NovelToon NovelToon
Menantu Bar-bar Itu Aku

Menantu Bar-bar Itu Aku

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Selingkuh / Mengubah Takdir / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / Chicklit
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Ainun

menikah dengan laki-laki yang masih mengutamakan keluarganya dibandingkan istri membuat Karina menjadi menantu yang sering tertindas.
Namun Karina tak mau hanya diam saja ketika dirinya ditindas oleh keluarga dari suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 12. kamu hamil?

Mendengar perkataan Aldo, Karina tidak tahu harus merespon seperti apa. Akhirnya, Karina hanya bisa memeluk Aldo erat-erat untuk meredakan tangisannya.

"Aldo, sudah, ya! Jangan menangis lagi!" kata Karina dengan suara lembut.

"Aldo, kamu tidak kenapa-kenapa kan, nak?" ucap Andrew yang merasa khawatir dengan keadaan Aldo, sambil mengusap kepala Aldo dengan lembut.

Diluar dugaan, Aldo menepis tangan papanya dengan keras. "Aku nggak mau sama Papa! Papa pergi saja sana, sama Tante Vania! Biar aku sama mama saja." ucap Aldo dengan suara yang masih tersedu-sedu, sambil menatap papanya dengan mata yang merah dan penuh air mata.

"Karina, ada apa ini?" tanya Rima kebingungan, sambil melihat kearah Aldo yang menangis.

"Loh, Pak Andrew... Bapak ada di sini juga? Maaf, sebenarnya ada apa ini?" Rima bertanya lagi, dengan nada suara yang lebih pelan dan khawatir.

"Kamu, kenal dengan papanya Aldo?" Karina balik bertanya, sambil melihat Rima dengan mata yang penasaran.

Rima mengangguk. "Iya, Pak Andrew ini adalah bos tempat suamiku bekerja, Rin." ucap Rima dengan suara lirih.

"Kamu, istrinya Irwan, kan?" tanya Andrew.

"I-iya, pak. Saya istrinya Irwan, salah satu karyawan di perusahaan pak Andrew."

"Oh ya, kamu kenal juga dengan Karina?"

"Karina, dia teman saya, Pak."

Andrew mendengar penjelasan Rima dengan mata yang masih menatap curiga.

"Ada urusan apa kalian berada di sini?" tanya Andrew lagi.

Jujur saja, Andrew takut jika sampai Karina sengaja mengikuti kemana Aldo pergi. Sampai saat ini, Andrew masih menganggap Karina sebagai orang asing yang sedang mencari kesempatan untuk masuk kedalam hidup Aldo.

Sebelum menjawab pertanyaan Andrew, Rima menoleh kearah Karina terlebih dahulu, seolah-olah meminta konfirmasi.

"Saya dan Karina, memang sengaja janjian untuk bertemu di kafe yang ada di samping mall ini, Pak."

"Benarkah, seperti itu?"

Rima mengangguk cepat. "Benar, pak. Sebelumnya Karina meminta tolong sama saya, untuk mencarikan pekerjaan. Dan hari ini, rencananya saya ingin memberi tahu kalau tidak ada lowongan pekerjaan di tempat suami saya bekerja," jelas Rima dengan nada suara yang sopan.

"Yasudah, kalian urusi saja urusan kalian sendiri. Jangan ikut campur dengan urusan ku dan Aldo," kata Andrew dengan nada suara yang tegas.

"Aldo, sini sama Papa ya," imbuh Andrew, sambil mengulurkan tangannya untuk memanggil Aldo supaya mendekat.

Aldo langsung menggelengkan kepalanya dan lebih mengeratkan pelukannya dengan Karina, seolah-olah tidak ingin melepaskan Karina.

"Andrew... Ada apa ini, siapa yang bersama Aldo itu?" tanya Vania yang baru saja tiba, dengan nada suara penasaran. Matanya langsung tertuju pada Aldo yang masih memeluk erat Karina.

