
"Pak Ray apa sebaiknya kau pikirkan lagi masalah ini, aku takut mamah dan papah akan memarahi Zia dan memberikan hukuman pada Zia" ucap Raya pada suaminya itu.
"Kau mau membela Zia" tanya Rayhan datar.
"Tidak hanya saja aku kasihan melihanya" ucap Raya.
Zia datang kesana sambil menyeret koper yang berisi semua pakaiannya.
Mobil pun melaju meninggalkan rumah mewah Rayhan menuju kampung tempat tinggal papah dan mamah Rayhan.
"Kak maafkan aku, aku janji akan berubah" ucap Zia memohon agar kakaknya itu berubah pikiran.
"Tetap duduk dan diam" ucap Rayhan ketus.
Mereka menempuh perjalanan hampir tiga jam lamanya, akhirnya sampai juga di kampung halaman tempat tinggal orang tua Rayhan dan Zia.
"Kalian datang" ucap seorang wanita paruh baya.
"Ya mah ada hal yang akan aku bicarakan" ucap Rayhan yang langsung masuk kedalam rumah.
Raya menyalami ibu mertuanya itu dan Zia pun mengikuti Raya menyalami mamah kandungnya itu.
Semuanya kumpul di ruang tamu minimalis itu, dan Zia sejak tadi hanya menunduk saja karena takut mendapat hukuman lebih dari kedua orang tuanya.
"Ada apa Ray kau datang kemari, dan Zia kenapa membawa koper sebesar itu" tanya Topan papahnya Zia dan Rayhan.
"Pah, mah aku sudah tak sanggup mengurus Zia aku memulangkan Zia pada kalian, Mah Zia mabuk berat kemarin entah habis berapa botol dia mabuk" ucap Rayhan menjelaskan semuanya pada kedua orang tuanya.
"Apa" pekik kedua orang tua Zia dan Rayhan.
Terlihat oleh Zia kalau Papahnya sekarang sedang memegang dadanya mungkin karena sesak mendengar kabar itu.
"Mas kau baik baik saja" tanya Nita mamahnya Zia pada suaminya itu.
"Aku tak apa".
"Zia mamah tak sangka kau akan melakukan hal itu, siapa yang sudah mengajak mu melakukan itu hah" tanya Nita.
"Alena" ucap Zia yang masih menundukan kepalanya karena takut.
"Mah kita hukum saja Zia, papah sudah cape mendengar setiap kenakalan Zia" ucap Topan.
"Ya pah, apa sebaiknya Zia kita masukan saja ke pesantren agar dia bisa menuntut ilmu agama yang baik" ucap Nita.
"Ide bagus mah" ucap Topan.
"Pesantren" ucap Zia tak percaya.
Bahkan Zia tak tau apa itu pesantren?, setelah sepakat Rayhan dan Raya pun pulang ke kota, dan dengan cepat Nita dan Topan membawa Zia ke pesantren yang berjarak 1 km dari rumahnya itu.
Nita memberikan Zia baju gamis dan kerudung, agar penampilan Zia tak terlalu minim tetapi pada dasarnya Zia memang tak tau kehidupan di pesantren dia pun malah lebih banyak membawa rok span dan gaunnya ke sana.
Nita, Topan, dan Zia berjalan selama hampir setengah satu jam menuju pesantren itu, karena bagi Nita dan Topan sudah biasa kalau harus berjalan dari rumahnya ke pesantren.
"Mah apa masih lama" tanya Zia.
"Itu di depan sampai" ucap Nita yang sekaran masih sangat marah karena ulah putrinya itu.
"Kenapa mamah malah membawa aku ke pesantren, kenapa gak bawa aku ke Mall saja" batin Zia.
Bersambung...
**Cerita ini hanyalah fiksi, ini di buat atas dasar pemikiran dan halusinasi Author.
Tak menginggung pihak mana pun, namun jika ada kesamaan dalam alur, nama dan latar tempat. Author mohon maaf sebesar besarnya.
Terima kasih pada kalian yang sudah mampir ke Novel ini, Author mengucapkan..
... Terima kasih sebesar besarnya...
Bijaklah dalam membaca..
Selamat membaca**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
vheindie19
Semoga Zia bisa berubah sikapnya setelah masuk pesantren, tapi kasian juga Raya pasti merasa sepi karena nggak ada teman ngobrol dirumahnya
2023-05-02
0
Sari Fatur
smangt thor
2023-03-23
0
maulana ya_manna
mampir thor
2023-02-22
0