Andrew menghela napas panjang untuk mengendalikan emosinya. "Dia itu yang namanya Karina. Tadi, Aldo tidak sengaja menabrak Karina saat lari. Dan sekarang Aldo tidak mau sama aku, maunya sama Karina," jelas Andrew dengan nada suara yang sedikit kesal dan kecewa.

'Oh, jadi ini wanita yang namanya karina.' batin Vania.

Vania jongkok di depan Aldo, mencoba untuk berbicara dengan nada suara yang lembut. "Aldo, ayo pulang sama Papa dan Tante!" bujuk Vania.

"Tidak mau! Tante pergi saja sana sama Papaku. Biar aku sama mama Karina saja," ucap Aldo dengan suara sinis.

Andrew tidak bisa untuk lebih sabar lagi menghadapi anaknya. Dengan segera, Andrew langsung menggendong Aldo dan membawanya pergi menjauh dari Karina, sambil berusaha untuk menangkan Aldo yang sedang menangis.

"Papa, lepaskan aku, aku tidak ingin pergi! Mama, tolong aku ma... Huhuhu," rengek aldo, sambil berusaha untuk melepaskan diri dari gendongan papanya.

"Vania, ayo kita pergi dari sini."

Andrew dan Vania berlalu pergi. Sementara Karina, tidak bisa melakukan apapun untuk membantu Aldo, karena masalah ini bukanlah ranahnya lagi.

Saat ini Karina dan juga Rima sudah berada didalam kafe dan memesan menu makanan. Tak lama kemudian, pesanan mereka pun sudah datang.

"Jadi, Pak Andrew itu papanya Aldo?" tanya Rima yang masih penasaran, sambil mengambil sendok dan garpu untuk memulai makan.

"Iya, dia papanya Aldo. Sepertinya, papanya Aldo salah paham sama aku, Rim."

Rima mengernyitkan keningnya, penasaran dengan apa yang terjadi. "Salah paham bagaimana maksudmu?"

"Entahlah, sepertinya dia menganggap, kalau aku sengaja mendekati Aldo karena tujuan tertentu."

Rima mengangguk, seolah-olah memahami situasi yang terjadi. "Tapi kan kamu dan Aldo tidak sengaja ketemu dan akhirnya, anak itu memanggilmu mama."

Karina menghela napas panjang. "Itu yang kita tau. Tapi sepertinya papanya Aldo, mempunyai pemikiran yang berbeda," jelas Karina.

****

Setelah bertemu dengan Rima, Karina pun langsung pulang ke rumah menggunakan ojek. Baru juga sampai di depan warung, Bu Marni sudah melotot tajam ke arah Karina sambil berkacak pinggang.

"Darimana saja, kamu?" tanya Bu Marni, begitu Karina turun dari ojek.

"Ketemu teman, Bu."

"Kamu itu seorang istri, tidak seharusnya kelayapan terus disaat suamimu sedang bekerja," kata Bu Marni.

"Apa sih, Bu. Orang cuma ketemu teman sebentar. Lagian nih ya Bu, aku nggak tiap hari juga kok pergi dari rumah."

"Kamu itu ya, bukannya sadar malah semakin tidak tahu diri, Karina."

Karina kaget dengan ucapan Bu Marni, tapi Karina mencoba untuk tetap tenang. "Memangnya, aku tidak tau diri bagaimana maksud ibu?"

"Kamu itu, cuma numpang di sini. Seharusnya kamu jaga sikap! Bukan malah seenaknya sendiri. Sudah tidak bekerja, tidak bisa memberikan cucu, eh masih saja belagu," kata Bu Marni, dengan suara keras dan penuh emosi.

Karina mengepalkan kedua tangannya, merasa tidak terima dengan perkataan mertuanya. kedua mata Karina menatap nyalang ke arah Bu Marni.

"Oh, memang aku disini cuma numpang dan tidak bekerja. Tapi, aku hidup di rumah ini juga tidak serta-merta gratis, Bu. Mungkin aku tidak mengeluarkan uang, tapi aku mengeluarkan tenagaku untuk melayani keluarga ini. Kewajiban mencari nafkah adalah seorang suami. Dan jika ibu bertanya, kenapa aku tidak kunjung hamil juga, tanyakan saja sama anak ibu sendiri," kata Karina dengan suara yang penuh penekanan.

Karina berjalan menuju kamarnya, meninggalkan dan menghiraukan Bu Marni yang masih terus mengoceh seperti burung.

Pusing rasanya, jika setiap hari selalu bertengkar. Bukan maksud Karina berkata kasar kepada mertuanya. Hanya saja, modelan mertua seperti Bu Marni ini tidak bisa didiamkan begitu saja. Karina merasa lelah dan frustasi dengan situasi tersebut, ingin rasanya Karina menyerah.

Saat Karina masuk ke kamarnya, ia langsung melemparkan dirinya ke atas tempat tidur, merasa lelah dan kehabisan energi. Ia tidak tahu bagaimana caranya untuk mengatasi situasi tersebut, tapi ia tahu bahwa ia tidak bisa terus-menerus hidup dalam konflik dengan mertuanya.

Saking capeknya badan dan pikiran Karina, tak terasa Karina pun tiba-tiba tertidur, dengan wajah yang masih terlihat lelah. Suara napasnya yang teratur dan dalam menandakan bahwa ia telah masuk ke dalam dunia mimpi. Meninggalkan masalah dan kelelahan di baliknya.

****

Lisa berjalan menuju ruangan Rudi dengan langkah cepat, sesampainya di depan Rudi, Lisa langsung melemparkan sesuatu ke meja Rudi dengan kasar.

"Lisa, kamu itu apa-apaan sih. Apa yang kamu lempar?" tanya Rudi, sambil menatap Lisa.

"Kamu lihat saja sendiri!"

Rudi mengambil barang yang tadi dilempar oleh Lisa. Dan ternyata barang tersebut adalah 3 buah tespek dengan hasil yang sama yaitu dua garis merah.

"Tespek siapa ini, Lis?" tanya Rudi, sambil menatap Lisa dengan mata yang penuh pertanyaan dan juga kekhawatiran.

Lisa tidak menjawab, tapi hanya menatap Rudi dengan mata yang terlalu basah. Rudi langsung menyadari apa yang terjadi.

"Lis, kamu... kamu hamil?" tanya Rudi, dengan suara yang tergagap.

Bersambung...

1
Sulfia Nuriawati
cm istri bodoh yg d selikuhi msh trma, apa pun alasannya kalo berbahi hati jg body g bakalan nyaman, so mending ngalah demi kewarasan mental
mama Ainun: nanti ada waktunya kak🙏🏻
total 1 replies
aries
ceritanya menarik
mama Ainun: terimakasih banyak kak
total 1 replies
aries
🤣🤣🤣 makan tuh ikan cue
mama Ainun: 🤣🤣🤣 ikan cue juga enak kak
total 1 replies
aries
ati2 Karina, pelakor jaman sekarang ngeriw
mama Ainun: betul kak
total 1 replies
aries
aduh, mertua begini enaknya diapain ya.
aries
jadi Karina selalu salah 😌
mama Ainun: tidak pernah benar kak
total 1 replies
wong jowo
Terima saja Karina. kan lumayan 10 JT, aku juga mau.
mama Ainun: 10 juta, kapan lagi ya, kak.
total 1 replies
wong jowo
harusnya Andrew bisa lebih dewasa. kasihan Aldo.
wong jowo
ceritanya bagus.. menantu tidak bisa ditindas begitu saja 👍👍👍
mama Ainun: terimakasih banyak sudah mampir kak🙏🏻
total 1 replies
wong jowo
Double up thor
mama Ainun: ditunggu ya kak
total 1 replies
Sena Kobayakawa
Semangat terus penulisnya!
mama Ainun: terimakasih banyak kk semangatnya 🙏🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!